Dalam sebuah hadits shahih Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم menggambarkan
bakal tibanya suatu masa di Akhir Zaman dimana fitnah datang secara
massif sehingga dunia digambarkan menjadi laksana malam yang gelap
gulita. Selanjutnya Nabi صلى الله عليه و سلم
menerangkan betapa di masa itu jenis pelanggaran yang dilakukan kaum
muslimin tidak lagi dapat digolongkan sebagai dosa kecil, bahkan tidak
juga dosa besar. Sebab betapapun besarnya dosa seseorang, namun jika ia
masih memiliki iman-tauhid yang benar dan ia bertaubat dengan
sungguh-sungguh, niscaya Allah سبحانه و تعالى akan mengampuninya. Di era badai fitnah, kata Nabi صلى الله عليه و سلم , ancaman terbesar ialah kaum muslimin bakal melakukan pelanggaran yang tergolong nawaqidh al-iman (pembatal keislaman) alias terjangkiti virus MTS (Murtad Tanpa Sadar).
Pagi
hari seorang lelaki masih beriman, tiba-tiba sore harinya ia telah
menjadi kafir. Atau sore hari seseorang masih beriman, tiba-tiba pagi
harinya ia telah menjadi kafir. Nabi صلى الله عليه و سلم tidak mengatakan “seseorang di pagi hari berbuat kebaikan, lalu di sore harinya berbuat kejahatan”. Tidak..! Tapi secara eksplisit Nabi صلى الله عليه و سلم mengatakan “pagi beriman, sore kafir.” Perbandingannya bukan antara berbuat baik dengan berbuat jahat, tetapi antara beriman dan kafir.
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ
يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا
وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
Nabi صلى الله عليه و سلم
bersabda: "Segeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah
seperti malam yang gelap gulita. Di pagi hari seorang laki-laki dalam
keadaan mukmin, lalu kafir di sore harinya. Di sore hari seorang
laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir di pagi harinya. Dia menjual
agamanya dengan barang kenikmatan dunia." (HR Muslim - 169) Shahih
Jelas Nabi صلى الله عليه و سلم memperingatkan bahwa ketika dunia diwarnai oleh badai fitnah, maka ancaman yang muncul bukanlah sekedar keterlibatan dalam dosa-dosa kecil, bahkan tidak pula dosa-dosa yang besar, melainkan munculnya gejala riddah (kemurtadan). Bila seseorang telah terlibat dalam dosa kemurtadan, berarti ia telah kehilangan iman-tauhidnya. Ia telah kehilangan barang paling berharga dalam hidupnya. Ia telah kehilangan miftah al-jannah (kunci pembuka pintu surga).
Sehingga bila ia sibuk mengerjakan berbagai amal seperti sholat, puasa di bulan Ramadhan, sedekah, umrah dan lain sebagainya, maka semua perbuatan itu menjadi sia-sia. Sebab tanpa iman segala amal kebaikan seseorang menjadi tidak bernilai di mata Allah سبحانه و تعالى .
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ
الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا
“Dan
orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di
tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga,
tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa
pun.” (QS An-Nur 39)
Orang
yang asalnya beriman (muslim) lalu terjangkiti virus kemurtadan, maka
ia tidak ada bedanya dengan orang yang kafir. Amal apapun yang ia
kerjakan menjadi laksana fatamorgana, terhapus tanpa bekas dan penilaian
di sisi Allah سبحانه و تعالى .
وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ
أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Barang
siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam
kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di
akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
(QS Al-Baqarah 217)
Oleh
karena itu, sangat penting sekali bagi muslim yang sadar bahwa ia
sedang hidup di era badai fitnah untuk mempelajari apa saja perkara yang
termasuk nawaqidh al-iman (pembatal keislaman) agar ia dapat
menghindarkan dirinya dari terjangkit virus MTS alias gejala
kemurtadan. Dan perlu diketahui bahwa era badai fitnah ini merupakan
pra-kondisi menjelang hadirnya puncak fitnah. Sebab seluruh fitnah yang
terjadi di dunia pada hakikatnya adalah dalam rangka menyongsong
kehadiran puncak fitnah alias fitnah paling dahsyat sepanjang zaman,
yaitu fitnah Ad-Dajjal. Dan menjelang kehadiran puncak fitnah dunia
akan menyaksikan aneka fitnah bermunculan dan kian mewabah sampai
hadirnya puncak fitnah. Demikian pula, karena Ad-Dajjal merupakan
puncak fitnah, maka ia akan menjadi puncak thaghut penguasa zalim. Dan
sebelum kehadiran Ad-Dajjal sebagai puncak thaghut penguasa zalim, maka
dunia bakal diramaikan oleh hadirnya aneka thaghut penguasa zalim
dalam rangka menyongsong puncak thaghut penguasa zalim yang mereka
nantikan kehadirannya itu. Inilah yang disebut oleh Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم di dalam haditsnya mengenai periodisasi perjalanan sejarah ummat Islam sebagai babak keempat, yaitu babak kepemimpinan para Mulkan Jabriyyan (para penguasa yang memaksakan kehendak). Inilah babak yang sedang dijalani ummat Islam dewasa ini. The darkest ages of the Islamic history (era paling kelam dalam sejarah Islam).
ذُكِرَ
الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ
الدَّجَّالِ وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا
وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ مُنْذُ كَانَتْ الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا
كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ
Ad-Dajjal disebut-sebut di dekat Rasulullah صلى الله عليه و سلم lalu
beliau bersabda: "Sungguh fitnah sebagian dari kalian lebih aku
takutkan dari fitnahnya Ad-Dajjal dan tiada seseorang dapat selamat dari
aneka fitnah sebelum fitnah Ad-Dajjal melainkan pasti selamat pula
darinya (fitnah Dajjal) sesudahnya. Dan tiada fitnah yang
dibuat sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali untuk
(menjemput) fitnah Ad-Dajjal." (AHMAD - 22215) Shahih
Artinya,
barangsiapa yang mengaku muslim dan sanggup menyelamatkan dirinya
menghadapi aneka fitnah sebelum Ad-Dajjal keluar, maka Nabi صلى الله عليه و سلم menjamin
bahwa muslim tersebut bakal selamat menghadapi puncak fitnah, yaitu
Ad-Dajjal ketika ia keluar. Barangsiapa yang mengaku muslim sanggup
menyelamatkan diri menghadapi aneka thaghut penguasa zalim yang ada
sebelum keluarnya Ad-Dajjal, maka Nabi صلى الله عليه و سلم menjamin bahwa muslim tersebut bakal selamat menghadapi puncak thaghut penguasa zalim Ad-Dajjal saat ia keluar. Allah سبحانه و تعالى menggambarkan seorang muslim-muwahhid sejati ialah yang secara istiqomah beriman kepada Allah سبحانه و تعالى seraya mengingkari thaghut.
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ
بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Karena
itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat (La ilaha illa Allah) yang tidak akan putus.”(QS Al-Baqarah 256)
Bagaimana seorang muslim dikatakan sebagai muwahhid (ahli tauhid) sejati bila ia hanya beriman kepada Allah سبحانه و تعالى namun
tidak siap dan rela mengingkari thaghut? Apalagi saat menyadari bahwa
kondisi dunia dewasa ini sedang didominasi oleh para Mulkan Jabriyyan
berupa thaghut penguasa zalim yang menjadi pra-kondisi menjelang
keluarnya puncak thaghut penguasa zalim Ad-Dajjal. Tidak sah, bukan
tidak sempurna, tauhid seorang muslim bila ia sibuk menghamba kepada
Allah سبحانه و تعالى namun
ia tidak mau menjauhi dan mengingkari thaghut. Sikap separuh-separuh
dalam ber-tauhid, sangat potensial menyebabkan seseorang terjangkit
virus MTS alias dosa riddah...! Sebab ber-tauhid dengan dua sisi
(beribadah kepada Allah سبحانه و تعالى dan menjauhi thaghut) merupakan pesan abadi para Rasul utusan Allah سبحانه و تعالى sepanjang masa:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ
اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS An-Nahl ayat 36)
Nabi صلى الله عليه و سلم memperingatkan kita bahwa pada saat Ad-Dajjal kelak keluar, maka Allah سبحانه و تعالى akan izinkan setiap orang yang iman-tauhidnya benar sanggup mendeteksi dan membaca tulisan “kafir’ di dahi Ad-Dajjal.
وَإِنَّ الدَّجَّالَ مَمْسُوحُ الْعَيْنِ عَلَيْهَا ظَفَرَةٌ غَلِيظَةٌ مَكْتُوبٌ
بَيْنَ عَيْنَيْهِ كَافِرٌ يَقْرَؤُهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ كَاتِبٍ وَغَيْرِ كَاتِبٍ
Sesungguhnya
Ad-Dajjal buta (sebelah) matanya, di atas matanya ada kulit tebal,
diantara kedua matanya tertulis KAFIR yang bisa dibaca oleh setiap
mu`min yang bisa baca tulis atau pun tidak.".“(MUSLIM - 5223) Shahih
Artinya,
barangsiapa yang sebelum keluarnya Ad-Dajjal sudah terkena aneka
fitnah yang menyebabkan ancaman dosa riddah, maka jangan harap ia akan
diizinkan Allah سبحانه و تعالى sanggup
mendeteksi dan membaca tulisan kafir di dahi Ad-Dajjal. Malah karena
ia tidak sanggup membacanya akibat raibnya iman-tauhid, maka besar
kemungkinan iapun akan mengagumi Ad-Dajjal sebagaimana kaum kuffar akan
mengaguminya. Jadi alih-alih ia sanggup menjauhi dan mengingkari puncak
thaghut penguasa zalim Ad-Dajjal sebagaimana diperintahkan Allah سبحانه و تعالى , malah ia segera menyambut, bekerja-sama, mematuhi, mentaati bahkan menghamba kepada Ad-Dajjal. Na’udzubillahi min dzaalika...!
Semoga Allah سبحانه و تعالى memelihara dan memantapkan iman-tauhid kita di era badai fitnah menjelang keluarnya puncak fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.
اللهم إني أعوذبك بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
"Ya
Allah, aku berlindung kepadaMu dari azab jahannam, azab kubur, fitnah
kehidupan dan kematian dan dari jahatnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal" (HR
Muslim 923)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar