Firman Allah surah Ali 'Imran ke -28
لَّا يَتَّخِذِ ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلْكَٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۖ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ ٱللَّهِ فِى شَىْءٍ إِلَّآ أَن تَتَّقُوا۟ مِنْهُمْ تُقَىٰةًۭ ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفْسَهُۥ ۗ وَإِلَى ٱللَّهِ ٱلْمَصِيرُ
“ Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali Karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan Hanya kepada Allah kembali (mu).” (QS. Ali Imran : 28)
Tafsir Al Qurthubiy
لَّا يَتَّخِذِ ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلْكَٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۖ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ ٱللَّهِ فِى شَىْءٍ إِلَّآ أَن تَتَّقُوا۟ مِنْهُمْ تُقَىٰةًۭ ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفْسَهُۥ ۗ وَإِلَى ٱللَّهِ ٱلْمَصِيرُ
“ Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali Karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan Hanya kepada Allah kembali (mu).” (QS. Ali Imran : 28)
Tafsir Al-Qurthubi (4/58) disebutkan bahwa Ibnu Abbas a berkata bahwasanya ayat ini turun kepada Ubadah bin Shamit, bahwasanya beliau mempunyai beberapa sahabat orang Yahudi dan ketika Nabi keluar bersama para sahabatnya untuk berperang (Ahzab) Ubadah berkata kepada Rasulullah “wahai Nabi Allah aku mambawa lima ratus orang Yahudi mereka akan keluar bersamaku dan akan ikut memerangi musuh.” Maka kemudian turunlah ayat tersebut.
Menurut Al Qurthubi, ayat ini memiliki kandungan dua hal, yang pertama larangan memberikan loyalitas dan kasih sayang kepada orang kafir. Yang kedua bolehnya bertaqiyah (menyembunyikan keimanan karena takut) karena lemahnya umat islam kala itu. (Tafsir al Qurthubi : 4/57)
Al Qurtubi berkata: “Dan dikatakan: Sesungguhnya orang mu’min bila berada di tengah orang-orang kafir, maka dia boleh bermudarah kepada mereka dengan lisan bila dia mengkhawatirkan jiwanya sedangkan hatinya tenteram dengan iman, dan sedangkan taqiyyah ini tidak halal kecuali bersama kekhawatiran dibunuh atau dipotong-potong atau penyiksaan yang dasyat. Dan barangsiapa dipaksa terhadap kekafiran maka pendapat yang benar adalah bahwa dia itu boleh menolak dan tidak memenuhi paksaan pengucapan ungkapan kekafiran itu, namun boleh saja hal itu bagi dia.” [Tafsir Al Qurthubiy 4/62 dari Ad Da'wah Assiriyyah]
Al Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir Rahimahullah (Tafsir Al Qur’an Al ‘azhim)
لَّا يَتَّخِذِ ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلْكَٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۖ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ ٱللَّهِ فِى شَىْءٍ إِلَّآ أَن تَتَّقُوا۟ مِنْهُمْ تُقَىٰةًۭ ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفْسَهُۥ ۗ وَإِلَى ٱللَّهِ ٱلْمَصِيرُ
“ Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali Karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan Hanya kepada Allah kembali (mu).” (QS. Ali Imran : 28)
Allah Subhana wa ta’ala. melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin berpihak kepada orang-orang kafir dan menjadikan mereka teman yang setia dengan menyampaikan kepada mereka berita-berita rahasia karena kasih sayang kepada mereka dengan meninggalkan orang-orang mukmin.
Kemudian Allah Subhana wa ta’ala. mengancam perbuatan tersebut melalui firman-Nya:
وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ
….Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah…(QS. Ali Imran: 28)
Dengan kata lain, barang siapa yang melakukan hal tersebut yang dilarang oleh Allah, maka sesungguhnya ia telah melepaskan ikatan dirinya dengan Allah. Seperti yang disebutkan di dalam firman lainnya, yaitu:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا عَدُوِّيوَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), Karena rasa kasih sayang “ (QS. Al Mumtahanah :1)
sampai dengan firman-Nya:
وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ
“dan apa yang kamu nyatakan. dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, Maka Sesungguhnya dia Telah tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. Al Mumtahanah : 1)
Demikian pula dalam firman Allah Subhana wa ta’ala. yang mengatakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ? (QS. AnNissa : 144)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al Maa’idah : 51)
Dan Allah Subhana wa ta’ala. berfirman sesudah menyebutkan masalah kasih sayang dan hubungan yang intim di antara orang-orang mukmin dari kalangan kaum Muhajirin, kaum Ansar, dan orang-orang Arab, yaitu:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
‘Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang Telah diperintahkan Allah itu niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS. Al Anfaal : 73)
Adapun firman Allah Subhana wa ta’ala :
إِلا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً
..kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka…(QS. Ali Imran : 28)
Dengan kata lain, kecuali bagi orang mukmin penduduk salah satu negeri atau berada di dalam waktu tertentu yang merasa khawatir akan kejahatan mereka (orang-orang kafir). Maka diperbolehkan baginya bersiasat untuk melindungi dirinya hanya dengan lahiriahnya saja, tidak dengan batin dan niat. Seperti apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Darda yang mengatakan:
إنَّالَنُكْشِرُفِيْ وُجُوْهِ أَقْوَا مِ وَقُلُوْبُنَا تَلْعَنُهُمْ
"Sesungguhnya kami benar-benar tersenyum di hadapan banyak kaum (di masa lalu), sedangkan hati kami (para sahabat) melaknat mereka (orang-orang musyrik)."
As-Sauri mengatakan bahwa sahabat Ibnu Abbas pernah mengatakan taqiyyah (sikap diplomasi) bukan dengan amal perbuatan, melainkan hanya dengan lisan saja. Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, yaitu bahwa sesungguhnya taqiyyah itu hanya dilakukan dengan lisan. Hal yang sama dikatakan oleh Abui Aliyah, Abusy Sya’sa, Ad-Dahhak, dan Ar-Rabi’ ibnu Anas. Pendapat mereka dikuatkan oleh firman Allah Subhana wa ta’ala. yang mengatakan:
كُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإيمَانِ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.” [QS.An Nahl: 106]
Imam Bukhari mengatakan, Al-Hasan pernah berkata bahwa taqiyyah (terus berlangsung) sampai hari kiamat.
Kemudian Allah Subhana wa ta’ala. berfirman:
وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
..”Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. ..”.[QS:Ali Imran: 28]
Yakni Allah memperingatkan kalian terhadap pembalasan-Nya bila Dia ditentang dalam perintah-Nya, dan siksa serta azab Allah akan menimpa orang yang memihak kepada musuh-Nya dan memusuhi kekasih-kekasih-Nya.
Firman Allah Subhana wa ta’ala.:
وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
..“Dan hanya kepada Allah kembali (mu)”.[QS:Ali Imran: 28]
Maksudnya, hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan, karena Dia akan membalas tiap-tiap diri sesuai dengan amal perbuatan yang telah dilakukannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Sa’id, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Khalid, dari Ibnu Abu Husain, dari Abdur Rahman ibnu Sabit, dari Maimun ibnu Mihran yang menceritakan, “Sahabat Mu’az (radhiyallaahu ‘anhu) pernah berdiri di antara kami, lalu ia mengatakan, ‘Hai Bani Aud, sesungguhnya aku adalah utusan Rasulullah (shallallaahu ‘alaihi wa salam) kepada kalian. Kalian mengetahui bahwa tempat kembali hanyalah kepada Allah, yaitu ke surga atau ke neraka’.”
Syaikh Sayyid Quthb Rahimahullah (Fii Zhilali Qur’an)
لَّا يَتَّخِذِ ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلْكَٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۖ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ ٱللَّهِ فِى شَىْءٍ إِلَّآ أَن تَتَّقُوا۟ مِنْهُمْ تُقَىٰةًۭ ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفْسَهُۥ ۗ وَإِلَى ٱللَّهِ ٱلْمَصِيرُ
“ Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali Karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan Hanya kepada Allah kembali (mu).” (QS. Ali Imran : 28)
Di dalam ayat yang sebelumnya, Al Qur’an membangkitkan kesadaran bahwa seluruh urusan itu di dalam Qudrat (kekuasaan) Allah subhana wa ta’ala, seluruh kekuatan adalah milik Allah, seluruh kebesaran dipegang oleh Allah subhana wa ta’ala, dan seluruh rezeki berada ditangan kemurahan Allah subhana wa ta’ala. Oleh sebab itu apakah artinya orang yang beriman bersahabat dengan musuh-musuh Allah subhana wa ta’ala?? Di dalam hati tidak mungkin terkumpul keimanan kepada Allah subhana wa ta’ala dan persahabatan setia dengan musuh Allah subhana wa ta’ala yang enggan bertahkim kepada kitabullah apabila mereka diserukan berbuat demikian. Oleh sebab itulah Al-Qur’an memberi peringatan yang sekeras ini, dimana dia dengan tegas menjelaskan keluarnya sesorang Muslim dari keislamannya apabila ia bersahabat setia dengan orang-orang kafir yang tidak ridha bertahkimkan kitabullah di dalam urusan kehidupan mereka, yaitu persahabatan setia ini dengan hubungan kasih mesra di dalam hati atau dengan menolong mereka atau dengan meminta pertolongan dari mereka.
لَّا يَتَّخِذِ ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلْكَٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۖ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ ٱللَّهِ فِى شَىْءٍ إِلَّآ أَن تَتَّقُوا۟ مِنْهُمْ تُقَىٰةًۭ ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفْسَهُۥ ۗ وَإِلَى ٱللَّهِ ٱلْمَصِيرُ
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” [QS:Ali Imran :28]
Demikianlah, dia tidak memiliki hubungan dan sangkut-paut sedikitpun dengan Allah subhana wa ta’ala, tidak memiki hubungan sedikitpun dengan Dien dan ‘aqidah, tidak ada pertalian dan naungan, malah dia jauh dari Allah Subhana wa Ta’ala dan putus segala hubungan dengan-Nya.
Perbuatan Taqiyah (berpura-pura melakukan sesuatu secara zahir untuk menjaga keselamatan diri) hanya dibenarkan kepada mereka yang takut di negeri tertentu (yaitu dimana Islam tidak berkuasa-pen) dan diwaktu-waktu tertentu saja, tetapi hendaklah taqiyah itu berupa taqiyah lisan saja bukan taqiyah kasih mesra dan kesetiaan di hati dan bukan pula kesetiaan dalam bentuk amalan dan tindakan. Menurut Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu, Taqiyah itu bukannya dengan tindakan tetapi hanya dengan lisan. Oleh karena itu bukan Taqiyah yang dibenarkan oleh Syara’ mengadakan hubungan yang mesra diantara orang-orang yang beriman dengan orang-orang yang kafir, yaitu orang yang tidak ridha bertahkim kepada kitabullah di dalam urusan kehidupan umumnya sebagaimana difahamkan oleh ayat ini secara tidak langsung dan oleh ayat lain di tempat yang lain di dalam surah ini secara terus-terang.
Begitu juga, ia tidak termasuk taqiyah yang dibenarkan syara’ orang-orang yang beriman mengadakan usaha kerjasama dan saling bantu-membantu dengan orang kafir secara amali dalam bentuk apapun, sekalipun atas nama Taqiyah. Tipudaya yang seperti ini tidak pantas dilakukan atas nama Allah Subhana wa ta’ala.
Oleh karena perkara yang semisal ini bergantung kepada hati nurani dan ketaqwaan seseorang dan ketakutannya kepada Allah Subhana wa Ta’ala Yang Maha Mengetahui segala rahasia yang Ghaib, maka ancaman berikut ini mengandung peringatan kepada orang-orang mu’min supaya berhati-hati terhadap kemurkaan Allah Subhana wa Ta’ala. Dan peringatan itu disampaikan dengan ungkapan yang amat menarik:
وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
“Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” (QS. Ali Imran : 28)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar