oleh Umar Faruq
A. Muqoddimah.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :
بدأ الإسلام غريبا وسيعود غريبا فطوبى للغرباء
"Awal mula kedatangan Islam itu asing, dan akan kembali asing sebagaimana semula. Maka beruntunglah orang-orang asing".
Saudaraku, engkau semua tahu bahwa kewajiban setelah tauhid dan
haramnya syirik adalah mengamalkan al-wala' wal baro'. Seperti yang
diungkapkan syaikh Hamd bin 'Atiq رِحمه الله :
" Di dalam Kitabullah ini tidak ada hukum yang dalil-dalilnya
lebih banyak dan lebih jelas dibanding hukum al-wala' wal baro'
ini, setelah kewajiban tauhid dan haramnya kemusyrikan". (Hilyah Al-Auliya', Abu Nu'aim. Jilid 1, hal. 175)
Di antara duri-duri penghalang jalan, engkau semua akan menemukan bahwa
di antara musuh-musuh tauhid ini adalah sikap keras dan ketegasan
mereka dalam memusuhi kita, bahkan tak segan-segan mereka mengusir
kita. Hal ini wajar! Ya, hal ini wajar! Begitu pun apa yang dialami
oleh para Rasul-Rasul Allah. Mereka mengalami pengusiran oleh kaumnya.
Allah سبحنحا و تعال berfirman :
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا
''Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-Rasul mereka, 'Kami
sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali
kepada agama kami' ''. (QS. Ibrohim : 13)
Dan Allah سبحنحا و تعال menceritakan tentang kaumnya Syu'aib,
لَنُخْرِجَنَّكَ يَاشُعَيْبُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا
''Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu`aib dan
orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, atau kamu kembali
kepada agama kami''. (QS. Al-A'roof : 88)
Maka aku sampaikan perkataan Al-'Allamah Ibnu Qoyyim رِحمه الله untuk
kalian yang tak faham Millah ini! Beliau رِحمه الله berkata :
مَن كَان هذا القدر مبلَغ علمه فليستتر بالصمت وَالكتمان
''Barangsiapa ilmunya hanya sebatas ini, hendaklah dia menutupi dirinya dengan diam".
B. Sebuah Tauladan, Penuh Makna.
- Tauladan Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Allah تعال berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ
كَثِيراً
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (QS. Al-Ahzab [33] : 21)
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal رِحمه الله mengatakan, bapakku telah
bercerita kepadaku, Ya'kub berkata, bapakku telah bercerita kepadaku,
dan juga Yahya bin Urwah bin Az-Zubair bercerita kepadaku, dia dari
bapaknya yaitu Urwah, dia dari Abdullah bin Amr bin Al-'Ash, aku
bertanya kepadanya,
ما أكثر ما رأيت قريشا أصابت من رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فيما كانت تظهره من عداوته
'Sejauh mana gangguan orang-orang Quraisy terhadap Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang kamu lihat?'.
Dia menjawab,
لقد رأيتهم وقد اجتمع أشرافهم يوما في الحجر ، فذكروا رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فقالوا : ما
رأينا مثل ما صبرنا عليه من هذا الرجل قط ، سفه أحلامنا ، وشتم آباءنا ،
وعاب ديننا ، وفرق جماعتنا ، وسب آلهتنا وصبرنا منه على أمر عظيم ، أو كما قالوا
''Saya pernah hadir bersama mereka ketika pembesar-pembesar mereka
berkumpul di Hijr, lalu mereka membicarakan Rasulullahصلى الله عليه
وسلم dan mengatakan, 'Kita sama-sekali belum pernah melihat
sesuatu seperti apa yang kita sabarkan dari orang ini. Dia telah
membodoh-bodohkan akal kita, mencaci bapak-bapak kita, menghina diin
kita, memecah-belah persatuan kita, dan mencela ilah-ilah kita.
Sungguh, kita telah bersabar terhadap permasalahan yang besar!'. Atau kata-kata semacam itu.
Ketika dalam keadaan seperti itu tiba-tiba Rasulullah صلى الله عليه
وسلم datang ke arah mereka dengan berjalan. Sampai beliau menyentuh
rukun Ka'bah. Lalu beliau melewati mereka ketika berthowaf di Ka'bah.
Maka ketika beliau melewati mereka, mereka mencibir beliau lantaran
kata-kata yang beliau ucapkan. Maka saya melihat wajah beliau berubah,
kemudian beliau berlalu. Lalu beliau melewati mereka yang kedua
kalinya. Maka mereka mencibir beliau sebagaimana sebelumnya. Maka saya
melihat wajah beliau berubah, kemudian beliau berlalu. Lalu beliau
melewati mereka yang ketiga kalinya. Maka mereka mencibir beliau
sebagaimana sebelumnya. Maka beliau bersabda,
أتسمعون يا معشر قريش ، أما والذي نفسي محمد بيده لقد جئتكم بالذبح
'Dengarlah wahai orang-orang Quraisy! Demi Dzat yang jiwa
Muhammad ada di tangannya, sesungguhnya aku datang kepada kalian untuk
menyembelih kalian!'.
Maka kata-kata beliau ini memukul mereka sampai-sampai tidak ada
seorang pun di antara mereka, kecuali seolah-olah ada seekor burung
yang hinggap di atas kepalanya (diam tertegun, -pen). Sehingga orang
yang sebelumnya paling keras diantara mereka, dia berusaha menenangkan
beliau dengan perkataan yang paling baik.
Dia mengatakan,
انصرف أبا القاسم راشدا ، فما كنت بجهول
'Pergilah Abu Qosim, engkau orang yang benar. Engkau bukan orang yang bodoh'. Lalu Rasulullah pun pergi.
Sampai keesokan harinya mereka berkumpul di Hijr dan ketika itu saya
bersama dengan mereka. Lalu sebagian mereka mengatakan kepada sebagian
yang lain,
ذكرتم ما بلغ منكم وما بلغكم عنه حتى إذا بادأكم بما تكرهون تركتموه
'Kalian ingat apa yang telah kalian katakan kepadanya, dan apa
yang telah kalian dengar darinya, sehingga ketika dia mengejutkan
kalian dengan sesuatu yang tidak kalian sukai, kalian tinggalkan
dia?!'.
Lalu ketika mereka sedang seperti itu, tiba-tiba muncul Rasulullah صلى
الله عليه وسلم, lalu mereka mengerumuni dan mengepung beliau. Mereka
mengatakan,
أنت الذي تقول كذا وكذا
'Kamukah yang mengatakan begini dan begini?'. Yaitu perkataan
beliau yang mereka dengar bahwa beliau mencela ilah-ilah dan diin
mereka. Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
نعم ، أنا الذي أقول ذلك
'Ya, akulah yang mengatakan hal itu'.
Lalu aku lihat salah seorang di antara mereka memegang tempat
pertemuan sorban beliau. Dan Abu Bakr Ash-Shiddiq berdiri menghalangi
beliau seraya berkata sambil menangis,
ويلكم أتقتلون رجلا أن يقول ربي الله
'Apakah kalian akan membunuh orang hanya karena dia mengatakan Allah Rabb-ku?'. Kemudian mereka meninggalkan beliau.
Dan sungguh hal itu adalah sesuatu yang paling keras apa yang didengar
oleh orang-orang Quraisy dari beliau yang pernah aku lihat". (HR.
Ahmad, dalam Al-Musnad hal. 7036. Di tahqiq oleh syaikh Ahmad Syakir,
dengan sanad shohih)
Ali bin Abi Tholib رضي الله عنه berkata :
"Aku bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم pergi menuju Ka'bah. Lalu Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda kepadaku,
أجلس
'Duduklah'.
Kemudian beliau naik di atas pundakku, lalu aku berusaha untuk bangkit
mengangkat beliau. Lalu Rasulullah melihat aku lemah, maka beliau pun
turun dan duduk untukku. Lalu beliau bersabda,
أصعد عل منكبى
'Naiklah ke atas pundakku'.
Maka aku pun naik ke atas pundak beliau, lalu beliau bangkit mengangkat
diriku. Lalu beliau memberi isyarat kepadaku agar kalau bisa supaya
aku menggapai atap. Sehingga saya naik ke atas Ka'bah, yang di atasnya
terdapat patung dari kuningan atau tembaga. Lalu saya berusaha
menggoyangnya ke kanan dan ke kiri, ke depan dan ke belakang. Ketika aku
telah berhasil, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda kepadaku,
أقذف به
'Lemparkanlah ia!'.
Maka aku pun melemparkannya sehingga pecah seperti kaca. Kemudian aku
turun. Lalu aku dan Rasulullah صلى الله عليه وسلم cepat-cepat pergi
sehingga kami berlindung di antara rumah-rumah karena takut ada orang
yang memergoki kami". (HR. Ahmad, Abu Ya'la, Al-Bazzar, dengan sanad
tsiqoh)
-Tauladan Nabi Ibrohim.
Allah سبحنحا و تعال :
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ
وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ
وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا
بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى
تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
''Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada
Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata
kepada kaum mereka, 'Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu
dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
(kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan
kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja'
''. (QS. Al-Mumtahanah [60] : 4)
Allah سبحنحا و تعال :
قَالَ أَفَرَأَيْتُم مَّا كُنتُمْ تَعْبُدُونَ أَنتُمْ
وَآبَاؤُكُمُ الْأَقْدَمُونَ فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِّي إِلَّا رَبَّ
الْعَالَمِينَ
''Berkata (Ibrohim), 'Maka apakah kamu telah memperhatikan apa
yang selalu kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?
Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali
Rabb Semesta Alam' ". (QS. Asy-Syu'aro [26] : 75-77)
Allah سبحنحا و تعال :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاء
مِّمَّا تَعْبُدُونَ إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ
''Dan ingatlah ketika Ibrohim berkata kepada bapaknya dan kaumnya,
'Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah,
tetapi (aku menyembah) Rabb Yang menjadikanku, karena sesungguhnya Dia
akan memberi hidayah kepadaku' ". (QS. Az-Zukruf [43] : 26-27)
Allah سبحنحا و تعال :
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلاَّ عَن
مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ
لِلّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لأوَّاهٌ حَلِيمٌ
''Dan permintaan ampun dari Ibrohim (kepada Allah) untuk bapaknya
tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada
bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrohim bahwa bapaknya itu
adalah musuh Allah, maka Ibrohim berlepas diri dari padanya.
Sesungguhnya Ibrohim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi
penyantun''. (QS. At-Taubah [9] : 114)
C. Perkataan Para 'Ulama.
Ibnu Abbas رضي الله عنه berkata :
"Barangsiapa cinta karena Allah dan benci karena Allah, loyal
karena Allah dan memusuhi karena Allah; sesungguhnya dengan itulah
pengayoman Allah akan diterima. Seorang hamba tidak akan dapat
merasakan nikmatnya iman, betapa pun banyak sholat dan puasanya,
sebelum ia demikian. Persaudaraan sesama manusia telah berubah
menjadi hanya berdasar kepentingan duniawi, padahal itu tidak akan
memberi manfaat kepada pelakunya sedikitpun". (Hilyatul Auliya', jilid 1 hal.312. Al-Jami' Al-Ulum wal Hikam 3/30).
Syaikh Sulaiman bin Abdullah bin Abdul Wahhab رِحمه الله berkata :
"Pernyataan beliau (Ibnu Abbas), 'Dan loyal karena Allah',
menjelaskan sesuatu yang harus ada dalam cinta karena Allah, yaitu
loyalitas karena Allah. Sebuah isyarat bahwa dalam hal ini cinta saja
tidak cukup. Ia harus disertai dengan loyalitas yang merupakan
konsekuensi cinta. Yaitu pembelaan, pemuliaan, penghormatan, dan
selalu bersama orang-orang yang dicintai secara lahir dan bathin.
Sedang pernyataan, 'Dan memusuhi karena Allah', ini menjelaskan
keharusan benci karena Allah. Yakni menyatakan sikap permusuhan
dengan secara nyata, seperti jihad melawan musuh-musuh Allah,
berlepas diri dari mereka, serta menjauhi mereka secara lahir dan
bathin. Ini menunjukkan bahwa kebencian hati saja tidak cukup. Ia
harus disertai dengan konsekuensinya, sebagaimana Allah سبحنحا و
تعال firmankan,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ
وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ
وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا
بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى
تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
'Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu
pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka
berkata kepada kaum mereka : "Sesungguhnya kami berlepas diri
daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami
ingkari [kekafiran]-mu dan telah nyata antara kami dan kamu
permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman
kepada Allah saja'. [QS. Al-Mumtahanah : 4]. (Taisir Al-Aziz Al-Hamid, hal. 422).
Al-'Allamah Ibnul Qoyyim رِحمه الله berkata :
"Ketika Allah ta'ala melarang orang-orang beriman untuk berwala'
kepada orang-orang kafir, hal itu mengandung konsekuensi untuk memusuhi
dan baro' kepada mereka serta menyatakan permusuhan pada setiap
keadaan". (Bada'i Al-Fawaid, juz. 3 hal. 69)
Syaikh Hamd bin 'Atiq رِحمه الله juga berkata :
"Izhharud diin adalah mengkafirkan mereka, menghina diin mereka,
mencela mereka, baro' kepada mereka, menjaga diri agar tidak
mengasihi mereka, dan agar tidak rukuun (condong) kepada mereka,
serta memisahkan diri dari mereka. Bahwasanya sekedar bisa
melaksanakan sholat itu tidak bisa disebut sebagai izhharud diin". (Ad-Duror As-Saniyyah, Juz Jihad, hal. 196).
Syaikh Abdul Lathif bin Abdurrahman رِحمه الله berkata :
"Tidak bisa dibayangkan! Ada orang yang memahami dan mengamalkan
tauhid, namun dia tidak memusuhi orang-orang musyrik. Dan orang
yang tidak memusuhi mereka tidak bisa dikatakan dia telah memahami
dan mengamalkan tauhid". (Ad-Duror As-Saniyyah, juz jihad hal. 167).
Syaikh Abdullathif bin Abdurrahman رِحمه الله mengatakan :
"Inilah yang dimaksud izhharud diin, bukan sebagaimana yang
dikira oleh orang-orang bodoh yang mengira bahwasanya jika orang-orang
kafir membiarkannya sholat, membaca Al-Qur'an, dan menyibukkan diri
dengan amalan-amalan sunnah yang dia inginkan, berarti dia telah
melaksanakan izhharud diin. Ini salah besar. Karena sesungguhnya orang
yang menyatakan permusuhannya kepada orang-orang musyrik dan baro'
kepada mereka, tidak akan mereka biarkan tinggal di tengah-tengah
mereka, akan tetapi mereka akan membunuh atau mengusirnya jika mereka
mempunyai kesempatan sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah
سبحنحا و تعال mengenai orang-orang kafir, yang berbunyi,
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا
'Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-Rasul mereka, 'Kami
sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali
kepada agama kami'. (QS. Ibrohim : 13)
Dan Allah سبحنحا و تعال menceritakan tentang kaumnya Syu'aib,
لَنُخْرِجَنَّكَ يَاشُعَيْبُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا
'Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu`aib dan
orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, atau kamu kembali
kepada agama kami'. (QS. Al-A'roof : 88)
Allah سبحنحا و تعال menceritakan tentang kisah ashhaabul kahfi, sesungguhnya mereka mengatakan,
إِنَّهُمْ إِنْ يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوكُمْ أَوْ يُعِيدُوكُمْ فِي مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوا إِذًا أَبَدًا
'Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya
mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada
agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung
selama lamanya'. (QS. Al-Kahfi : 20)
Bukankah permusuhan mereka terhadap para Rasul itu memuncak hanya
setelah para Rasul itu mencaci diin mereka, membodoh-bodohkan akal
mereka dan mencela ilah-ilah mereka?". (Ad-Duror As-Saniyyah, Juz Jihad, hal. 208).
Syaikh Hamd bin 'Atiq رِحمه الله berkata :
"Hendaknya orang yang berakal, berpikir, dan orang yang ingin
menasihati dirinya sendiri, mencari penyebab yang mendorong
orang-orang Quroisy mengusir Nabi صلى الله عليه وسلم dan para
sahabatnya dari Makkah yang merupakan daerah yang paling mulia.
Sesungguhnya telah kita ketahui bersama bahwasanya orang-orang
Quroisy tidaklah mengusir Nabi صلى الله عليه وسلم dan para sahabat,
kecuali setelah mereka mencela diin orang-orang Quroisy dan
menyesat-nyesatkan bapak-bapak mereka secara terang-terangan. Mereka
menginginkan supaya beliau صلى الله عليه وسلم menghentikan hal itu
dan mereka mengancam akan mengusir beliau dan para sahabat beliau.
Para sahabat pun mengeluh kepada beliau akan kerasnya siksaan
orang-orang Quraisy kepada mereka. Maka beliau pun menyuruh mereka
untuk bersabar dan meneladani orang-orang sebelum mereka yang
mendapatkan siksaan. Dan beliau tidak menyuruh mereka untuk tidak lagi
mencela diin orang-orang musyrik dan membodoh-bodohkan akal mereka.
Maka beliau pun memilih untuk meninggalkan negeri bersama para sahabat
beliau, padahal Makkah adalah tempat yang paling mulia di muka bumi.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ
كَثِيْرًا
'Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik
bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta
banyak mengingat Allah'. [QS. Al-Ahzab : 21]". (Ad-Duror As-Saniyyah Juz Jihad, hal. 199).
Syaikh Hamd bin 'Atiq رِحمه الله mengatakan :
"Firman Allah سبحنحا و تعال yang berbunyi; وَبَدَا (dan telah nampak), maksudnya adalah ظهرِ (nampak) dan بَانَ (jelas).
Perhatikanlah! Didahulukannya al-'adawah (permusuhan) daripada
al-baghdho' (kebencian) karena yang pertama lebih utama daripada yang
kedua. Karena sesungguhnya, terkadang orang benci kepada orang-orang
musyrik, namun dia tidak memusuhi mereka, sehingga dia belum
melaksanakan kewajibannya sampai dia merealisasikan permusuhan dan
kebencian. Selain itu permusuhan dan kebencian itu harus nampak jelas
dan nyata. Dan ketahuilah, meskipun kebencian itu adalah amalan hati,
namun kebencian itu tidak ada gunanya sampai nampak tanda-tandanya dan
timbul dampak-dampaknya, dan ini tidak akan terealisasi kecuali
dengan permusuhan dan memutuskan hubungan, Maka ketika itulah
permusuhan dan kebencian nampak". (Sabiilun Najaat Wal Fikaak min Muwalaalaatil Mutaddiin wa Ahlil Isyraak).
Abu Wafa' bin Uqoil رِحمه الله bertutur :
"Apabila engka ingin mengetahui kondisi Islamnya manusia pada
suatu masa, janganlah engkau melihat berjubelnya mereka di
pintu-pintu masjid atau gema labbaika mereka. Tetapi lihatlah
pemufakatan mereka dengan musuh-musuh syari'at. Maka berlindunglah ke
dalam benteng diin, berpeganglah dengan tali Allah yang sangat kuat
dan bergabunglah dengan wali-wali-Nya yang beriman. Waspadalah
terhadap musuh-musuh-Nya yang menyeleweng. Karena ibadah kepada Allah
yang paling utama itu adalah membenci orang-orang yang menentang
Allah سبحنحا و تعال dan Rasul-Nya, serta jihad terhadapnya dengan
tangan, lidah, dan hati sesuai dengan kemampuan". (Ad-Duror As-Saniyyah, Juz Jihad, hal. 238).
Al-'Allamah Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh رِحمه الله berkata -dalam menafsirkan surat Al-Mumtahanah ayat 4- :
"Maka barangsiapa erenungkan ayat tersebut, tentu dia memahami
tauhid yang Allah سبحنحا و تعال turunkan melalui para Rasul dan
kitab-kitab-Nya, dan tentu dia memahami sikap orang-orang yang
menentang ajaran para Rasul dan pengikut-pengikut mereka, yaitu
orang-orang bodoh yang tertipu lagi merugi. Syaikh kita [syaikh
Muhammad, -ed] ketika menerangkan da'wah Nabi صلى الله عليه وسلم
kepada orang-orang Quroisy untuk bertauhid, dan apa yang beliau
dapatkan dari mereka ketika beliau menyinggung ilah-ilah mereka,
bahwasanya mereka itu tidak dapat mendatangkan manfaat dan madhorot,
mereka menganggap hal itu sebagai cacian. Beliau [syaikh Muhammad]
mengatakan,
'Maka apabila engkau telah memahami hal ini, tentu engkau
memahami bahwasanya manusia itu tidak akan lurus Islamnya, meskipun
dia telah mentauhidkan Allah dan meninggalkan syirik, kecuali dengan
memusuhi orang-orang musyrik dan menyatakan permusuhan dan kebencian
kepada mereka sebagaimana firman Allah سبحنحا و تعال,
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
'Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan
hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya'. (QS. Al-Mujadalah ; 22)
Apabila engkau telah memahami hal ini dengan baik, tentu engkau
mengetahui bahwasanya banyak orang yang mengaku beragama, namun tidak
memahaminya. Sebab, apakah yang menyebabkan kaum muslimiin harus
bersabar menanggung siksaan, penawanan, dan beban-beban hijrah ke
Habasyah, padahal beliau adalah manusia yang paling penyayang,
sehingga seandainya ada rukhshoh tentu beliau memberikan rukhshoh
kepada mereka. Bagaimana mungkin, sedangkan Allah telah menurunkan
kepada beliau ayat,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ ءَامَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ
'Dan di antara manusia ada orang yang berkata: 'Kami
beriman kepada Allah', maka apabila ia disakiti (karena ia
beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab
Allah'. (QS.Al-Ankabut : 10)
Dalam ayat ini, orang yang menyetujui dengan lisannya saja dikatakan seperti ini, lalu bagaimana dengan yang lainnya?'.
Maksudnya dengan orang yang menyetujui mereka dengan perkataan
dan perbuatan, dengan tanpa mendapatkan gangguan. Dia membantu m
ereka, membela mereka dan orang yang setuju dengan emreka serta
mengingkari orang yang tidak sependapat dengan mereka sebagaimana
terjadi sekarang". (Ad-Duror As-Saniyyah, Juz Jihad, hal. 93).
Mengenai surat Al-Mumtahanah ayat 4, syaikh Sulaiman bin Sahman رِحمه الله berkata :
"Inilah Millah Ibrohim yang Allah سبحنحا و تعال maksudkan dalam firman-Nya yang berbunyi,
وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ
'Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri'. [QS. Al-Baqoroh : 130].
Maka orang muslim harus memusuhi musuh-musuh Allah سبحنحا و تعال,
menampakkan permusuhan kepada mereka, menjauhkan diri dari mereka
sejauh-jauhnya, dan tidak boleh ber-wala' kepada mereka atau bergaul
dengan mereka, atau berbaur dengan mereka". (Ad-Duror As-Saniyyah, Juz Jihad, hal. 221).
Al-'Allamah Abdurahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh رِحمه الله berkata :
"Allah سبحنحا و تعال telah mewajibkan baro' terhadap kesyirikan
dan orang-orang yang berbuat syirik, serta mengkufuri, memusuhi,
membenci, dan jihad terhadap mereka.
فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ
'Lalu orang-orang yang zholim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka'. [QS. Al-Baqoroh : 59].
Maka mereka pun ber-wala', membantu dan menolong orang-orang
musyrik itu. Dan orang-orang musyrik itu pun meminta bantuan kepada
mereka untuk memusuhi orang-orang beriman. Sehingga dalam rangka itu
mereka membenci dan mencela orang-orang beriman. Dan
perbuatan-perbuatan ini semuanya membatalkan Islam sebagaimana yang
diterangkan oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah pada beberapa tempat". (MILLAH IBROHIM).
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab رِحمه الله berkata :
"Seorang muslim harus menyatakan bahwa dirinya adalah termasuk
kelompok orang beriman, sehingga dia menguatkan kelompok tersebut dan
kelompok tersebut menguatkan dirinya, serta mengentarkan thoghut, yang
mana mereka tidak akan memusuhinya dengan keras sampai dia menyatakan
permusuhannya tersebut kepada mereka, dan bahwasanya dia termasuk
kelompok yang memerangi mereka". (Majmu'ah At-Tauhid).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar