PRO- T- IN ISLAM

KOMUNITAS PARA PEMBELA TAUHID

Minggu, 18 November 2012

Di Bawah Naungan Pedang

Segala puji bagi Alloh yang telah menurunkan Al Qur’an kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadiknnya bengkok. Sholawat dan salam selalu tercurah kepada Imamul mujahidin Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya.
Alloh Jalla wa ‘Ala brfirman :
-ayat-
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. Al Hadid : 25)
Syaikh Sa’adi mengatakan salah satu fungsi atau manfaat diciptakanya besi adalah sebagai alat peperangan,seperti pedang, tombak dan lainya. Dalam satu riwayat dari Abi Bakr bin Abdullah bin Qaysy dari bapaknya,aku mendengar bapaku berkata ketika berada dalam peperangan “sesungguhnya pintu-pintu jannah berada di bawah naungan pedang” maka berdirilah seorang lelaki dan berkata “wahai Abu Musa apakah engkau mendengar Rasululloh berkata demikian?” bapaku berkata “ya”. Lelaki itupun kembali keteman-teman dan mengucapkan salam kepada mereka. Kemudian dia mematahkan sarung pedangnya lalu maju berperang melawan musuh sampai ia terbunuh /syahid” (HR. Muslim dan Ahmad)
Syaikh Abu Yahya Al Libiy hafizhohulloh berkata,ada beberapa faedah yang dapat di ambil dari hadits syarif ini :
- keutamaan jihad d jalan Alloh,dan ini merupakan jalan menuju jannah.
Berkata imam Nawawi Rohimahulloh,maknanya adalah jihad merupakan jalan untuk memasuki jannah dan salah satu kunci untk memasukinya.
- mengajak agar setiap kaum muslimin untuk menjadi seorang mujahid di jalan Alloh.
- hendaknya kita mengikuti Nabi Shallalloh ‘alaih wa Sallam dalam mengobarkan semangat kaum muslimin untuk senantiasa berjihad dan cinta terhadap jihad.
Menjadi Muharridl (provotokar) adalah suatu keharusan,karena ini adalah syari’at yang di turunkan Alloh kepada Nabi-Nya. Bukan malah menjadi penggembos, penghalang atau penebar syubhat kepada kaum muslimin untuk tidak berjihad. Jadilah seorang provokator untuk menyalakan kembali api yang telah lama mati,mencambuk jiwa yang malas dan banci dan agar singa singa islam kembali bangkit untuk mengembalikan ‘izzah Islam dan kaum muslimin.
Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman :
“Wahai Nabi,kobarknlah semangat kaum mu’minin” (QS. Al Anfal : 65),
dalam ayat yang lain Alloh brfirman :” kobarknlah semangat kaum mukminin untuk berperang”.
Jadi jika ada seorang,siapapun dia. Lalu dia menghalang halangi para pemuda untuk berjihad,dengan ucapannya ( yang menebarkan syubhat ) hingga menjadi lemahlah semangat kaum muslimin,serta memadamkan semangat para pemuda untuk membalas kezholiman kaum kuffar dan menghukum para penguasa murtad. Maka dia telah berma’siat kepada Alloh dan Rasul-Nya.
Wahai para pemuda islam,wahai para singa islam,wahai para askar suatu tanzhim atau jama’ah. Dengarlah nasehat dari seorng ulama mujahid yang Alloh telah mengkaruniakan kepadany syahadah. Dengarlah nasihat dari Asy Syahid Abdulloh Azzam rohimahulloh :”Ketahuilah,pemimpin pergerakan tidak kuasa atas kamu untuk mencegah kamu berjihad atau kamu meninggalkan jihad demi dakwah lantas menjauhkan kamu dari medan perang.jangan sekali kali meminta pembenaran kepada siapapun tentang jihad. Sebab kebeneranya sudah pasti”
- adanya seorang ulama yang terjun langsung di medan jihad yang swlalu memberi semangat kepada para mujahidin dengan keberadaany di front dan lisanya. Ketahuilah, tidaklah seorang itu dikatakan berilmu sampai dia mengamalkan ilmu yang ada padany. Jangan seperti keledai yang mampu menahan dan membawa berjilid jilid kitab tapi tidak mememahami dengan benar apa yang di bawanya. Maka, apa gunanya ilmu yang kita miliki tentang jihad dan cabang serta keutamaanya tapi kita tidak mau mengamalkanya (berjihad). Dalam suatu riwayat, ada seorang ulama salaf  ketika menjelang kematianya dia menangis, ketika ditanya oleh para sahabatnya kenapa dia sampai menangis. Lalu dia menjawab “aku menangisi kakiku yang belum pernah terkena debu jihad dijalan Alloh.” Subhanalloh!! lalu bagaimana dengan kita, bagaimana dengan para ulama kita sekarang!?
- seorang mujahid senantiasa bersungguh sungguh untuk meraih jannah,berjihad serta teguh di atas jalan jihad. Dalam salah satu riwayat,Rasululloh bersabda “sebaik baik manusia adalah orang yang selalu memegang tali kekang kudanya, ketika terdengar suara hiruk pikuk musuh dia langsung menerjang musuh hingga dia membunuh atau terbunuh (Al Hadits).
Inilah salah satu tabi’at manusia terbaik di antara umat Muhammad Shallallohu ‘alaih salam,yang mana mereka memburu jannah di bawah kilatan pedang dan desingan peluru. Jiwa mereka hidup dengan dipenuhi kecintaan terhadap kesyahidan,yang tidak ada kematian setelahnya. Amirul Mukminin Umar bin Khoththob Radliyallahu ‘anh pernah bertanya kepada Rasululloh “Bukankah orang yang terbunuh di antara kita akan masuk jannah,dan orang yang terbunuh di antara mereka masuk neraka??” Rasululloh menjawab “benar”.( HR. Bukhori ). Lalu kenapa kita masih takut dan ragu untuk berjihad melawan kaum salibis dan sekutunya?, menghukum para penguasa murtad dan membalas keganasan kaum Budhis yang telah membantai kaum muslimin di Rohingya?. Dan juga untuk menegakan Dien-Nya di bumi ini khususnya Indonesia. Bukankah jika kita terbunuh oleh mereka kita akan masuk jannah?!.
Wallohi, jika kita tidak mau berjihad maka kita akan terus berada dalam kehinaan dan kesesatan yang nyata. Sedang Rasul bersabda “Aku di utus dengan pedang menjelang kiamat. Dijadikan rizqiku di bawah naungan tombak dan dijadikn hina orang yang menyelisihiku”. Di jadikn hina orang yang tidak mau hidup di bawah naungan pedang,dijadikan hina di mata musuh musuh islam. Dan akan hinalah serta bermaksiatlah orang yang memiliki pedang (senjata) tapi hanya disimpan dan untuk berbangga bangga dengannya.
Satu nasehat untuk kita semua dari hadits yang diriwayatkan Utbah bin Amir Radliyalloh ‘anhu berkata, Rasululloh bersabda “Barangsipa yang belajar memanah (menembak) kemudian dia meninggalkanya sungguh dia telah bermaksiat” (HR. Muslim) dalam riwayat lain “bukan dari golongan kami”
Wallohu Ta’ala A’lam Bishshowab.
Daar al Kholwah
saudara kalian yang mencintai kalian karena Alloh
Fatih Abdurahman Hasan As Sunde

Makna Jihad dalam pandangan yang lurus lagi jujur.

Syaikh Abdullah Azzam..


* Jihad itu di dalam Al Qur’an dan Sunnah memiliki istilah qur-aniy, istilah robbani yang artinya adalah PERANG, dan jihad itu hukumnya akan tetap fardlu ‘ain sampai seluruh daerah — yang dahulu pernah menjadi daerah Islam — kembali ke tangan kaum muslimin.
Dan jihad — yakni perang — itu hukumnya akan tetap fardlu ‘ain sepanjang hidupmu. Taruhlah, seandainya engkau berjihad di Palestina atau di Afghanistan kemudian kita dapat membebaskan Palestina, bukan berarti fardlu ‘ain telah selesai. Engkau wajib berpindah ke daerah lain dan seterusnya.
Belajarmu bukanlah jihad. Ilmumu bukanlah jihad. Dudukmu bersama saudara-saudaramu di dalam halaqoh-halaqoh ilmu bukanlah jihad. Jihad adalah perang, selama panji jihad masih berkobar, selama tombak-tombak masih terhunus, dan selama engkau dalam keadaan sehat dan memungkinkan untuk memanggul senjata.
Ini haruslah tegas. Harus tegas minimal terhadap ayat-ayat Al Qur’an. Harus tegas terhadap robbmu dan terhadap nabimu shollallohu ‘alaihi wa sallam serta terhadap nash-nash Al Qur’an. Jika kita lalai, kita harus mengakui bahwasanya diri kita lalai. Jika kita tidak mampu terbang dari sangkar yang kita bikin sendiri maka kita harus mengakui bahwasanya kita telah mengepak-ngepakkan sayap kita kemudian kita menabrak atap sangkar yang kita hidup di dalamnya, kemudian kita turun sedangkan kita tidak mampu untuk bebas.
Jihad — yakni perang dengan senjata — itu sekarang hukumnya adalah fardlu ‘ain. Dan akan tetap fardlu ‘ain sampai kita dapat mengambalikan seluruh wilayah yang dahulu pernah berada di bawah bendera laa ilaaha illalloh kepada bendera itu kembali.
Apakah kalian ingin bersikap tegas kepada robb kalian, terhadap nabi kalian shollallohu ‘alaihi wa sallam dan tehadap Al Qur’an yang mulia? Inilah hukum syar’inya.
* Dan jihad itu adalah ibadah seumur hidup. Ibadah yang tidak akan selesai kecuali dengan keluarnya nyawa dari badan. Sama persis dengan sholat. Sebagaimana sholat tidak akan gugur dari pundakmu kecuali setelah nyawamu keluar. tidak boleh beralasan dengan angan-angan, dan tidak boleh membuat-buat alasan, dan juga tidak boleh memelintir-melintir ayat dan hadits, dan juga tidak boleh mempermainkan ayat-ayat Al Qur’an … jihad artinya adalah perang. Silahkan kalian berperang di Palestina. Palestina terbuka untukmu. Jika engkau dapat berjihad di sana? Silahkan kalian berjihad di Afghanistan, jika engkau dapat berjihad di sana? Piliphina tebuka. Adapun jika jihad terus berkecamuk dan perang terus berkobar, langit melontarkan baranya dan bumi memuntahkan laharnya selama berpuluh-puluh tahun di Afghanistan namun engkau tidak pergi juga ke sana, berarti engkau memang tidak pernah berpikir untuk berjihad.
ومن مات ولم يغز ولم يحدث نفسه بغزو مات على شعبة من النفاق
Dan barang siapa yang mati dan belum pernah berperang, dan tidak pernah terbersit dalam hatinya untuk berjihad maka dia mati dalam salah satu cabang kemunafikan. (HR. Muslim)
Harus terbersit di dalam hatimu untuk berperang.
ولو أرادوا الخروج لأعدوا له عدة
Seandainya mereka mempunyai keinginan untuk berangkat berperang tentu mereka akan menyiapkan persiapan.
Maka kita memohon kepada Alloh tidak menjadikan kita termasuk orang yang Alloh tidak menyukai untuk berangkat berjihad sehingga Ia akan menjadikan kita tidak berangkat dan dikatakan kepada kita; Duduklah bersama orang-orang yang duduk.
Dan pada saat sekarang, dalam kondisi seperti ini …
لا يستأذنك الذين يؤمنون بالله واليوم الآخر أن يجاهدوا بأموالهم وأنفسهم والله عليم بالمتقين إنما يستأذنك الذين لا يؤمنون بالله واليوم الآخر وارتابت قلوبهم فهم في ريبهم يترددون
Orang-orang yang beriman kepada Alloh dan kepada hari akhir tidak akan memita ijin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan nyawa mereka. Dan Alloh Maha mengetahui terhadap orang-orang yang bertaqwa. Sesungguhnya orang yang meminta ijin kepadamu itu hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Alloh dan hari akhir, hati mereka bimbang sehingga mereka bingung dalam keraguan mereka. (QS. At Taubah: 44-45)
* Dalil yang menunjukkan bahwa jihad itu adalah perang yaitu: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya: Amalan apa yang dapat menyamai pahala jihad? Beliau menjawab: Kalian tidak akan dapat melakukannya — amalan apa yang dapat menyamai pahala jihad?.. kalian tidak akan dapat melakukannya — kemudian beliau bersabda: Apakah engkau sanggup apabila mujahid itu berangkat berjihad engkau masuk ke masjid kemudian sholat tanpa istirahat, atau berpuasa dan tidak berbuka sampai mujahid itu kembali? Para sahabat mengatakan: Siapa yang dapat melakukan hal itu? Beliau bersabda: Itulah pahala mujahid. Orang yang berjihad di jalan Alloh itu seperti orang yang berpusa dan sholat dengan khusyu’, dan tidak berhenti-henti sampai mujahid itu kembali. (HR. Al Bukhori)
Kemudian kita menafsirkan makna jihad dengan jihadun nafs (jihad melawan hawa nafsu) .. bukankah puasa itu jihadun nafs? Bukankah sholat itu jihadun nafs? Kenapa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya kalian tidak akan sanggup menyamai pahala mujahid? Artinya; mujahid itu menurut beliau bukanlah seperti itu. Mujahid adalah orang yang berperang, inilah mujahid. Ini adalah istilah syar’i sehingga tidak boleh dipermainkan, seperti sholat. Sholat itu artinya adalah berdiri, ruku’, sujud dan membaca bacaan-bacaan tertentu yang telah ditetapkan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Jika ada seseorang berdo’a, lalu ia mengatakan; Saya telah melaksanakan sholat, karena sholat secara bahasa artinya adalah do’a, lalu apakah Alloh akan menerima sholatnya? seandainya ia merubah istilah syar’i, Alloh tidak akan menerima sholatnya. Sholat adalah sebuah istilah syar’i.
Puasa adalah sebuah istilah syar’i yang telah ditentukan oleh Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, yaitu: menahan makan, minum dan bersetubuh sejak terbit fajar shodiq sampai terbenam matahari. Adapun jika ada seseorang menahan diri untuk tidak berbicara, lalu ia mengatakan: Saya sedang berpuasa. Ia mempermainkan istilah syar’i yang telah ditentukan orang yang menerima wahyu.
نزل به الروح الأمين على قلبك لتكون من المنذرين بلسان عربي مبين
Yang telah menurunkannya ruhul amin kepada hatimu, supaya engkau menjadi orang yang memberi peringatan, dengan menggunakan bahasa Arab yang nyata. (QS. 193-195)
Ini adalah istilah syar’i. Jihad adalah sebagaimana sholat dan puasa., seperti zakat dan seperti haji, yang maksudnya telah ditetapkan oleh syari’at. Sekali-kali tidak boleh mempermainkannya. Jihad artinya adalah perang di jalan Alloh. Jihad adalah perang. Adapun perkataan orang yang berbunyi: Kami telah kembali dari jihad kecil menuju jihad besar. Yang menganggap jihad dalam pertempuran, roket yang berterbangan di atas kepala, pesawat-pesawat tempur memuntahkan bom dari atas kepala! …
كفى ببارقة السيوف فوق رأسه فتنة
Cukuplah kilatan pedang diatas kepalanya itu sebagai fitnah…
Ini dianggap sebagai jihad kecil?! Sedangkan jihad akbar adalah menyerang pesawat tempur, sedangkan engkau tiarap di dalam rumah kalian?!… benar … masuk akal?! … apakah masuk akal yang seperti ini adalah jihad kecil sedangkan yang itu adalah jihad besar?! Demi Alloh, ini tidaklah adil?! Demi Alloh, mereka itu dusta. Ini adalah hadits maudlu’ (palsu) dan tidak ada asalnya. Berdusta atas nama Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, ini adalah hadits palsu, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mungucapkannya, dan juga tidak ada seorang sahabatpun yang mengucapkannya. Perkataan tersebut adalah perkataan salah seorang tabi’in yang bernama Ibrohim bin Abi ‘Ablah, dan perkataan itu salah.
Bagaimana mungkin yang ini jihad kecil sedangkan yang itu jihad besar?!… kita kembali kepada istilah syar’i: Jihad adalah perang, demikianlah ketentuannya ketika Alloh berfirman:
هل أدلكم على تجارة تنجيكم من عذاب أليم تؤمنون بالله ورسوله وتجاهدون في سبيل الله بأموالكم وأنفسكم
Maukah kalian Aku tunjukkan kepada perbiagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari siksa neraka. Yaitu kalian beriman kepada Alloh dan Rosulnya, dan kalian berjihad di jalan Alloh dengan harta dan jiwa kalian. (QS. Ash Shoff:10-11)
 
Apakah artinya; hendaknya kalian berpuasa?!.. ataukah artinya; hendaknya kalian mengerjakan sholat?!..
تجاهدون في سبيل الله بأموالكم وأنفسكم
… kalian berjihad di jalan Alloh dengan harta dan jiwa kalian..
Apakah artinya; hendaknya kalian melaksanakan qiyamul lail?!… Alloh berfirman; kalian berjihad, artinya adalah kalian berperang.
maka istilah ini haruslah betul-betul jelas dan tidak samar sedikitpun.
(bersambung)
Hukum Membuat Akte Jual Beli Tanah Lewat Notaris Dan Hal-Hal Yang Menyertai Hal Itu Berupa Syarat-Syarat Yang Mereka Terapkan Di Tengah Proses Jual Beli?
Pertanyaan No. 3
Tanggal publikasi: 23/9/2009
Mufti: Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisiy
Teks Pertanyaan:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para shahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya. Wa ba’du:
Saya punya pertanyaan yang dilontarkan salah seorang kerabat saya, dan langsung saja saya sampaikan sebagaimana berikut:
Seorang kerabat saya membutuhkan sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan hariannya, namun ia tidak memiliki gaji rutin, dan ia pun mulai berpikir untuk menjual sebidang tanah miliknya, akan tetapi di sana ada rintangan yaitu bahwa penjualan tanah itu mengharuskan pembubuhan tanda tangan pada dokumen jual beli di Notaris (Katibul ‘Adli) yang mengandung banyak hal, di antaranya: bahwa jual beli itu akan terlaksana sesuai undang-undang buatan kafir, dan bila terjadi perselisihan di saat proses pemindahan kepemilikan tanah kepada pembeli maka penyelesaian dalam keadaan seperti ini adalah perujukan kepada undang-undang buatan kafir yang berlaku di negeri ini yang berkaitan dengan penyelesaian persengketaan-persengketaan tanah untuk mengakhiri apa yang disengketakan, dan bahwa undang-undang buatan kafir adalah sandaran satu-satunya sampai selesainya semua proses.
Pertanyaannya di sini adalah apakah penandatanganan dia terhadap dokumen itu masuk dalam tahakum kepada selain apa yang telah Allah turunkan, padahal di sana tidak ada cara lain untuk menjual tanah di negeri ini kecuali lewat jalur Notaris (Katibul ‘Adli) yang diberi kewenangan oleh pemerintah murtad untuk mencatat akte kepemilikan tanah? Dan apa cara yang selamat secara syar’iy untuk melakukan mu’amalat semacam ini? Dan apakah boleh bagi dia saat terjadi persengketaan pergi ke mahkamah (pengadilan) dan menujuk orang sebagai wakil dia yang mengajukan kasus itu? Saya berharap dibimbing kepada tulisan para muwahhidin perihal hal semacam ini? Dan apakah di sana ada alasan-alasan lain bagi mu’amalat semacam ini? Semoga Allah memberikan balasan kebaikan yang banyak atas kebaikan yang anda sekalian ketengahkan… saudara kalian Abdul Barr.
Penanya: Murasalat Al Minbar
Jawaban:
Saudara kami yang budiman….
Pendokumenan akad jual beli pada Notaris tersebut bukanlah tergolong jenis tahakum kepada selain syari’at Allah selagi tidak ada tahakum betulan kepada mahkamah-mahkamah mereka saat terjadi persengketaan dan perselisihan, akan tetapi ia itu termasuk jenis semua mu’amalat yang didokumenkan dan (tergolong) akad-akad, dokumen-dokumen dan berkas-berkas yang dikeluarkan dari negara itu, di mana ia itu seluruhnya sesuai undang-undang mereka. Undang-undang ini adalah Qawanin Idariyyah (aturan-aturan yang bersifat administrasi dan tata tertib) yang tentunya tidak kosong dari kedzaliman, akan tetapi pada dasarnya bahwa pembuatan hukum (aturan) di dalam ruang lingkup Qawanin Idariyyah adalah disyari’atkan dan ia itu bukan tergolong macam pembuatan hukum thaghutiy yang menyaingi batasan-batasan Allah. Saya sebutkan ini bukan untuk memuji atau merekomendasikan undang-undang mereka, namun untuk memalingkan perhatian orang-orang yang mengkafirkan orang yang mendatangi pintu-pintu ini kepada kewajiban berhati-hati, melakukan pemilahan dan pengkajian.
Dan bagaimanapun, sesungguhnya mu’amalat-mu’amalat ini telah menjadi hal umum yang menimpa manusia pada hari ini, dan mereka mau tidak mau harus melakukan interaksi-interaksi ini untuk menjamin hak-hak dan kekayaan mereka, sedangkan hal ini sebagaimana yang telah saya katakan tidak dianggap sebagai tahakum, dan saya pandang tidak apa-apa selagi tidak menghantarkan benar-benar kepada tindakan tahakum secara riel.
Alih Bahasa
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman

Wasiat Syaikh Abu Muhammad al-Maqdisi

Wahai orang yang duduk berpangku
tangan…
telah berjalan nafas-nafasnya
sebagaimana berjalannya surat yang
berjalan, tidak dengan pelan-pelan … Sampai kapan engkau tidur, sementara
telah berjalan utusan cinta
bersama orang-orang yang baik … Sampaikanlah perintah Alloh secara
terang-terangan, jangan takut
manusia dalam meniti jalan Alloh… dan takutlah Alloh niscaya engkau
dapatkan keamanan …
Belalah kitab Alloh dan sunnah-sunnah
yang datang dari Nabi yang diutus
dengan membawa Al Qur'an … Tebaslah dengan pedang Alloh setiap
orang yang membangkang …
Sebagaimana tebasan seorang mujahid
pada kaki dan tangan musuh… Seranglah dengan tekad yang kuat,
sebagaimana serangan orang
yang tulus dan ikhlas kepada Alloh, yang
tidak pengecut … Tetap teguhlah dengan sabar di bawah
bendera kebenaran …
karena jika engkau terluka, itu adalah
dalam keridloan Alloh yang
Maha pengasih … Jadikanlah Kitabulloh dan sunnah-sunnah
yang shohih sebagai
senjatamu, kemudian selamatlah dengan
syurga … Siapakah yang berani bertarung silahkan
mengorbankan dirinya …
atau siapakah yang berani bertanding
silahkan menampakkan diri dimedan
perang … Sampaikanlah dengan terang-terangan
apa yang dikatakan oleh
Rosul, dan jangan takut lantaran
sedikitnya pendukung dan
penolong … Karena Alloh pasti membela agama dan
kitab-Nya …
Dan Alloh akan mencukupi hamba-Nya
dengan keamanan … Jangan takut kepada tipu daya dan
makar musuh …
karena yang mereka andalkan dalam
perang itu adalah dusta dan
bohong … Tentara para pengikut Rosul itu adalah
malaikat …
Sedangkan tentara mereka adalah
pasukan syetan …
Amatlah beda antara dua pasukan
tersebut… maka barangsiapa kebingungan, silahkan
melihat kepada dua
kelompok tersebut … Tetaplah tegar dan berperanglah di
bawah bendera kebenaran …
Dan bersabarlah, karena pertolongan
Alloh itu dekat …
Karena Alloh itu menolong agama-Nya,
kitab-Nya dan Rosul-Nya dengan ilmu dan kekuatan … Dan kebenaran itu adalah sebuah
bangunan yang tidak akan dapat
seorangpun meruntuhkannya…
meskipun seluruh bangsa jin dan
manusia berkumpul … Jika musuh itu banyak dan berteriak …
Tetaplah teguh karena teriakan mereka
itu seperti asap …
Yang naik kepada ketinggian, kemudian
setelah itu ia turun kepada titik yang
sangat rendah … Jangan takut kepada jumlah mereka
yang banyak…
karena mereka itu adalah nyamuk dan
lalat, apakah engkau takut
kepada lalat …???? Jangan mau dipimpin oleh sapi, yang
mana para pemimpinnya
adalah golongan banteng … Jika mereka menyerangmu, maka
janganlah kamu gundah dan takut
terhadap serangan mereka … Teguhlah dan janganlah menyerang
tanpa pasukan, karena ini tidak terpuji
menurut para pemberani … Dan sesungguhnya pasukan Alloh itu
berperang dengan amalan,
bukan dengan pasukan yang gagah
berani … Demi Alloh mereka tidaklah
menaklukkan berbagai negeri dengan
banyaknya jumlah …
bagaimana mungkin sedangkan jumlah
musuh mereka tidak
terhitung … Maka jika engkau melihat kelompok
Islam, pasukannya telah datang bersama
penguasa … Meneroboslah ke tengah-tengah
barisan…
dan janganlah bersama orang lemah
yang tidak bersemangat, atau bersama
orang yang takut … Kebenaran itu akan ditolong dan diuji…
maka jangan heran karena ini adalah
sunnatulloh …
Dengan begitu akan terpisah segolongan
dari golongan-Nya …
Dan oleh karena itulah manusia itu menjadi dua golongan …
Dan oleh karena itu pulalah para Rosul
berperang dengan orangorang kafir,
sejak adanya manusia … Akan tetapi kesudahan itu adalah
kemenangan bagi pengikut
kebenaran… jika di sana tidak
didapatkan, maka akan didapatkan di
hadapan Alloh azza wajalla…

MALAIKATPUN IKUT BERJIHAD MEMBANTU MUJAHIDIN CHECNYA

Kisah dari Forum Kalimatul Haq
Kisah ini terjad di bumi Chechya 
tepatnya di perbatasan Grozny

“Kami berperang dalam satu batalion bersama komandan operasi, dan selama perjalanan kembali dari Grozny menuju sebuah gunung tiba-tiba muncul pesawat-pesawat Rusia yang menerjunkan ratusan tentaranya. Kamipun mulai berpencar. Pada waktu itu kami dalam keadaan telanjang kaki dimalam yang gelap gulita serta di atas tanah yang dipenuhi salju.
Tentara Rusia tersebut turun di atas gunung sedangkan kami berada dibawahnya. Hal ini membuat sudut pandang kami menjadi tidak jelas, sedangkan bagi mereka sangat jelas. Karena posisi mereka yg diatas kami dan tidak ada cover untuk berlindung. Tapi tiba-tiba mereka diliputi kekacauan dan ketakutan dan mereka pun mulai menembak. Dan aku bersumpah atas nama Allah, kami melihat mereka menembak ke atas, padahal posisi kami dibawah.
Kemudian keadaan tiba-tiba berubah menjadi tenang dan hening. Kami pun menunggu hingga setengah jam. Kemudian Komandan Khattab rahimahullah berkata : “Saya ingin ada beberapa personil yang mendaki gunung untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dan mengapa mereka menghentikan tembakan”.
Seluruh mujahidin mengangkat tangannya, maka komandan Khattab menunjuk 7 personil dari mujahidin untuk mendaki ke atas. Setelah satu jam menunggu kami mendengar 7 personil mujahidin yang mendaki tadi meneriakkan Takbir di atas gunung.
Dengan di liputi rasa heran, kami pun menyusul mereka. Untuk menghilangkan keingintahuan kami, segera kami bertanya kejadian sebenarnya. Sesaat kemudian seluruh mujahidin bertakbir. Ternyata kami menemukan kejadian yang mengejutkan, ratusan tentara Rusia telah terpenggal.
Melihat kondisi tentara-tentara Rusia tersebut sepertinya mereka di penggal dengan sebetan pedang yang begitu keras, atau mungkin gergaji listrik, sehingga kami beranggapan tidak mungkin seorang manusia mampu melakukan hal itu. Satu hal yang aneh, senjata kalashinkov yang ada di tangan tentara rusiapun tidak rusak maupun tergores sedikit saja. Pisau-pisau dan senjata mereka yang lainnya pun masih utuh. Jumlah tentara Rusia yang terpenggal ada sekitar ratusan tentara. Kami menyadari bahwa sesungguhya Allah telah mengirim malaikat untuk menolong kami.
Di kutip dari buku “Karamah Mujahidin dari Masa ke Masa”, oleh Abu Muhammad.

Hadits-hadits tentang Keutamaan Surah Yasin, Satupun Tidak Ada yang Shahih





MUQADDIMAH

Kebanyakan kaum muslimin membiasakan membaca surat Yasin, baik pada malam Jum’at, ketika mengawali atau menutup majlis ta’lim, ketika ada atau setelah kematian dan pada acara-acara lain yang mereka anggap penting. Saking seringnya surat Yasin dijadikan bacaan di berbagai pertemuan dan kesempatan, sehingga mengesankan, Al-Qur’an itu hanyalah berisi surat Yasin saja. Dan kebanyakan orang membacanya memang karena tergiur oleh fadhilah atau keutamaan surat Yasin dari hadits-hadits yang banyak mereka dengar, atau menurut keterangan dari guru mereka.


Al-Qur’an yang di wahyukan Allah adalah terdiri dari 30 juz. Semua surat dari Al-Fatihah sampai An-Nas, jelas memiliki keutamaan yang setiap umat Islam wajib mengamalkannya. Oleh karena itu sangat dianjurkan agar umat Islam senantiasa membaca Al-Qur’an. Dan kalau sanggup hendaknya menghatamkan Al-Qur’an setiap pekan sekali, atau sepuluh hari sekali, atau dua puluh hari sekali atau khatam setiap bulan sekali. (Hadist Riwayat Bukhari, Muslim dan lainnya).

Sebelum melanjutkan pembahasan, yang perlu dicamkan dan diingat dari tulisan ini, adalah dengan membahas masalah ini bukan berarti penulis melarang atau mengharamkan membaca surat Yasin.

Sebagaimana surat-surat Al-Qur’an yang lain, surat Yasin juga harus kita baca. Akan tetapi di sini penulis hanya ingin menjelaskan kesalahan mereka yang menyandarkan tentang fadhilah dan keutamaan surat Yasin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Selain itu, untuk menegaskan bahwa tidak ada tauladan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat Yasin setiap malam Jum’at, setiap memulai atau menutup majlis ilmu, ketika dan setelah kematian dan lain-lain.

Mudah-mudahan keterangan berikut ini tidak membuat patah semangat, tetapi malah memotivasi untuk membaca dan menghafalkan seluruh isi Al-Qur’an serta mengamalkannya.

KELEMAHAN HADITS-HADITS TENTANG FADHILAH SURAT YASIN

Kebanyakan umat Islam membaca surat Yasin karena -sebagaimana dikemukakan di atas- fadhilah dan ganjaran yang disediakan bagi orang yang membacanya. Tetapi, setelah penulis melakukan kajian dan penelitian tentang hadits-hadits yang menerangkan fadhilah surat Yasin, penulis dapati Semuanya Adalah Lemah.

Perlu ditegaskan di sini, jika telah tegak hujjah dan dalil maka kita tidak boleh berdusta atas nama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebab ancamannya adalah Neraka. (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad dan lainnya).

HADITS DHA’IF DAN MAUDHU’

Adapun hadits-hadits yang semuanya dha’if (lemah) dan atau maudhu’ (palsu) yang dijadikan dasar tentang fadhilah surat Yasin diantaranya adalah sebagai berikut :

Hadist 1

Artinya: “Siapa yang membaca surat Yasin dalam suatu malam, maka ketika ia bangun pagi hari diampuni dosanya dan siapa yang membaca surat Ad-Dukhan pada malam Jum’at maka ketika ia bangun pagi hari diampuni dosanya.” (Ibnul Jauzi, Al-Maudhu’at, 1/247).
Keterangan: Hadits ini Palsu.
Ibnul Jauzi mengatakan, hadits ini dari semua jalannya adalah batil, tidak ada asalnya. Imam Daruquthni berkata: Muhammad bin Zakaria yang ada dalam sanad hadits ini adalah tukang memalsukan hadits. (Periksa: Al-Maudhu’at, Ibnul Jauzi, I/246-247, Mizanul I’tidal III/549, Lisanul Mizan V/168, Al-Fawaidul Majmua’ah hal. 268 No. 944).

Hadits 2

Artinya: “Siapa yang membaca surat Yasin pada malam hari karena mencari keridhaan Allah, niscaya Allah mengampuni dosanya.”
Keterangan: Hadits ini Lemah.
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitabnya Mu’jamul Ausath dan As-Shaghir dari Abu Hurairah, tetapi dalam sanadnya ada rawi Aghlab bin Tamim. Kata Imam Bukhari, ia munkarul hadits. Kata Ibnu Ma’in, ia tidak ada apa-apanya (tidak kuat). (Periksa: Mizanul I’tidal I:273-274 dan Lisanul Mizan I : 464-465).

Hadits 3

Artinya: “Siapa yang terus menerus membaca surat Yasin pada setiap malam, kemudian ia mati maka ia mati syahid.”
Keterangan: Hadits ini Palsu.
Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Shaghir dari Anas, tetapi dalam sanadnya ada Sa’id bin Musa Al-Azdy, ia seorang pendusta dan dituduh oleh Ibnu Hibban sering memalsukan hadits. (Periksa: Tuhfatudz Dzakirin, hal. 340, Mizanul I’tidal II : 159-160, Lisanul Mizan III : 44-45).

Hadits 4

Artinya: “Siapa yang membaca surat Yasin pada permulaan siang (pagi hari) maka akan diluluskan semua hajatnya.”
Keterangan: Hadits ini Lemah.
Ia diriwayatkan oleh Ad-Darimi dari jalur Al-Walid bin Syuja’. Atha’ bin Abi Rabah, pembawa hadits ini tidak pernah bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab ia lahir sekitar tahun 24H dan wafat tahun 114H.

(Periksa: Sunan Ad-Darimi 2:457, Misykatul Mashabih, takhrij No. 2177, Mizanul I’tidal III:70 dan Taqribut Tahdzib II:22).

Hadits 5

Artinya: “Siapa yang membaca surat Yasin satu kali, seolah-olah ia membaca Al-Qur’an dua kali.” (Hadits Riwayat Baihaqi dalam Syu’abul Iman).
Keterangan: Hadits ini Palsu.
(Lihat Dha’if Jamiush Shaghir, No. 5801 oleh Syaikh Al-Albani).

Hadits 6

Artinya: “Siapa yang membaca surat Yasin satu kali, seolah-olah ia membaca Al-Qur’an sepuluh kali.” (Hadits Riwayat Baihaqi dalam Syu’abul Iman).
Keterangan: Hadits ini Palsu.
(Lihat Dha’if Jami’ush Shagir, No. 5798 oleh Syaikh Al-Albani).

Hadits 7

Artinya: “Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu mempunyai hati dan hati (inti) Al-Qur’an itu ialah surat Yasin. Siapa yang membacanya maka Allah akan memberikan pahala bagi bacaannya itu seperti pahala membaca Al-Qur’an sepuluh kali.”
Keterangan: Hadits ini Palsu
Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (No. 304 8) dan Ad-Darimi 2:456. Di dalamnya terdapat Muqatil bin Sulaiman. Ayah Ibnu Abi Hatim berkata: Aku mendapati hadits ini di awal kitab yang di susun oleh Muqatil bin Sulaiman. Dan ini adalah hadits batil, tidak ada asalnya. (Periksa: Silsilah Hadits Dha’if no. 169, hal. 202-203). Imam Waqi’ berkata: Ia adalah tukang dusta. Kata Imam Nasa’i: Muqatil bin Sulaiman sering dusta.

(Periksa: Mizanul I’tidal IV:173).

Hadits 8

Artinya: “Siapa yang membaca surat Yasin di pagi hari maka akan dimudahkan (untuknya) urusan hari itu sampai sore. Dan siapa yang membacanya di awal malam (sore hari) maka akan dimudahkan urusannya malam itu sampai pagi.”
Keterangan: Hadits ini Lemah.
Hadits ini diriwayatkan Ad-Darimi 2:457 dari jalur Amr bin Zararah. Dalam sanad hadits ini terdapat Syahr bin Hausyab. Kata Ibnu Hajar: Ia banyak memursalkan hadits dan banyak keliru. (Periksa: Taqrib I:355, Mizanul I’tidal II:283).

Hadits 9

Artinya: “Bacakanlah surat Yasin kepada orang yang akan mati di antara kamu.”
Keterangan: Hadits ini Lemah.
Diantara yang meriwayatkan hadits ini adalah Ibnu Abi Syaibah (4:74 cet. India), Abu Daud No. 3121. Hadits ini lemah karena Abu Utsman, di antara perawi hadits ini adalah seorang yang majhul (tidak diketahui), demikian pula dengan ayahnya. Hadits ini juga mudtharib (goncang sanadnya/tidak jelas).

Hadits 10

Artinya: “Tidak seorang pun akan mati, lalu dibacakan Yasin di sisinya (maksudnya sedang naza’) melainkan Allah akan memudahkan (kematian itu) atasnya.”
Keterangan: Hadits ini Palsu.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Akhbaru Ashbahan I :188. Dalam sanad hadits ini terdapat Marwan bin Salim Al Jazari. Imam Ahmad dan Nasa’i berkata, ia tidak bisa dipercaya. Imam Bukhari, Muslim dan Abu Hatim berkata, ia munkarul hadits. Kata Abu ‘Arubah Al Harrani, ia sering memalsukan hadits. (Periksa: Mizanul I’tidal IV : 90-91).

PENJELASAN

Abdullah bin Mubarak berkata: Aku berat sangka bahwa orang-orang zindiq (yang pura-pura Islam) itulah yang telah membuat riwayat-riwayat itu (hadits-hadits tentang fadhilah surat-surat tertentu). Dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata: Semua hadits yang mengatakan, barangsiapa membaca surat ini akan diberikan ganjaran begini dan begitu SEMUA HADITS TENTANG ITU ADALAH PALSU. Sesungguhnya orang-orang yang memalsukan hadits-hadits itu telah mengakuinya sendiri. Mereka berkata, tujuan kami membuat hadits-hadits palsu adalah agar manusia sibuk dengan (membaca surat-surat tertentu dari Al-Qur’an) dan menjauhkan mereka dari isi Al-Qur’an yang lain, juga kitab-kitab selain Al-Qur’an. (Periksa: Al-Manarul Munffish Shahih Wadh-Dha’if, hal. 113-115).

KESIMPULAN

Dengan demikian jelaslah bahwa hadit-hadits tentang fadhilah dan keutamaan surat Yasin, semuanya LEMAH dan PALSU. Oleh karena itu, hadits-hadits tersebut tidak dapat dijadikan hujjah untuk menyatakan keutamaan surat ini dan surat-surat yang lain, dan tidak bisa pula untuk menetapkan ganjaran atau penghapusan dosa bagi mereka yang membaca surat ini. Memang ada hadits-hadits shahih tentang keutamaan surat Al-Qur’an selain surat Yasin, tetapi tidak menyebut soal pahala. Wallahu A’lam.

Brobosan, pemecahan piring, menyembelih hewan, adzan ketika mayit akan di kubur, dan tahlilan (selamatan kematian) bukan ajaran Islam.


































Kalau semuanya ini bukan berasal dari ajaran Islam, maka selamanya ia tidak akan pernah menjadi ajaran Islam walaupun dipaksa-paksakan dan dilakukan oleh para tokoh masyarakat. Karena Islam telah sempurna.....


Mengurus kematian bagi umat Islam sudah ada tata caranya yang dituntunkan dan dicontohkan Nabi Muhammad. Selain dari pada itu termasuk hal yang diada-adakan atau bid'ah yang termasuk dalam kesesatan. Hal-hal yang masih banyak dijalankan oleh umat Islam pada saat upacara kematian selalu berlindung pada alasan adat istiadat.

Mencermati upacara kematian sebagian ummat Islam, ada yang masih kental dengan serangkaian adat yang jelas-jelas tidak dituntunkan dalam Islam. Pada saat keberangkatan jenazah, seperti melakukan pemecahan piring yang sebenarnya sebagai simbolisasi tertentu tetapi menjadi sesat ketika niatannya untuk maksud penghormatan atau demi keselamatan.

Menuju detik-detik keberangkatan jenazah menuju ke pemakaman, sebagian masyarakat biasanya melakukan prosesi upacara adat . Sebagai mengantar arwah ke alam akhirat, pihak keluarga memecahkan tiga macam perkakas rumah dengan disertai pekikan Allahu Akbar. Tiga perkakas itu secara berturut-turut adalah piring, gelas, dan kaca.Upacara kemudian dilanjutkan dengan upacara brobosan. Upacara ini adalah mengkolong (berjalan di bawah keranda) sebanyak tiga kali yang dilakukan keluarga inti.

Beberapa adat lain seperti menyapu di depan jenazah yang akan berangkat, upacara brobosan bagi anak cucu di bawah jenazah untuk penghormatan terakhir, mengambil air sisa mandi jenazah kemudian diusapkan ke wajah pada anak-anak yang ditinggal, menyembelih seekor ayam ketika jenazah akan diberangkatkan, adzan sebelum memasukkan jenazah ke liang lahat, dan tahlilan adalah beberapa rangkaian upacara yang dilakukan sebelum dan setelah jenazah dimakamkan di sebagian tempat di negeri kita.

Bukan bermaksud menjelekkan tetapi sebagai pencerahan bagi kita yang masih hidup untuk lebih berhati-hati bila berkaitan dengan tuntunan Islam yang benar. Kita harus berusaha melandaskan segala sesuatu berdasarkan Al Qur'an dan tuntunan Nabi Muhammad supaya tidak terjebak dalam ibadah sia-sia yang mengarah kepada kemusyrikan. Ancaman dari hal-hal yang termasuk bid'ah adalah sesat yang ganjarannya adalah neraka.

Salah satu upacara tradisional dalam adat istiadat kematian jawa adalah upacara brobosan. Upacara brobosan ini bertujuan untuk menunjukkan penghormatan dari sanak keluarga kepada orang tua dan leluhur mereka yang telah meninggal dunia. Upacara brobosan diselenggarakan di halaman rumah orang yang meninggal, sebelum dimakamkan, dan dipimpin oleh anggota keluarga yang paling tua.

Sekilas tradisi brobosan dilangsungkan secara berurutan sebagai berikut:

1) peti mati dibawa keluar menuju ke halaman rumah dan dijunjung tinggi ke atas setelah upacara doa kematian selesai,

2) anak laki-laki tertua, anak perempuan, cucu laki-laki dan cucu perempuan, berjalan berurutan melewati peti mati yang berada di atas mereka (mrobos) selama tiga kali dan searah jarum jam,

3) urutan selalu diawali dari anak laki-laki tertua dan keluarga inti berada di urutan pertama; anak yang lebih muda beserta keluarganya mengikuti di belakang.


Upacara tradisional ini menyimbolkan penghormatan sanak keluarga yang masih hidup kepada orang tua dan leluhur mereka.

Yasinan Malam Jum'at Secara Berjamaah Adakah Tuntunannya ?

Imam Syafi'i berkata : "Saya memandang SUNAT membaca surah AL KAHFI pada malam JUM'AT dan siangnya, karena telah datang katerangan hadits padanya". (Al Umm terjemahan Jilid 2 hal. 50 terjemahan Prof.TK.H.Ismail Yakub SH.MA.)

Sudah menjadi kebiasaan rutin pada tiap malam Jum'at sebagian ibu-ibu yang tergabung dalam jama'ah pengajian atau arisan RT mengadakan acara yasinan, yaitu membaca surah yasin bersama-sama pada tiap rumah warga setempat secara bergiliran. Biasanya mereka melakukan hal tersebut selain sudah menjadi tradisi juga tidak terlepas untuk meraih fadhilah-fadhilah yang akan didapatkan apabila membaca surat Yasin.


Terkadang dalam moment tertentu partai-partai politik juga ikut bagian memanfaatkan keadaan ini untuk menggalang masa dan dengan gencarnya menghidupkan acara ini. Mereka juga terkadang mencetak buku Yasin dengan gambar atau logo tertentu plus membagi-bagikan selendang atau jilbab dll. Maka jadilah perkumpulan yasinan sebagai komoditi politik.
Membaca al Qur'an itu sangat di anjurkan dan bahkan mendapat pahala. Hanya saja apabila dibuat semacam pengkhususan, seakan-akan membaca surat Yasin pada malam jum'at adalah suatu kewajiban, maka hal tersebut tentunya harus bersandar kepada dalil.
Tidak salah membaca surah Yasin atau surah apapun pada malam jum'at secara sendirian. Dan sangat salah juga kalau melarang seseorang membaca al Qur'an.

Hanya saja kekeliruan anggapan bagusnya membaca surah yasin pada malam jum'at pada sebagian ummat Islam tersebut menjadi timbul karena keliru dalam memahami fadhilah-fadhilah surah Yasin, dan dalam prakteknya surah Yasin tersebut dibaca secara berjama'ah, sehingga tidak ada lagi yang menyimak bacaan tersebut karena masing-masing membaca. Bagi yang kurang bisa membaca al Qur'an biasanya hanya mengikuti membaca bagian ujung pada setiap ayat dengan suara yang keras, sehingga tidak ada yang mengoreksi benar atau salah bacaan tersebut. Padahal alangkah baiknya seandainya membaca alqur'an tersebut secara tartil dan mengerti apa maksud ayat tersebut. Dan hasil investigasi saya (penulis) ada di beberapa kelompok jama'ah yasinan yang anggotanya hanya dapat membaca surah Yasin bila membaca huruf latinnya saja (bahasa Arab yang ditulis dengan bahasa Indonesia), tapi ketika di tes membaca sendiri-sendiri langsung memakai teks Arabnya ternyata 1 s/d 3 orang saja yang mampu membaca dengan baik, selebihnya tidak bisa.

Rasulullah, para sahabat, tabi'in dan tabiut tabi'in adalah orang yang PALING MENGERTI AGAMA ISLAM. Mereka tidak melakukan baca Yasin pada malam Jum'at secara berjama'ah walaupun mungkin sebagian manusia menganggapnya baik.

Pahamilah "Kaidah" yang agung ini;

لو كان خيرا لسبقون اليه
"Lau Kaana Khairan Lasabaquuna ilaihi"


SEANDAINYA PERBUATAN ITU BAIK, MAKA RASULULLAH, PARA SAHABAT, TABI'IN DAN TABIUT TABI'IN PASTI MEREKA LEBIH DAHULU MENGAMALKANNYA DARIPADA KITA. Karena mereka paling tahu tentang nilai sebuah kebaikan daripada kita yang hidup di jaman sekarang ini.


Yang perlu diketahui juga, setelah diteliti ternyata hadits-hadits tentang keutamaan surah Yasin, satupun tidak ada yang shahih. Silahkan klik dan baca link ini:

http://hijrahdarisyirikdanbidah.blogspot.com/2011/03/hadits-hadits-tentang-keutamaan-surah.html


Bahkan yang dianjurkan malah membaca surah Al Kahfi.

Silahkan klik dan baca link ini:

http://hijrahdarisyirikdanbidah.blogspot.com/2011/04/sunnah-membaca-surah-al-kahfi-pada.html


Namun ketika dinasehati akan hal tersebut biasanya mereka langsung berdalih dan mengatakan dan bergumam, “Masa baca surat Yasin saja dilarang?!” Atau ada pula yang berkata, “Masa baca dzikir saja dilarang?!

Untuk menyanggah perkataan di atas, perlu sekali kita ketahui mengenai dua macam bid’ah yaitu bid’ah hakikiyah dan idhofiyah.
Bid’ah hakikiyah adalah setiap bid’ah yang tidak ada dasarnya sama sekali baik dari Al Qur’an, As Sunnah, ijma’ kaum muslimin, dan bukan pula dari penggalian hukum yang benar menurut para ulama baik secara global maupun terperinci. (Al I’tishom, 1/219)
Di antara contoh bid’ah hakikiyah adalah puasa mutih (dilakukan untuk mencari ilmu sakti), mendekatkan diri pada Allah dengan kerahiban (hidup membujang seperti para biarawati), dan mengharamkan yang Allah halalkan dalam rangka beribadah kepada Allah. Ini semua tidak ada contohnya dalam syari’at.
Bid’ah idhofiyah adalah setiap bid’ah yang memiliki 2 sisi yaitu [1] dari satu sisi memiliki dalil, maka dari sisi ini bukanlah bid’ah dan [2] di sisi lain tidak memiliki dalil maka ini sama dengan bid’ah hakikiyah. (Al I’tishom, 1/219)
Jadi bid’ah idhofiyah dilihat dari satu sisi adalah perkara yang disyari’atkan. Namun ditinjau dari sisi lain yaitu dilihat dari enam aspek adalah bid’ah. Enam aspek tersebut adalah waktu, tempat, tatacara (kaifiyah), sebab, jumlah, dan jenis.
Contohnya bid’ah idhofiyah adalah dzikir setelah shalat atau di berbagai waktu secara berjama’ah dengan satu suara. Dzikir adalah suatu yang masyru’ (disyari’atkan), namun pelaksanaannya dengan tatacara semacam ini tidak disyari’atkan dan termasuk bid’ah yang menyelisihi sunnah.
Contoh lainnya adalah puasa atau shalat malam hari nishfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban). Begitu pula shalat rogho’ib pada malam Jum’at pertama dari bulan Rajab. Kedua contoh ini termasuk bid’ah idhofiyah. Shalat dan puasa adalah ibadah yang disyari’atkan, namun terdapat bid’ah dari sisi pengkhususan zaman, tempat dan tatacara. Tidak ada dalil dari Al Kitab dan As Sunnah yang mengkhususkan ketiga hal tadi.
Begitu juga hal ini dalam acara yasinan dan tahlilan. Bacaan tahlil adalah bacaan yang disyari’atkan. Bahkan barangsiapa mengucapkan bacaan tahlil dengan memenuhi konsekuensinya maka dia akan masuk surga. Namun, yang dipermasalahkan adalah pengkhususan waktu, tatacara dan jenisnya. Perlu kita tanyakan manakah dalil yang mengkhususkan pembacaan tahlil pada hari ke-3, 7, dan 40 setelah kematian. Juga manakah dalil yang menunjukkan harus dibaca secara berjama’ah dengan satu suara. Mana pula dalil yang menunjukkan bahwa yang harus dibaca adalah bacaan laa ilaha illallah, bukan bacaan tasbih, tahmid atau takbir. Dalam acara yasinan juga demikian. Kenapa yang dikhususkan hanya surat Yasin, bukan surat Al Kahfi, As Sajdah atau yang lainnya? Apa memang yang teristimewa dalam Al Qur’an hanyalah surat Yasin bukan surat lainnya? Lalu apa dalil yang mengharuskan baca surat Yasin setelah kematian? Perlu diketahui bahwa kebanyakan dalil yang menyebutkan keutamaan (fadhilah) surat Yasin adalah dalil-dalil yang lemah bahkan sebagian palsu.
Jadi, yang kami permasalahkan adalah bukan puasa, shalat, bacaan Al Qur’an maupun bacaan dzikir yang ada. Akan tetapi, yang kami permasalahkan adalah pengkhususan waktu, tempat, tatacara, dan lain sebagainya. Manakah dalil yang menunjukkan hal ini?

Tradisi Menaburkan Beras Kuning. Persamaan Antara Tradisi Hindu dan Yahudi

Tradisi menghamburkan beras kuning pada beberapa acara adat


Tepung tawar: terdiri dari beras berwarna putih, beras berwarna kuning kunyit, dan daun dapdap yang dicincang halus. Beras berwarna putih dan kuning kunyit adalah lambang dari keseimbangan hidup manusia, terutama perwujudan rwa bhineda, misalnya: siang-malam, baik-buruk, lelaki-perempuan, dst.http://stitidharma.org/lis/



Di bawah ini adalah potongan dialog antara seorang penganut agama Hindu dan seorang Yahudi.
Orang Hindu berkata;
We also have corresponding festivals. In the Jewish tradition, you have Yom Kippur, and we have Navaratri; we fast and pray and do special prayers at the time. The festivals of Purim and Holi, coming in the springtime, signify triumph of good over evil are in both traditions. When we do a blessing, we use rice as the symbol of fertility. Both, Hindus and Jews, do penance and fasting. In the past, it is said that Jews used to rub ash on the body to purify themselves. We have two important rivers: Jordan and Ganga
Kami juga memiliki festival yang berkesesuaian. Dalam tradisi Yahudi, Anda memiliki Yom Kippur, dan kami Navaratri, kita berpuasa dan berdoa dan melakukan doa khusus pada saat itu. Festival Purim dan Holi, datang di musim semi, menandakan kemenangan kejahatan atas baik di kedua tradisi. Ketika kita lakukan berkat, kita menggunakan beras sebagai simbol kesuburan. Kedua, Hindu dan Yahudi, melakukan silih dan puasa. Di masa lalu, dikatakan bahwa orang Yahudi menggunakan abu untuk digosokan pada tubuh untuk menyucikan diri. Kami memiliki dua sungai penting: Yordania dan Gangga.
Orang Yahudi berkata;
It is also our custom to throw rice on the bride and groom in the expectation that they will be fecund and productive. There is even a custom of putting ashes on the forehead of the groom to remember the destruction of the temple, and to pray for its reconstruction.
Hal ini juga kebiasaan kami untuk menaburkan beras pada pengantin dengan harapan bahwa mereka akan subur dan produktif. Bahkan ada kebiasaan menempatkan abu di dahi pengantin pria untuk mengingat kehancuran Bait Allah, dan berdoa untuk rekonstruksi.

Sumber: Similarities Between Hindu and Jewish Traditions

Perkataan Para Ulama Salaf Tentang Tercelanya Bid'ah


1. Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata:
اَلْإِقْتِصَادُ فِي السُّنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الْإِجْتِهَادِ فِي الْبِدْعَةِ
Sederhana dalam melakukan sunnah lebih baik daripada bersungguh-ungguh dalam melaksanakan bid’ah. (Riwayat Ad-Darimi)


dan beliau juga berkata:
اِتَّبِعُوْا وَلاَ تَبْتَدِعُوْا فَقَدْ كُفِيْتُمْ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
Ittiba’lah kalian dan jangan kalian berbuat bid’ah karena sesungguhnya kalian telah dicukupi, dan setiap bid’ah adalah kesesatan”. (Riwayat Ad-Darimi no. 211 dan dishohihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam ta’liq beliau terhadap Kitabul Ilmi karya Ibnul Qoyyim)
2. ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma berkata:
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً
Setiap bid’ah adalah sesat walaupun manusia menganggapnya baik”. (Riwayat Al-Lalika`i dalam Syarh Ushul I’tiqod Ahlissunnah)
3. Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata:
فَإِيَّاكُمْ وَمَا يُبْتَدَعُ, فَإِنَّ مَا ابْتُدِعَ ضَلاَلَةٌ
Maka waspadalah kalian dari sesuatu yang diada-adakan, karena sesungguhnya apa-apa yang diada-adakan adalah kesesatan”. (Riwayat Abu Daud no. 4611)
4. Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma pernah berkata kepada Utsman bin Hadhir:
عَلَيْكَ بِتَقْوَى اللهِ وَالْإِسْتِقَامَةِ, وَاتَّبِعْ وَلاَ تَبْتَدِعْ
“Wajib atasmu untuk bertaqwa kepada Allah dan beristiqomah, ittiba’lah dan jangan berbuat bid’ah”. (Riwayat Ad-Darimi no. 141)
5.Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:
مَنِ اسْتَحْسَنَ فَقَدْ شَرَعَ
Barang siapa yang menganggap baik (suatu bid’ah) maka berarti dia telah membuat syari’at”.
6. Imam Ahmad rahimahullah berkata dalam kitab beliau Ushulus Sunnah:
أُصُوْلُ السُّنَّةِ عِنْدَنَا اَلتَّمَسُّكُ بِمَا كَانَ عَلَيْهِ أَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وعلى آله وسلم وَالْإِقْتِدَاءُ بِهِمْ وَتَرْكُ الْبِدَعَ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
Pokok sunnah di sisi kami adalah berpegang teguh dengan apa-apa yang para shahabat Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam berada di atasnya, meneladani mereka serta meninggalkan bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan”.
7. Sahl bin ‘Abdillah At-Tasturi rahimahullah berkata:
مَا أَحْدَثَ أًحَدٌ فِي الْعِلْمِ شَيْئًا إِلاَّ سُئِلَ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ, فَإِنْ وَافَقَ السُّنَّةَ سَلِمَ وَإِلاَّ فَلاَ
Tidaklah seseorang memunculkan suatu ilmu (yang baru) sedikitpun kecuali dia akan ditanya tentangnya pada hari Kiamat ; bila ilmunya sesuai dengan sunnah maka dia akan selamat dan bila tidak maka tidak”. (Lihat Fathul Bari: 13/290)
8. Umar bin Abdil Aziz rahimahullah berkata:
أَمَّا بَعْدُ, أُوْصِيْكَ بِتَقْوَى اللهِ وَالْإِقْتِصَادْ فِي أَمْرِهِ, وَاتِّبَاعِ سُنَّةَ نَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ, وَتَرْكِ مَا أَحْدَثَ الْمُحْدِثُوْنَ بَعْدَ مَا جَرَتْ بِهِ سُنَّتُهُ
Amma ba’du, saya wasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah dan bersikap sederhana dalam setiap perkaraNya, ikutilah sunnah NabiNya Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam dan tinggalkanlah apa-apa yang dimunculkan oleh orang-orang yang mengada-adakan setelah tetapnya sunnah beliau Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam. (Riwayat Abu Daud)
9. Abu Utsman An-Naisaburi rahimahullah berkata:
مَنْ أَمَّرَ السُّنَّةَ عَلَى نَفْسِهِ قَوْلاً وَفِعْلاً نَطَقَ بِالْحِكْمَةِ, وَمَنْ أَمَّرَ الْهَوَى عَلَى نَفْسِهِ قَوْلاً وَفِعْلاً نَطَقَ بِالْبِدْعَةِ
Barang siapa yang menguasakan sunnah atas dirinya baik dalam perkataan maupun perbuatan maka dia akan berbicara dengan hikmah, dan barang siapa yang menguasakan hawa nafsu atas dirinya baik dalam perkataan maupun perbuatan maka dia akan berbicara dengan bid’ah”. (Riwayat Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah : 10/244)

Haulan Kematian Versi Yahudi

Haulan Kematian Versi Yahudi

Kata 'Haul' diambil dari kata Bahasa Arab حا ل - يحول - حولا Haala-Yahuulu-Haulan yang mempunyai makna 'setahun', atau 'masa yang sudah mencapai satu tahun'. Pada perkembangannya, kata 'haul' kemudian seringkali dimaknai sebagai kegiatan ritual keagamaan tahunan untuk memperingati hari meninggalnya orang yang dicintai atau orang yang diagungkan.


Di bawah ini adalah sebagian gambar orang Yahudi yang memperingati haul orang-orang yang mereka cintai.

Yahudi Ortodoks






Orang Yahudi membaca kitab suci mereka di kuburan




Bandingkan dengan Haul yang biasa diperingati oleh sebagian umat Islam


Sebagian umat Islam ada juga yang membaca kitab suci Al Qur'an di kuburan

Formalisasi Thaghut yang berbahaya

Belum pernah terdengar ungkapan bahwa pemerintahan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dan penggantinya, para khalifah, yang menerapkan syari’at Islam, baik untuk Muslimin maupun untuk non Muslim (kafir dzimmi) itu berbahaya. Jangan dianggap Islam memaksa non Muslim untuk memeluk Islam. Dalam Islam, orang non Muslim ada hak-hak dan kewajiban yang berkaitan antara jaminan pemerintahan yang menerapkan syari’at Islam dengan diri para warga non Muslim, tanpa didhalimi sama sekali. Maka diterapkannya syari’at Islam oleh negara sama sekali sangat bermanfaat dan bermaslahat bagi orang yang akalnya bisa memikir secara obyektif, bukan berbahaya seperti ungkapan orang-orang yang asal omong tanpa bukti. Justru yang berbahaya itu adalah pemerintahan yang tidak menerapkan syari’ah Islam, baik itu bahaya terhadap ummat Islam maupun terhadap lainnya. Misalnya, bisa kita ajukan pertanyaan kepada bangsa kita sendiri: Atas nama aturan thaghut, sudah berapa ribu manusia Indonesia yang dibantai. 

Atas nama aturan thaghut pula sudah berapa ribu manusia muslim maupun non muslim yang dipenjarakan. Atas nama aturan thaghut, sudah berapa ribu manusia muslim yang berubah aqidahnya menjadi sekuler, bahkan anti Islam, memusuhi Islam, sengit dan benci terhadap Islam, muak terhadap Islam, omong seenaknya mengenai Islam, dan meminggirkan ummat Islam berpuluh-puluh tahun. 

Atas nama aturan thaghut, berapa ribu manusia muslim yang murtad, dan berapa puluh juta manusia yang tidak tahu tentang agamanya, Islam, bahkan tidak tahu bahwa Allah سبحنحا و تعال itu tempatnya di atas langit, bersemayam di atas ‘Arsy, lalu diajarkan bahwa Allah itu ada di mana-mana.

Atas nama aturan thaghut berapa ribu atau bahkan berapa juta manusia yang  lebih mementingkan  aturan thaghut daripada Allah سبحنحا و تعال, apalagi hanya terhadap agama Islam. Atas nama aturan thaghut, berapa juta manusia yang  lebih mementingkan aturan thaghut daripada syahadatain, hamdalah, shalawat atas Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم . Terbukti, dalam pidato-pidato bahkan kadang khutbah Jum’at, mereka fasih sekali mengucapkan aturan thaghut, namun belum tentu memuji Allah dengan hamdalah, bershalawat Nabi, ataupun mengucapkan syahadatain. 

Atas nama aturan thaghut, berapa juta manusia yang menjadi keblangsak, miskin dan melarat. Dan atas nama itu pula, berapa juta manusia yang menjadi sangat rakus melebihi binatang buas, dan bahkan kebejatan moral yang luar biasa, serta kekerasan dan kesadisan yang tidak takut api neraka. Itu semua bisa ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih banyak lagi.


Coba mari kita belajar jujur kepada keadaan. Itukah  yang tidak berbahaya, sedang syari’at Islam yang dianggap bahaya? Alhamdulillah, aturan thaghut yang diagung-agungkan, bahkan waktu lalu ketika negeri-negeri lain mengalami konflik, lalu orang tak segan-segan mengatakan, ingin mengekspor aturan thaghut kepada negeri yang konflik itu, lantas alhamdulillah ditunjukkan oleh Allah سبحنحا و تعال berkat aturan thaghut maka negeri ini penuh dengan konflik, krisis dan kemerosotan moral yang luar biasa. Silakan aturan thaghut --yang ditatarkan secara merata kepada guru besar, mahasiswa, pelajar, sampai rakyat biasa-- itu sekarang diekspor, agar utang pemerintah yang sudah sangat menjerat leher rakyat ini bisa terbayar sedikit-sedikt dengan hasil ekspor aturan thaghutnya.  Silakan.   


Terus terang saya rela mati untuk membela syari’at Islam, apalagi mereka anggap syari’at Islam itu berbahaya kalau diformalkan. Saya anggap yang berbahaya itu justru  sebaliknya, yaitu yang menolak syari’at Islam, dengan aneka bukti ini tadi. Dan syari’at Islam  belum terbukti bahayanya, baik dalam sejarah maupun dalam kenyataan. Silakan para pejuang penentang syari’at, kalau mati nanti berbekal perjuangannya itu, menghadapi siksa Allah yang amat pedih. Dan silahkan pula yang memperjuangkan syari’at Islam, ketika mati nanti akan mendapatkan pahalanya dari Allah سبحنحا و تعال, insya Allah. 

Biarlah pencetus dan penggali api penentang syari’at Islam menyediakan neraka bagi pembela-pembela api itu. Sedang Allah سبحنحا و تعال tetap akan menyediakan surga bagi pengamal dan pembela Syari’atNya. Silakan para pembenci syari’at Islam mengatakan bahwa syari’at Islam itu berbahaya, memecah belah keutuhan bangsa, silakan. Itu berarti menuduh pembuat syari’at, yaitu Allah سبحنحا و تعال sebagai Dzat yang berbahaya, dan memecah belah bangsa. Betapa beraninya mulut-mulut mereka itu, padahal mereka mengaku sebagai  hamba Allah, namun sebenarnya adalah penentang Allah yang sangat dahsyat lagi terang-terangan. Anehnya, mereka berani mengaku sebagai Muslim, bahkan ada yang memimpin organisasi Islam.


Takut kalau bangsa ini pecah?

Mereka takut kalau bangsa ini pecah, itu hanyalah alasan yang mereka bikin-bikin dalam rangka menentang syari’at Islam. Sebenarnya, mereka hanya takut kalau Islam itu tegak, maju, berkuasa, adil, menegakkan hukum dengan baik. Karena mereka yang tadinya korupsi maka akan kehilangan lahan, yang biasanya berzina akan terkontrol hukum, yang biasanya bebas bermunafik ria akan terkena intaian kewaspadaan dari masyarakat, yang tadinya sesukanya mengacak-acak syari’at  sambil minta sponsoran dari musuh syari’at akan kehilangan lahan, dan mereka yang membodohi ummat dengan hal-hal yang bertentangan dengan syari’at seperti bid’ah, khurofat, kemusyrikan, sekulerisme, komunisme, nasionalisme anti Islam dsb akan tak punya kesempatan lagi.

Mereka sangat rela apabila muslimin ini dijejali ajaran thaghut hingga keislamannya tidak jelas, dan akhlaqnya rusak. Mereka rela sekali. Tetapi kalau akhlaq masyarakat itu terjamin secara Islami, kemaksiatan diberantas, itu mereka tidak rela. Ibarat siluman, pohon tempat mereka berlindung  tahu-tahu ditebang, maka mereka tak rela. Pohon pelindung itu adalah penghalang syari’at, kalau syari’atnya ditegakkan, otomatis pohon itu jatuh. Itulah yang mereka tidak rela.

Mereka mengingkari kenyataan sejarah, direkatnya bangsa Indonesia ini bukannya oleh api penentangan syari’at, tetapi oleh Islam. Bangsa Indonesia ini sejak dulu menyebut penjajah Belanda itu adalah Belanda kafir. Bukan Belanda anti pancasila. Sedang perjuangan melawan penjajah Belanda itu sama sekali bukan perjuangan untuk menegakkan aturan thaghut, tetapi adalah untuk mengusir penjajah kafir, dengan kalimah takbir, Allahu Akbar, memerangi penjajah Belanda yang kafir. Belanda kafir itu telah banyak memberikan subsidi terhadap pribumi yang sesama kafir pula, yaitu Protestan dan Katolik. Sebagai contoh, tahun 1927 alokasi bantuan dalam rangka pengembangan agama, sebagai berikut:

    Protestan memperoleh f  31.000.000
    Katolik memperoleh    f  10.080.000
    Islam memperoleh       f        80.000  

(H Hartono Ahmad Jaiz, Ambon Bersimbah Darah, Ekspresi Ketakutan Ekstrimis Nasrani, Dea Press Jakarta,  halaman 10). Sekarang pun, banyak orang  Non Muslim yang justru pro Belanda. Maka bisa dipertanyakan, siapakah sebenarnya yang benar-benar berjuang melawan Belanda kafir itu. Lantas, kenapa para pejuang Muslim yang melawan Belanda kafir itu setelah terwujud kemerdekaan justru dikebiri hak-haknya, dan harus membuang haknya demi pihak-pihak yang bisa dimungkinkan justru pro penjajah Belanda?  

Jadi, sama sekali tidak benar, kalau syari’at Islam itu pemecah belah bangsa Indonesia. Yang jelas , Iislam adalah perekat dan pembangkit semangat dalam melawan dan mengusir penjajah kafir Belanda. Maka perlu dipertanyakan, siapa yang berani menjamin bahwa aturan thaghut itu pemersatu bangsa Indonesia, dan menjamin tidak adanya konflik. Justru pengikat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang melawan penjajah kafir adalah Islam.

Meskipun demikian, Islam tidak memaksa semua bangsa Indonesia harus masuk Islam. Hanya saja  anehnya, sikap ummat Islam yang begitu tawadhu’ namun tegar menghadapi penjajah kafir itu, sejak kemerdekaan 1945 dikebiri oleh orang-orang yang menolak Islam, walau mereka mengaku dirinya sebagai orang Islam. Lebih-lebih lagi setelah pengebirian itu meningkat menjadi penipuan dan penindasan terhadap ummat Islam, bahkan pembantaian terhadap Muslimin yang berlangsung lebih dari setengah abad, maka  kondisinya makin terpuruk lah bangsa ini, di samping itu, makin banyak lagi orang-orang yang justru ikut-ikutan sebagai penentang Islam, padahal mereka masih mengaku Muslim.

Yang jadi persoalan, kenapa yang sikapnya seperti itu justru orang-orang yang mengaku Islam dan bahkan duduk di barisan depan. Ini persoalan besar, yang harus dipecahkan dengan cara-cara yang  Islami. Arti Islami bukan mesti lunak dan lemah lembut, namun sesuai dengan proporsinya. Apa yang harus dibunuh, misalnya ular, tikus, gagak, kalajengking, dan anjing gila itu harus dibunuh, walaupun di tanah Haram Makkah, dan kita dalam keadaan ihram  sekalipun. Membunuh yang seharusnya dibunuh itulah Islami. Sedang membiarkan hidup yang seharusnya dibunuh itu tidak Islami.

Dahsyatnya Gelombang Penghancur Iman dan Akhlaq

Ada gelombang dahsyat yang menimpa ummat Islam sedunia, yaitu gelombang budaya jahiliyah yang merusak akhlaq dan aqidah manusia yang disebarkan lewat televisi dan media lainnya. Gelombang itu pada hakekatnya lebih ganas dibanding senjata-senjata nuklir yang sering dipersoalkan secara internasional. Hanya saja gelombang dahsyat itu karena sasarannya merusak akhlaq dan aqidah, sedang yang paling menjunjung tinggi akhlaq dan aqidah itu adalah Islam, maka yang paling prihatin dan menjadi sasaran adalah  ummat Islam. Hingga, sekalipun  gelombang dahsyat itu telah melanda seluruh dunia, namun pembicaraan hanya sampai pada tarap keluhan para ulama dan Muslimin yang teguh imannya, serta sebagian ilmuwan yang obyektif.


Gelombang dahsyat  itu tak lain adalah budaya jahiliyah yang disebarkan lewat aneka media massa, terutama televisi, VCD/ CD, radio, majalah, tabloid, koran,dan buku-buku yang merusak akhlak.

Dunia Islam seakan menangis menghadapi gelombang dahhsyat itu. Bukan hanya di Indonesia, namun di negara-negara lain pun terlanda gelombang dahsyat yang amat merusak ini.

Bukti dari meratanya musibah itu, kita simak suatu penuturan kenyataan yang dirasakan oleh masyarakat Muslim di negeri lain, walaupun negerinya relatif telah ketat dalam menyensor  tayangan televisi.  Bagaimana keluhan yang ditulis pemerhatinya, kita simak sebagai berikut:

 Di antara pengaruh negatif televisi adalah membangkitkan naluri kebinatangan secara dini... dan  dampak dari itu semua adalah merosotnya akhlak dan kesalahan yang sangat mengerikan yang dirancang untuk menabrak norma-norma masyarakat. Ada sejumlah contoh bagi kita  dari pengkajian Charterz  (seorang peneliti) yang berharga dalam masalah ini di antaranya ia berkata: “Sesungguhnya  pembangkitan syahwat dan penayangan gambar-gambar porno, dan visualisasi (penampakan gambar)  trik-trik porno, di mana sang bintang film menanamkan rasa senang kepada jiwa para penonton, dan membangkitkan syahwat bagi para remaja dengan cara yang sangat membahayakan bagi kalangan anak-anak itu amat sangat berbahaya.”

Peneliti ini telah mengadakan statistik kumpulan film-film yang ditayangkan untuk anak-anak  sedunia, ia mendapatkan bahwa:


29,6% film anak-anak bertemakan seks
27,4%  film anak-anak tentang menanggulangi kejahatan
15% film anak-anak berkisar sekitar  percintaan dalam arti syahwat buka-bukaan.

Terdapat pula film-film yang menampilkan kekerasan yang menganjurkan untuk balas dendam, memaksa, dan brutal.

Hal itu dikuatkan oleh sarjana-sarjana psikologi bahwa berlebihan dalam menonton program-program televisi dan film mengakibatkan kegoncangan jiwa dan cenderung kepada sifat dendam dan merasa puas dengan nilai-nilai yang menyimpang. (Thibah Al-Yahya, Bashmat ‘alaa waladi/ tanda-tanda atas anakku, Darul Wathan, Riyadh, cetakan II, 1412H, hal 28).

  • Jangkauan lebih luas

Apa yang dikemukakan oleh peneliti beberapa tahun lalu itu tidak menjadi peringatan bagi para perusak akhlaq dan aqidah. Justru mereka tetap  menggencarkan program-programnya dengan lebih dahsyat lagi dan lebih meluas lagi jangkannya, sebab diproduksi dengan VCD dan CD yang ditonton oleh masyarakat, dari anak-anak sampai kakek- nenek, di rumah  masing-masing. Gambar-gambar yang merusak agama itu bisa disewa di pinggir-pinggir jalan atau dibeli di kaki lima dengan harga murah. Video dan komputer/ CD telah menjadi sarana penyaluran budaya  kaum jahili untuk merusak akhlaq dan aqidah ummat Islam. Belum lagi internet (home page) dari kalangan orang-orang yang tak bertanggung jawab yang menampilkan situs-situs ataupun gambar-gambar yang merusak akhlaq dan aqidah.


Budaya jahiliyah itu jelas akan menjerumuskan manusia ke neraka. Sedangkan ALLAH سبحنحا و تعال memerintahkan kita agar menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahriim/ 66:6).
    
  • Sirkulasi perusakan akhlaq dan aqidah

Tayangan, gambar, suara, dan bacaan yang merusak aqidah dan akhlaq itu telah mengeroyok muslimin, kemudian dipraktekkan langsung oleh perusak-perusak aqidah dan akhlaq dalam bentuk diri pribadi, yaitu perilaku. Lalu masyarakatpun meniru dan mempraktekkannya. Sehingga praktek dalam kehidupan sehari-hari yang sudah menyimpang dari akhlaq dan aqidah yang benar itupun mengepung ummat Islam.

Dari sisi lain, praktek tiruan dari pribadi-pribadi pendukung kemaksiatan itupun diprogramkan pula untuk dipompakan kepada masyarakat dengan aneka cara, ada yang dengan paksa, misalnya menyeragami para wanita penjaga toko dengan pakaian ala jahiliyah. Sehingga, ummat Islam didesak dengan aneka budaya yang merusak aqidah dan akhlaq, dari yang sifatnya tontonan sampai praktek

Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم  memperingatkan agar ummat Islam tidak mematuhi suruhan siapapun yang bertentangan dengan aturan ALLAH سبحنحا و تعال .

قال رسول الله ص م : لاطاعة لمخلوق في معصية الله تبارك وتعالى. (رواه أحمد في مسنده نمرة

“Rasulullah  صلى الله عليه وسلم bersabda: “Tidak ada ketaatan bagi makhluk dalam maksiat pada Allah Tabaraka wa Ta’ala. ( Hadits Riwayat Ahmad, dalam Musnadnya nomor 20191).

  • Sikap ummat Islam

Masyarakat Muslim pun beraneka ragam dalam menghadapi kepungan gelombang dahsyat itu. Golongan pertama,  prihatin dengan bersuara lantang di masjid-masjid, di majlis-majlis ta’lim dan pengajian, di tempat-tempat pendidikan, dan di rumah masing-masing. Mereka  melarang anak-anaknya menonton televisi karena hampir tidak diperoleh manfaat darinya, bahkan lebih besar mudharatnya. Mereka merasakan kesulitan dalam mendidikkan anak-anaknya. Kemungkinan, tinggal sebagian pesantrenlah yang relatif lebih aman dibanding pendidikan umum yang lingkungannya sudah tercemar akhlaq buruk.

  • Ummat Islam golongan pertama yang ingin mempertahankan aqidah dan akhlaq anak-anaknya itu di zaman sekarang ini ibarat orang yang sedang dalam keadaan menghindar dari serangan musuh. Harus mencari tempat perlindungan yang sekiranya aman dari aneka “peluru”  yang ditembakkan. Sungguh!

  • Golongan kedua, Ummat Islam yang biasa-biasa saja sikapnya. Diam-diam masyarakat Muslim yang awam itu justru menikmati aneka tayangan yang sebenarnya merusak akhlaq dan aqidah itu dengan senang hati. Mereka beranggapan, apa-apa yang ditayangkan itu sudah lewat sensor, sudah ada yang bertanggung jawab, berarti boleh-boleh saja. Sehingga mereka tidak merasa risih apalagi bersalah. Hingga mereka justru mempersiapkan aneka makanan kecil untuk dinikmati sambil menonton tayangan-tayangan yang merusak namun dianggap nikmat itu. Sehingga mereka pun terbentuk jiwanya menjadi penggemar tayangan-tayangan itu, dan ingin mempraktekkan dalam kehidupan. Tahu-tahu, mereka secara bersama-sama dengan yang lain telah jauh dari agamanya.

  • Golongan ketiga, masyarakat yang juga mengaku Islam, tapi  lebih buruk dari  sikap orang awam tersebut di atas. Mereka berangan-angan, betapa nikmatnya kalau anak-anaknya menjadi pelaku-pelaku yang ditayangkan itu. Entah itu hanya jadi penjoget di belakang penyanyi (namanya penjoget latar), atau berperan apa saja, yang penting bisa tampil. Syukur-syukur bisa jadi bintang top yang mendapat bayaran banyak. Mereka tidak lagi memikir tentang akhlaq, apalagi aqidah. Yang penting adalah hidup senang, banyak duit, dan serba mewah, kalau bisa agar terkenal.  Untuk mencapai ke “derajat” itu, mereka berani mengorbankan segalanya termasuk apa yang dimiliki anaknya.

Golongan pertama yang ingin mempertahankan akhlaq dan aqidah itu dibanding dengan golongan yang ketiga yang berangan-angan agar anaknya ataupun dirinya jadi perusak akhlaq dan aqidah, boleh jadi seimbang jumlahnya. Lantas, golongan ketiga --yang ingin jadi pelaku perusak akhlaq dan aqidah itu-- digabung dengan golongan kedua yang merasa nikmat dengan adanya tayangan maksiat, maka terkumpullah jumlah mayoritas. Hingga Muslimin yang  mempertahankan akhlaq dan aqidah justru menjadi minoritas.

Itu kenyataan. Buktinya, kini masyarakat lebih jauh mengunggulkan pelawak daripada ulama’. Lebih menyanjung penyanyi dan penjoget daripada ustadz ataupun kiai. Lebih menghargai  bintang film daripada guru ngaji. Dan lebih meniru penjoget daripada imam masjid dan khatib.

Ungkapan ini secara wajar tampak hiperbol, terlalu drastis secara akal, tetapi justru secara kenyataan adalah nyata. Bahkan, bukan hanya suara ulama’ yang tak didengar, namun Kalamullah pun sudah banyak tidak didengar. Sehingga, suara penyayi, pelawak, tukang iklan dan sebagainya lebih dihafal oleh masyarakat daripada Kalamullah, ayat-ayat Al-Quran. Astaghfirulaahal ‘azhim.

Tayangan-tayangan televisi dan lainnya telah mengakibatkan berubahnya masyarakat secara drastis. Dari berakhlaq mulia dan tinggi menjadi masyarakat tak punya filter lagi. Tidak tahu mana yang ma’ruf (baik) dan mana yang munkar (jelek dan dilarang). Bahkan dalam praktek sering mengutamakan yang jelek dan terlarang daripada yang baik dan diperintahkan oleh ALLAH سبحنحا و تعال

Berarti manusia ini telah merubah keadaan dirinya. Ini mengakibatkan dicabutnya ni’mat Allah akibat perubahan tingkah manusia itu sendiri, dari baik menjadi tidak baik. ALLAH سبحنحا و تعال berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS Ar-Ra’d/ 13:11).

  • Mencampur kebaikan dengan kebatilan

Kenapa masyarakat menjadi tidak tahu membedakan kebaikan dan keburukan? Karena “guru utama mereka” adalah televisi. Sedang program-program televisi adalah menampilkan aneka macam yang campur aduk. Ada aneka macam kebohongan misalnya iklan-iklan yang sebenarnya bohong, tak sesuai dengan kenyataan, namun ditayangkan terus menerus.

Kebohongan ini kemudian dilanjutkan dengan acara tentang ajaran kebaikan, nasihat atau pengajian agama. Lalu ditayangkan film-film porno, merusak akhlaq, merusak aqidah, dan menganjurkan kesadisan. Lalu ditayangkan aneka macam perkataan orang dan berita-berita yang belum tentu mendidik. Sehingga, para penonton lebih-lebih anak-anak tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Masyarakat pun demikian. Hal itu berlangsung setiap waktu, sehingga dalam tempo sekian tahun, manusia Muslim yang tadinya mampu membedakan yang haq dari yang batil, berubah menjadi manusia yang berfaham menghalalkan segala cara, permisive atau ibahiyah, apa-apa boleh saja.

Munculnya masyarakat permisive itu karena adanya penyingkiran secara sistimatis terhadap aturan yang normal, yaitu larangan mencampur adukkan antara yang haq (benar) dan yang batil. Yang ditayangkan adalah jenis pencampur adukan yang haq dan yang batil secara terus menerus, ditayangkan untuk ditonton oleh masyarakat. Padahal ALLAH سبحنحا و تعال telah melarang pencampur adukan antara yang haq dengan yang batil:

ولا تلبسوا الحق بالباطل وتكتموا الحق وأنتم تعلمون.

"Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu sedang kamu mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 42).

Dengan mencampur adukkan antara yang benar dengan yang batil secara terus menerus, akibatnya mempengaruhi manusia untuk tidak menegakkan yang haq/ benar dan menyingkirkan yang batil. Kemudian berakibat tumbuhnya jiwa yang membolehkan kedua-duanya berjalan, akibatnya lagi, membolehkan tegaknya dan merajalelanya kebatilan, dan akibatnya pula menumbuhkan jiwa yang berpandangan serba boleh. Dan terakhir, tumbuh jiiwa yang tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Padahal, orang yang melihat kemunkaran (keburukan) sedang dia hanya mampu merubah dengan hati (yaitu dengan membenci keburukan/ kemunkaran itu) saja tinggal selemah-lemah iman. Lantas, kalau sudah tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang haq dan mana yang batil, lantas keimanannya di mana?

Tidak adanya iman lagi itulah bencana yang paling parah yang menimpa ummat Islam dari proyek besar-besaran dan sistimatis serta terus menerus yang diderakan kepada ummat Islam sedunia. Yaitu proyek mencampur adukkan antara kebaikan dan keburukan lewat aneka tayangan. Apakah upaya kita untuk membentengi keimanan kita?

SUMBER: Buku “Tasawuf, Pluralisme dan Pemurtadan” karya Ustadz Hartono Ahmad Jaiz