Perang salib abad ini
Seluruh dunia kini
menyaksikan episode perang salib modern yang menyatukan kekuatan seluruh
bangsa-bangsa kafir (Nasrani, Yahudi, paganis dan komunis dan murtad
internasional). Seluruh kekuatan kafir, murtad dan zalim telah bersatu padu,
membidik Islam dan kaum muslimin dari satu busur panah.
عَنْ
ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ, قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ((يُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى
عَلَيْكُمُ الْأُمَمُ مِنْ كُلِّ أُفُقٍ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ عَلَى
قَصْعَتِهَا)) قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمِنْ قِلَّةٍ بِنَا
يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ ((أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنْ تَكُونُونَ غُثَاءً
كَغُثَاءِ السَّيْلِ. يَنْتَزِعُ الْمَهَابَةَ مِنْ قُلُوبِ عَدُوِّكُمْ
وَيَجْعَلُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ)) قَالَ قُلْنَا وَمَا الْوَهْنُ ؟ قَالَ
((حُبُّ الْحَيَاةِ وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ))
Tsauban Maula Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa salam berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam
bersabda,“ Hampir-hampir bangsa-bangsa dari segala arah akan memperebutkan
kalian sebagaimana orang-orang makan memperebutkan makanan di atas piring.”
Kami bertanya,” Wahai Rasulullah, apakah itu disebabkan karena jumlah kami saat
itu sedikit ?” Beliau menjawab,” Tidak. Justru jumlah kalian saat itu banyak,
hanya saja kalian saat itu adalah buih seperti buih banjir. Allah mencabut rasa
takut kepada kalian dari hati musuh-musuh kalian, dan Allah Ta’ala campakkan
penyakit wahn (lemah) dalam hati kalian.” Kami bertanya, ” Apa penyakit wahn
itu ?” Beliau menjawab,” Cinta dunia dan takut mati.”
Dalam bukunya yang berjudul
“1999 menang tanpa peperangan”, mantan presiden AS Richard Nixon menulis,” Di
dunia Islam, sejak Maroko sampai Indonesia, kaum fundamentalis Islam menggantikan
peran komunisme sebagai alat pokok perubahan radikal.”
Mantan Sekjen NATO, Jeifer
Solanes dalam pertemuan NATO tahun 1991 M setelah runtuhnya Soviet mengatakan,”
Setelah perang dingin selesai dan musuh beruang merah runtuh, seluruh negara
NATO dan Eropa harus melupakan perselisihan di antara mereka, dan mulai
mengalihkan perhatiannya ke depan untuk melihat musuh yang sedang mengintainya.
Negara NATO dan Eropa harus bersatu untuk menghadapinya. Itulah kaum
fundamentalis Islam.”
Presiden Rusia dari kalangan
Kristen Orodoks, Vladimir Putin, dalam pertemuan terakhirnya dengan
negara-negara persemakmuran (Commonwealth) tahun 2000 M mengatakan,”
Sesungguhnya kaum fundamentalis Islam adalah satu-satunya bahaya yang hari ini
mengancam negara-negara dunia maju. Inilah satu-satunya bahaya yang mengancam
tatanan keamanan dan perdamaian dunia. Kaum fundamentalis mempunyai pengaruh.
Mereka berusaha untuk mendirikan sebuah negara Islam yang membentang sejak
Filipina sampai Kosovo. Mereka bergerak dari Afghanistan, sebagai pangkalan
pergerakan mereka. Jika dunia tidak bangkit menghadapinya, ia bisa saja
merealisasikan targetnya. Oleh karena itu, Rusia membutuhkan dukungan
internasional untuk membasmi fundamentalis Islam di Kaukasus Utara.”
Telah jelas permusuhan
mereka terhadap Islam maka tiada pilihan lagi bagi umat Islam, selain
menghadapi kekuatan kafir internasional ini dengan kekuatan dan jihad. Kekuatan
hanya bisa dilawan dengan kekuatan. Diplomasi dan perdamaian, telah terbukti
gagal membela dan mengembalikan hak-hak kaum muslimin.
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ ((إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ
وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا
لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ))
Ibnu Umar radiyallahu
‘anhuma berkata, saya telah mendnegar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam
bersabda:” Jika kalian telah berjual beli dengan ‘ienah (salah satu jual beli
terlarang, simbol riba), mengekor kepada sapi, puas dengan pertanian dan
meninggalkan jihad, Allah Ta’ala akan menguasakan kehinaan kepada kalian.
Kehinaan itu tidak akan dicabut dari kalian, sampai kalian kembali kepada dien
kalian.”
Ya, koalisi kekuatan
salibis-zionis-paganis-komunis-murtadin internasional ini hanya bisa ditahan
dan dihadang oleh kaum muslimin yang telah kembali kepada agama Islam yang
benar. Agama Islam yang tegak diatas pelaksanaan tauhid dan memerangi
kesyirikan, memberikan wala’ (loyalitas) kepada kaum beriman dan bara’ (anti
loyalitas) kepada kaum kafir, murtad, munafik dan zalim.
Sebagaimana dikatakan oleh
syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah (1206 H) dalam Al-Durar
Al-Sanniyah fil Ajwibah Al-Najdiyah 8/113 :
إِنَ
ْالإِنْسَانَ لاَ يَسْتَقِيْمُ لَهُ دِيْنٌ وَلاَ إِسْلاَمٌ ، وَلَوْ وَحَّدَ
اللهَ وَتَرَكَ الشِّرْكَ ، إِلاَّ بِعَدَاوَةِ اْلمُشْرِكِيْنَ ، وَالتَّصْرِيْحِ
لَهُمْ بِاْلعَدَاوَةِ وَالْبَغْضَاءِ ، كَمَا قَالَ تَعَالَى )لا تَجِدُ قَوْماً
يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ …الآية) (المجادلة: من الآية22).
Agama dan keislaman seorang
hamba tidak akan benar dan lurus, meskipun ia telah mentauhidkan Allah dan
meninggalkan kesyirikan, kecuali dengan memusuhi kaum musyrik. Allah berfirman
((Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau
saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah
telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dengan pertolongan yang datang
daripada-Nya = QS. Al-Mujadilah :22)).
Melawan Pasukan Salib
Internasional : Ibadah Paling Mulia, Inti Keimanan dan Tauhid
Iman, Islam dan tauhid menuntut
kaum muslimin untuk membenci, memusuhi dan memerangi kaum kafir —apabila di
saat mempunyai kemampuan—, terlebih bila kaum kafir memulai peperangan terhadap
kaum muslimin.
Inilah amalan taqarub yang
paling mulia dan utama di alam kondisi berkecamuknya perang salib modern ini.
Inilah tauhid yang
sesungguhnya. Inilah kembali kepada Islam yang benar.
Iman, Islam, tauhid, dan
pembinaan akidah tidak akan tercapai dengan sekedar mempelajari teori-teori
akidah dan tauhid yang dimuat dalam buku-buku aqidah dan tauhid.
Ia membutuhkan amal nyata
yang menterjemahkan teori-teori tersebut ke dalam sebuah tindakan yang
mencerminkan Islam, iman, tauhid dan akidah yang sesungguhnya.
Kepada umat Islam yang
membulatkan tekadnya untuk kembali kepada iman, tauhid dan Islam yang
sesungguhnya.
Kepada umat Islam yang
senantiasa bersemangat mengejar amalan yang paling utama, prioritas dan sesuai
dengan tuntutan kondisi.
Inilah agama, kiblat, tanah
air dan saudara-saudara anda dijadikan bulan-bulanan oleh koalisi
salibis-zionis-paganis-komunis dan murtadin internasional.
Persiapkan niat dan mental
anda…Singsingkan lengan baju anda…curahkan tenaga, waktu, ilmu, harta dan nyawa
anda….demi tegaknya Islam dan tauhid, membela kehormatan agama, tanah air dan
saudara-saudara seakidah.
Allah berfirman :
(وَإِنَّ
هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ)
“Sesungguhnya (agama
tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Rabbmu,
maka bertaqwalah kepada-Ku”. (QS. Al-Mukminun :52)
)إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ )
“Sesungguhnya orang-orang
mu’min adalah bersaudara.” (QS. Al-Hujurat :10).
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa salam bersabda :
عَنِ
النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ
وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ
سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى *
Nu’man bin Basyir
radiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, ”
Perumpamaan kaum muslimin dalam sikap saling mencintai, menyayangi dan membantu
yang lemah bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh merasakan sakit,
seluruh anggota tubuh lainnya ikut merasakan sulit tidur dan demam.”
عَنِ
عَبْدِاللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِي اللَّه عَنْهمَا أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ
لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ
فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ
كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ
اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Dari Abdullah bin Umar
bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,” Seorang muslim adalah
saudara bagi seorang muslim lainnya. Ia tidak akan menzaliminya atau
menyerahkannya kepada musuh. Barangsiapa mengurus keperluan saudaranya, Allah
akan mengurus keperluannya. Barang siapa menghilangkan kesulitan seorang
muslim, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di hari kiamat. Dan
siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya di hari
kiamat.”
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَنَاجَشُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا
يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ
Dari Abu Hurairah,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,” Janganlah kalian saling iri !
Janganlah kalian saling jual beli menipu ! Janganlah kalian saling membenci !
Janganlah kalian saling membelakangi ! Janganlah kalian menawar barang yang
sedang ditawar orang lain ! Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara !
Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain. Ia tidak akan menzaliminya,
mentelantarkannya ataupun merendahkannya.”
Imam An Nawawi berkata :
” وَأَمَّا
لاَ يَخْذُلُهُ : فَقَالَ اْلعُلَمَاءُ : اَلْخَذْلُ تَرْكُ اْلإِعَانَةِ
وَالنَّصْرِ ، وَمَعْنَاهُ : إِذَا اسْتَعَانَ بِهِ فِي دَفْعِ السُّوءِ
وَنَحْوِهِ لَزِمَهُ إِعَانَتُهُ إِذَا أَمْكَنَهُ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ عُذْرٌ
شَرْعِيٌّ”
” Laa yakhdzuluhu” para
ulama berkata, al-khadzlu adalah tidak membantu dan tidak menolong, Maknanya,
jika seorang muslim meminta bantuannya untuk menolak keburukan dan hal yang
serupa dengannya, ia wajib memberi bantuan selama memungkinkan dan tidak
mempunyai udzur syar’i.”
Syaikh Abdu-Lathif bin
Abdurahman bin Hasan Alu Syaikh, cicit syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhab
rahimahullah, (1293 H) dalam Al-Durar Al-Sanniyah 9/24 menulis :
وَأَفْضَلُ
اْلقُرَبِ إِلَى اللهِ : مَقْتُ أَعْدَائِهِ اْلمُشْرِكِيْنَ ، وَبُغْضُهُمْ
وَعَدَاوَتُهُمْ وَجِهَادُهُمْ ، وَبِهَذَا يَنْجُو اْلعَبْدُ مِنْ تَوَلِّيهِمْ
مِنْ دُوْنِ اْلمُؤْمِنِيْنَ ، وَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَهُ مِنْ وِلاَيَتِهِمْ
بِحَسْبِ مَا أَخَلَّ بِهِ وَتَرَكَهُ مِنْ ذَلِكَ . فَالْحَذَرَ اْلحَذَرَ مِمَّا
يَهْدِمُ اْلإِسْلاَمَ وَيَقْلَعُ أَسَاسَهُ ، قَالَ تَعَالَى )يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُواً
وَلَعِباً مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ
أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ) (المائدة:57)
وَاْنتِفَاءُ الشَّرْطِ يَدُلُّ عَلَى انْتِفَاءِ ْالإِيْمَانِ بِحُصُولِ
ْالمُوَالاَةِ ، وَنَظَائِرُ هَذَا فِي ْالقُرْآنِ كَثِيْرٌ.
” Bentuk ibadah mendekatkan
diri kepada Allah yang paling utama adalah membenci, memusuhi dan berjihad
melawan kaum musyrik. Dengan amalan inilah, seorang hamba akan selamat dari
sikap berwala’ kepada kaum musyrikain dan mengesampingkan kaum mukminin. Jika
ia tidak melakukan amalan ini, ia telah memberikan wala’ kepada kaum musyrikin
sebatas amalan yang ia tinggalkan ini. Maka waspadalah ! Waspadalah ! Jauhilah
tindakan yang menghancurkan bangunan Islam dan meruntuhkan pondasinya!
Allah berfirman ((Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kemu mengambil menjadi pemimpinmu, orang-orang yang
membuat agamamu menjadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara
orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir
(orang-orang musyrik). Dan bertawakkallah kepada Allah jika kamu betul-betul
orang yang beriman. (QS. 5:57))).
Tiadanya persyaratan (jika
kamu betul-betul orang yang beriman, pent) menunjukkan tiadanya iman, dengan
adanya sikap muwalah (kepada kaum kafir). Ayat-ayat yang serupa dengan ayat ini
banyak sekali dalam Al-Qur’an.”
Dalam Al-Durar Al-Sanniyah
8/396, beliau menulis :
وَاْلمَرْءُ
قَدْ يَكْرَهُ الشِّرْكَ ، وَيُحِبُّ التَّوْحِيْدَ ، لَكِنْ يَأْتِيهِ اْلخَلَلُ
مِنْ جِهَةِ عَدَمِ اْلبَرَاءَةِ مِنْ أَهْلِ الشِّرْكِ ، وَتَرْكِ مُوَالاَةِ
أَهْلِ التَّوْحِيْدِ وَنُصْرَتِهِمْ ، فَيَكُوْنُ مُتَّبِعاً لِهَوَاهُ ،
دَاخِلاً مِنَ الشِّرْكِ فِي شُعَبٍ تَهْدِمُ دِيْنَهُ وَمَا بَنَاهُ ، تَارِكاً
مِنَ التَّوْحِيْدِ أُصُوْلاً وَشُعَباً ، لاَ يَسْتَقِيْمُ مَعَهَا إِيْمَانُهُ
الَّذِي ارْتَضَاهُ ، فَلاَ يُحِبُّ وَيُبْغِضُ ِللهِ ، وَلاَ يُعَادِي وَلاَ
يُوَالِي لِجَلاَلِ مَنْ أَنْشَأَهُ وَسَوَّاهُ ، وَكُلُّ هَذَا يُؤْخَذُ مِنْ
شَهَادَةِ : أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ.
” Terkadang seorang hamba
membenci kesyirikan dan mencintai tauhid, namun (keimanan dan tauhidnya)
terkena celah kerusakan karena tidak berlepas diri dari kaum musyrik, dan tidak
memberikan wala’ serta pertoongan kepada pengikut tauhid.
Dengan sikap ini, ia telah
mengikuti hawa nafsu, masuk dalam cabang-cabang kesyirikan yang menghancurkan
agama dan (keimanan) yang telah ia bangun, serta meninggalkan pokok-pokok dan
cabang tauhid yang menyebabkan iman yang ia ridhai tersebut tidak lagi lurus.
Akibatnya, ia mencintai dan
membenci tidak karena Allah lagi. Ia tidak memberikan wala’ (loyalitas) dan
permusuhan karena keagungan Allah yang telah menciptakan dan menyempurnakan
penciptaannya.
Semua ini disimpulkan dari
syahadat Laa Ilaaha Illa- Allahu.”
Perang Ahzab dan Suri
Tauladan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa salam, adalah manusia dan nabi yang paling mulia di hadapan Allah Ta’ala.
Seluruh peri kehidupan beliau adalah cerminan dari wahyu. Akhlak beliau, kata
ummul mukminin ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, adalah Al-Qur’an. Allah Ta’ala
mengutus beliau sebagai rahmat bagi semesta alam. Karenanya, Allah Ta’ala
berfirman ;
لَّقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ
وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (QS. 33, Al-Ahzab:21).
Beliau mendapat gelar
“uswah hasanah”, suri tauladan yang baik, bukan di saat tengah berada di tengah
istri-istri beliau, membantu dan mengurusi urusan keluarga. Pun, bukan di saat
beliau berada di atas mimbar dakwah, memberi ceramah dan membina umat. Beliau
mendapat gelar ini di tengah berkecamuknya perang Ahzab, perang yang menyatukan
koalisi kaum kafir bangsa Arab untuk menghabisi Islam dan kaum muslimin di
sarangnya. Perang yang diabadikan kisahnya dalam Al-Qur’an (QS. Al-Ahzab
:9-27).
Perang yang begitu mencekam
dan tidak seimbang, membuat kaum muslimin sulit bergerak walau sekedar menghela
nafas :
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَآءَتْكُمْ
جُنُودُُ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَّمْ تَرَوْهَا وَكَانَ
اللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا {9} إِذْ جَآءُوكُم مِّن فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنكُمْ وَإِذْ
زَاغَتِ اْلأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللهِ
الظُّنُونَا {10} هُنَالِكَ
ابْتُلِىَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالاً شَدِيدًا
“Hai orang-orang yang
beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika
datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan
dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya.Dan adalah Allah Maha Melihat akan
apa yang kamu kerjakan”. (QS. 33:9)
(Yaitu) ketika mereka
datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi
penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai ketenggorokan dan kamu
menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam persangkaan. (QS. Al Ahzab
(33),:10)
Di situlah diuji
orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.
(QS.Al Ahzab( 33):11)
Perang dahsyat —meski tak
terjadi adu senjata massal— yang membuat para sahabat enggan melaksanakan
perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam untuk memata-matai perkemahan
pasukan Ahzab, sehingga terpaksa beliau menunjuk Hudzaifah Ibnul Yaman. Perang
yang memaksa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam sempat berfikiran akan
menawarkan 1/3 hasil pertanian Madinah kepada kaum Ghathafan dengan syarat
mereka keluar dari koalisi Ahzab, meski akhirnya ditentang oleh pimpinan kaum
Anshar, Sa’ad bin Muadz dan Sa’ad bin Ubadah.
Perang yang menyingkap
tabir kaum munafikin ; kaum yang meragukan janji Allah Ta’ala untuk memenangkan
Islam, memilih mundur dari menghadapi musuh, menjadi penonton (atau manager ?)
dan melayangkan sejumlah kritikan keras atas “ketidak becusan” para pemain di
lapangan :
وَإِذْ
يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ مَّاوَعَدَنَا اللهُ
وَرَسُولُهُ إِلاَّغُرُورًا {12} وَإِذْ قَالَت طَّآئِفَةٌ مِّنْهُمْ يَآأَهْلَ يَثْرِبَ لاَمُقَامَ
لَكُمْ فَارْجِعُوا وَيَسْتَئْذِنُ فَرِيقٌ مِّنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ
بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَاهِيَ بِعَوْرَةٍ إِن يُرِيدُونَ إِلاَّ فِرَارًا {13} وَلَوْ دُخِلَتْ عَلَيْهِم مِّنْ
أَقْطَارِهَا ثُمَّ سُئِلُوا الْفِتْنَةَ لأَتَوْهَا وَمَاتَلَبَّثُوا بِهَآ
إِلاَّ يَسِيرًا {14} وَلَقَدْ
كَانُوا عَاهَدُوا اللهَ مِن قَبْلُ لاَيُوَلُّونَ اْلأَدْبَارَ وَكَانَ عَهْدُ
اللهِ مَسْئُولاً {15} قُل
لَّن يَنفَعَكُمُ الْفِرَارُ إِن فَرَرْتُم مِّنَ الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ
وَإِذًا لاَّتُمَتَّعُونَ إِلاَّ قَلِيلاً {16} قُلْ مَن ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُم مِّنَ اللهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ
سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً وَلاَيَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ اللهِ
وَلِيًّا وَلاَنَصِيرًا {17}* قَدْ يَعْلَمُ اللهُ الْمُعَوِّقِينَ مِنكُمْ وَالْقَآئِلِينَ
لإِخْوَانِهِمْ هَلُمَّ إِلَيْنَا وَلاَيَأْتُونَ الْبَأْسَ إِلاَّ قَلِيلاً {18} أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ فَإِذَا
جَآءَ الْخَوْفُ رَأَيْتَهُمْ يَنظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ كَالَّذِي
يُغْشَى عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَإِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوكُم
بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ أُوْلَئِكَ لَمْ يُؤْمِنُوا
فَأَحْبَطَ اللهُ أَعْمَالَهُمْ وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرًا {19} يَحْسَبُونَ اْلأَحْزَابَ لَمْ
يَذْهَبُوا وَإِن يَأْتِ اْلأَحْزَابُ يَوَدُّوا لَوْ أَنَّهُم بَادُونَ فِي
اْلأَعْرَابِ يَسْئَلُونَ عَنْ أَنبَآئِكُمْ وَلَوْ كَانُوا فِيكُم مَّا قَاتَلُوا
إِلاَّ قَلِيلاً {20}
Dan (ingatlah) ketika
orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya
berkata:”Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu
daya”.
Dan (ingatlah) ketika
segolongan di antara mereka berkata:”Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada
tempat bagimu, maka kembalilah kamu”.Dan sebahagian dari mereka minta izin
kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata:”Sesungguhnya rumah-rumah
kami terbuka (tidak ada penjaga)”.Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak
terbuka, mereka tidak lain hanyalah hendak lari.
Kalau (Yatsrib) diserang
dari segala penjuru, kemudian diminta kepada mereka supaya murtad, niscaya
mereka mengerjakannya; dan mereka tiada akan menunda untuk murtad itu melainkan
dalam waktu yang singkat.
Dan sesungguhnya mereka
sebelum itu telah berjanji kepada Allah:”Mereka tidak akan berbalik ke belakang
(mundur)”.Dan adalah perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungan
jawabnya.
Katakanlah:”Lari itu
sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian
atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan
mengecap kesenangan kecuali sebentar saja”.
Katakanlah:”Siapakah yang
dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu
atau menghendaki rahmat untuk dirimu” Dan orang-orang munafik itu tidak
memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah.
Sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kamu dan orang-orang
yang berkata kepada saudara-saudaranya:”Marilah kepada kami”.Dan mereka tidak
mendatangi peperangan melainkan sebentar.
Mereka bakhil terhadapmu,
apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu
dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati,
dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang
tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan.Mereka itu tidak beriman,
maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya.Dan yang demikian itu adalah mudah
bagi Allah.
Mereka mengira (bahwa)
golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi; dan jika golongan-golongan
yang bersekutu itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun
bersama-sama orang Arab Badwi, sambil menanya-nanyakan tentang
berita-beritamu.dan sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan
berperang, melainkan sebentar saja. (QS. Al-Ahzab :12-20)
Setelah menyingkap tabir
kaum munafik dalam sembilan ayat berturut-turut (12-20), Allah Ta’ala
meneguhkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam sebagai “Uswah Hasanah” bagi
orang-orang yang benar-benar hanya berjuang demi mengharapkan ridha Allah,
kebahagiaan di akhirat dan banyak berdzikir dalam perjuangan.
لَّقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ
وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah. (QS. 33, Al-Ahzab :21).
Ya, dalam diri Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa salam ada uswah hasanah dalam kesabaran, keyakinan dan
keteguhan berperang melawan koalisi pasukan kafir bangsa Arab.
Imam Jalaludin Al-Mahaly
dalam tafsir “Al-Jalalain” menulis,” ((Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu)) Maksudnya, ada contoh (yang
baik) dalam peperangan dan keteguhan di medan-medan peperangan.”
Imam Al-Baghawi dalam
tafsir “Ma’alimu Tanzil” menulis,” ((Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu)) Maksudnya, ada contoh yang baik
jika kalian menolong agama Allah, membela (mendukung) Rasul Shallallahu ‘alaihi
wa salam, tidak ketinggalan dari (jihad) beliau, dan bersabar atas musibah yang
menimpa kalian, sebagaimana beliau telah melakukan hal itu.
Gigi seri beliau patah,
wajah beliau terluka, paman beliau terbunuh dan beliau mengalami berbagai macam
gangguan. Meski demikian, beliau tetap menyantuni (menghibur) kalian dengan
jiwa beliau langsung. Maka lakukanlah hal yang sama dengan apa yang beliau
lakukan, dan ikutilah jejak sunah beliau ((..banyak menyebut nama Allah)) dalam
seluruh medan pertempuran, baik senang maupun susah.”
Imam Al-Syaukani dalam
tafsir “Fathul Qadir” menulis,” ((Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu)) Ayat ini merupakan celaan bagi orang-orang
yang tidak turut berperang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam.
Maksudnya, sungguh telah ada bagi kalian teladan pada diri Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa salam, di mana beliau mencurahkan jiwa untuk berperang
dan keluar menuju Khandaq demi membela agama Allah.”
Imam Al-Baidhawi dalam
tafsirnya “Anwaru Tanzil” menulis,” ((Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu)) Maksudnya, ada sebuah sifat yang
baik untuk diteladani, seperti keteguhan dalam peperangan dan menghadapi
ujian-ujian keras. Atau maknanya, diri beliau sendiri memang sebuah tauladan
yang baik untuk dicontoh.”
Imam Al-Qurthubi dalam
“Al-Jami’ Fi Ahkamil Qur’an” menulis,”Dalam ayat ini ada dua permasalahan.
1- Ayat ini merupakan
celaan keras bagi orang-orang yang tidak tutut berperang. Maknanya, kalian
mempunyai suri tauldan yang baik dalam diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
salam, dimana beliau mencurahkan jiwa demi membela agama Allah, dengan keluar
berperang menuju Khandaq.
2- Uswah adalah qudwah
(contoh teladan). Uswah adalah apa yang ditiru dan diikuti. Maksudnya, beliau
diikuti dan ditiru dalam seluruh perbuatan dan kondisi beliau. Muka beliau
telah terluka, gigi seri beliau telah patah, pamannya yang bernama Hamzah telah
terbunuh, dan perut beliau telah lapar. Meski demikian, beliau tetap bersabar,
mengharapkan pahala, bersyukur dan ridha.”
Imam Ibnu Katsir dalam
“tafsir Al-Qur’an Al-’Adzim” menulis,” Ayat yang mulia ini merupakan dasar yang
agung dalam mengambil contoh yang baik dari Rasulullah, baik dalam perkataan,
perbuatan maupun kondisi beliau. Oleh karenanya, Allah ta’ala memerintahkan
manusia untuk mencontoh beliau dalam perang Ahzab, dalam hal ; kesabaran,
menjaga kesabaran, ribath, jihad, dan menunggu jalan keluar dari sisi Rabbnya,
semoga salawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau sampai hari kiamat.
Oleh karenanya, Allah
berfirman kepada orang-orang yang kebingungan, bosan, goncang, dan bergetar
ketakutan dalam perang Ahzab ((Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu)) Maksudnya, kenapa kalian tidak mengambil
suri tauladan dari tindak-tanduk beliau shallallahu ‘alaihi wa salam.”
Allah Ta’ala kemudian
menyebutkan respon kaum mukimin terhadap janji Allah dan Rasul-Nya atas
kepastian adanya ujian keimanan :
وَلَمَّا
رَءَا الْمُؤْمِنُونَ اْلأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَاوَعَدَنَا اللهُ وَرَسُولُهُ
وَصَدَقَ اللهُ وَرَسُولُهُ وَمَازَادَهُمْ إِلآ إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا {22}
Dan tatkala orang-orang
mu’min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata:”Inilah
yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”.Dan benarlah Allah dan
Rasul-Nya.Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman
dan ketundukan. (QS. 33, Al-Ahzab :22)
Imam Ibnu Katsir dalam
tafsirnya mengutip perkataan Ibnu Abbas dan Qatadah,” ((Inilah yang dijanjikan
Allah dan Rasul-Nya kepada kita”.Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya)) Maksud para
sahabat, adalah firman Allah dalam surat Al-Baqarah ;
أَمْ
حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ
خَلَوْا مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا
حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللهِ أَلآَ
إِنَّ نَصْرَ اللهِ قَرِيبُُ
Apakah kamu mengira bahwa
kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana
halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:”Bilakah datangnya
pertolongan Allah”. Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
(QS. 2, Al-Baqarah :214).
Inilah yang dijanjikan oleh
Allah dan Rasul-Nya ; cobaan dan ujian yang akan diiringi dengan kemenangan
yang dekat.”
Ya, satu kepastian yang
telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah ujian keimanan. Siapa yang
menghadapinya dengan sabar dan istiqamah, layak mendapat surga dan ridha Allah
karena terbukti sebagai mukmin sejati. Sebaliknya, siapa berbalik saat mendapat
ujian, maka itulah kaum munafik yang tidak layak mendapat ridha dan surga.
مِّنَ
الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَاعَاهَدُوا اللهَ عَلَيْهِ فَمِنهُم مَّن قَضَى
نَحْبَهُ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ وَمَابَدَّلُوا تَبْدِيلاً {23} لِّيَجْزِيَ اللهُ الصَّادِقِينَ
بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ إِن شَآءَ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ
إِنَّ اللهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا {24}
Di antara orang-orang
mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah;
maka di antara mereka ada yang gugur.Dan di antara mereka ada (pula) yang
menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merobah (janjinya).
Supaya Allah memberikan
balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa
orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka.Sesungguhnya
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 33, Al-Ahzab:24)
Kini, peristiwa sejarah
terulang kembali. Tentara “Ahzab” kembali menggempur kaum muslimin, dengan
tingkat kwalitas dan kwantitas yang lebih besar dari tentara ahzab musyrikin
Arab. Penghinatan para penguasa murtad dan kaum sekuler, kini juga memerankan
pengkhianatan yang dahulu dilakukan kaum munafik dan Yahudi Bani Quraizhah.
Segalanya telah teruang.
Tinggal pilihan umat ini untuk bersikap,; akankah mengikuti suri tauladan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam ? Ataukah justru ikut mundur bersama
kaum munafik generasi awal ?
Berperan Aktif Sesuai
Kemampuan
Dalam suasana perang salib
modern ini, jihad fi sabilillah telah menjadi sebuah kewajiban yang hukumnya
fardhu ‘ain. Setiap muslim dan muslimah dituntut untuk menbela agama, tanah air
dan saudara-saudara seagama dengan menyumbangkan segala kemampuan yang bisa ia
berikan. Setiap orang, dituntut untuk memainkan peran maksimal yang bisa ia
lakukan.
Memang benar, tidak mungkin
semua umat Islam harus memanggul senjata —apalagi tidak ada senjata — untuk
mengusir musuh, karena sebenarnya musuh bisa dihadapi oleh kurang dari 1 % kaum
muslimin. Jumlah umat Islam hari ini tak kurang dari 1,5 milyar jiwa, berarti 1
%nya adalah 15 juta jiwa. Koalisi pasukan salibis internasional inysa Allah
bisa dihadapi oleh mujahidin yang jumlahnya tidak mencapai 15 juta, 10 juta
atau 5 juta sekalipun. Bahkan, boleh jadi koalisi pasukan salib bisa dihadapi
oleh 0,1 % umat Islam (1,5 juta jiwa).
Dari sini perlu dipahami,
ketika para ulama salaf, khalaf, mutaakhirin dan mu’ashirin menyerukan fatwa
jihad hari ini fardhu ‘ain, bukan berarti 1,5 milyar umat Islam harus memanggul
senjata semua sehingga seluruh aspek kehidupan lainnya terbengkalai. Fatwa
mereka mengajak umat Islam untuk serius mempersiapkan kekuatan militer, selain
tentunya mempersiapkan aspek mental (tauhid dan iman). Fatwa mereka mengajak
seluruh kaum muslimin untuk ikut aktif terlibat dalam jihad fi sabilillah
sesuai peran dan kemampuan yang disanggupi.
Sebagaimana disabdakan oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam :
عَنْ
أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ جَاهِدُوا
الْمُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ
Dari Anas bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, ” Berjihadlah melawan orang-orang
musyrik dengan harta, jiwa dan lisan kalian.”
عَنِ
كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ حِينَ أَنْزَلَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي الشِّعْرِ
مَا أَنْزَلَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ
اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَدْ أَنْزَلَ فِي الشِّعْرِ مَا قَدْ عَلِمْتَ
وَكَيْفَ تَرَى فِيهِ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ
الْمُؤْمِنَ يُجَاهِدُ بِسَيْفِهِ وَلِسَانِهِ
Ketika Allah menurunkan
ayat tentang syair ((Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang
sesat. QS. Al-Syu’ara’ 26 :224), Ka’ab bin Malik (penyair dari kalangan
sahabat) bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam,” Allah telah
menurunkan ayat tentang syari. Maka, bagaimana pendapat anda tentang syair ?”
Beliau bersabda, “Seorang mukmin berjihad dengan pedang dan lisannya.”
عَنْ
عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اهْجُوا
قُرَيْشًا فَإِنَّهُ أَشَدُّ عَلَيْهَا مِنْ رَشْقٍ بِالنَّبْلِ
Dari Aisyah, bahwasanya
Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,” Seranglah (ejeklah) kaum
Quraisy dengan syair-syairmu, karena hal itu lebih menyakitkan mereka dari
tusukan anak panah.” Beliau lantas mengirimkan pesan itu berturut-turut kepada
Abdullah bin Rawahah, Ka’ab bin Malik dan Hasan bin Tsabit.
أُهْجُ
الْمُشْرِكِيْنَ فَإِنَّ رُوْحَ اْلقُدُسِ مَعَكَ.
” Ejeklah orang-orang
musyrik, karena sesungguhnya Jibril bersamamu.”
مَنْ
جَهَّزَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللهِ فَقَدْ غَزَا، وَمَنْ خَلَّفَ غَازِيًا فِي
سَبِيلِ اللهِ فِي أَهْلِهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا.
” Barang siapa
mempersiapkan perbekalan orang yang berperang, berarti telah ikut berperang.
Barangsiapa membiayai hidup keluarga orang yang berperang, berarti telah ikut
berperang.”
” Barang siapa belum pernah
berperang, atau membiayai perbekalan orang yang berangkat berperang, atau
menanggung biaya hidup keluarga orang yang berperang, Allah akan menimpakkan
bencana kepadanya sebelum hari kiamat nanti.”
Di antara peran dan
tuntutan kewajiban yang bisa dilaksanakan oleh umat Islam dalam menghadapi perang
salib modern ini adalah :
1- Berjihad dengan jiwa,
bagi setiap muslim laki-laki yang telah baligh,sehat fisik dan mampu berjihad.
Bila tidak mempunyai kemampuan, mereka harus mempersiapkan kekuatan.
2- Berjihad dengan harta,
dengan menyalurkan infak dan zakat untuk setiap kebutuhan yang diperlukan oleh
mujahidin.
3- Membiayai dan menyiapkan
perbekalan (senjata, amunisi, dana) orang-orang yang akan berjihad.
4- Menanggung biaya hidup
keluarga orang-orang yang berangkat berjihad.
5- Membantu atau menanggung
biaya hidup keluarga mujahidin yang terluka dan cacat, atau mati syahid dan
yang tertawan.
6- Membayarkan zakat kepada
mujahidin.
7- Membantu mengobati atau
pembiayaan perawatan dan pengobatan mujahidin yang terluka atau cacat.
8- Menyebutkan kebaikan mujahidin
dan menghasung masyarakat untuk mengikuti jejak mereka.
9- Memberi dukungan kepada
mujahidin agar tetap istiqamah meneruskan perjuangan.
10- Membela mujahidin dari
musuh-musuh Islam yang membuat opini buruk dan mendiskreditkan mujahidin.
11- Membongkar kedok kaum
munafik yang memusuhi jihad dan mujahidin.
12- Menghasung masyarakat
untuk berjihad.
13- Menjaga rahasia
mujahidin dan tidak menyebarkannya kepada musuh-musuh Islam.
14- Membaca Qunut Nazilah
untuk kebaikan,keistiqamahan dan kemenangan mujahidin
15- Menyebarluaskan
berita-berita jihad, buku-buku, artikel, buletin dan semua terbitan mujahidin
yang mendukung ibadah jihad dan dakwah.
16- Mengeluarkan
fatwa-fatwa dukungan kepada mujahidin.
17- Menjalin komunikasi
dengan para ulama dan da’i, memberitahukan kepada mereka berita-berita tentang
jihad yang dilakukan mujahidin.
18- Melakukan persiapan
kemiliteran.
19- Mempelajari fiqih
jihad.
20- Melindungi,memberi
tempat tinggal dan memperlakukan mujahidin dengan baik.
21- Membenci dan memusuhi
kaum kafir.
22- Membiayai dan menebus
muslim yang ditawan.
23- Jihad elektronik
(cyber).
24- Mendidik putra dan
putri untuk mencintai jihad dan mujahidin.
25- Boikot ekonomi terhadap
produk-produk kaum kafir.
26- Tidak menjadi bekerja
sama dengan musuh Islam dan jihad.
Sudahkah kita mengambil
peran di dalamnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar