“Kita
memohon kepada Allah ta’ala agar menjaga saudara kita, Abu Abdullah
Usamah Bin Ladin; lelaki inilah, kedua mataku tak pernah melihat lelaki
semisal ini di seluruh dunia”
“Lelaki ini melambangkan seluruh negara”
“Demi
Allah, aku bersumpah aku takkan pernah mampu menemukan seorang yang
setara dengannya di seluruh dunia islam, jadi kita memohon kepada Allah
untuk menjaga agamanya dan hartanya, dan agar memberkahi kehidupannya”
“Dia
hidup di rumahnya dengan kehidupan orang yang melarat. Dulu aku
terbiasa mengunjungi rumahnya di Jeddah disaat aku pergi untuk haji atau
umroh, dan aku tidak pernah menemukan sebuah meja atau sebuah kursi
dalam rumahnya: seluruh rumahnya. Dia menikahi empat istri dan di
seluruh rumahnya aku tak pernah melihat sebuah meja maupun kursi. Rumah
pekerja Yordania atau Mesir bahkan lebih baik dibanding dengan rumah
Usamah. Pada saat yang sama, jika kamu meminta kepadanya jutaan riyal
untuk Mujahidin, dia akan menuliskan sebuah cek jutaan reyal untukmu”
“Orang-orang Afganistan melihat orang arab layaknya seorang lelaki yang
meninggalkan perniagaannya, pekerjaannya dan perusahaannya di Saudi
Arabia, atau di teluk Yordania, dan hidup dengan kehidupan roti dan teh
basi di puncak-puncak pegunungan. Dan mereka akan melihat Usamah Bin
Ladin layaknya seorang lelaki yang telah meninggalkan bisnisnya yang
sukses dalam merenovasi masjidil harom milik rosulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam di Madinah untuk saudara-saudaranya hingga ia pun
kehilangan bagiannya - 2.5 juta dolar - lalu melemparkan dirinya ke
tengah-tengah pertempuran”
“Usamah
mendatangi salah satu saudara perempuannya dan menyodorkan fatwa Syekh
Ibnu Taimiyyah tentang kewajiban untuk pergi berjihad, kemudian dengan
segera saudara perempuannya mengambil buku ceknya dan memberinya
sebuah cek yang bernilai 8 juta riyal (2.5 juta dolar). Orang-orang
berkata kepadanya : “Apa kamu sudah gila? 8 juta riyal dalam sekali
sumbangan?”. Banyak dari kaum muslimah yang berusaha merayunya untuk
tidak melakukannya; dan banyak kaum muslimin yang berusaha mengecilkan
hati suami saudara perempuan Usamah dan mereka berkata kepada saudara
perempuannya ini : “Kamu hidup dalam rumah sewaan: untuk membangun
sebuah rumah untukmu hanya membutuhkan biaya satu juta riyal (275 ribu
dolar), lalu kenapa Kamu tidak menggunakan satu juta riyal dari
sumbanganmu untuk membangun rumah sendiri? Setelah itu, dia pergi menuju
saudara laki-lakinya, Usamah, dan berkonsultasi dengannya tentang satu
juta riyal untuk membangun sebuah rumah baginya. Lalu Usamah pun
berkata : “Demi Allah, bahkan tidak satu riyal pun! Kamu hidup dalam
sebuah rumah yang luas ketika orang-orang meregang nyawa, bahkan tak
mampu untuk menemukan sebuah tenda untuk bertempat tinggal”.
“Ketika
dia duduk denganmu, kamu akan merasakan bahwa dia adalah seorang
pembantu diantara para pembantu rumah, dengan sopan santun dan
kedewasaannya. Demi Allah, kami melihatnya seperti itu. Saya pernah
berkata kepada Syekh Sayyaf sekali, “Jagalah lelaki ini agar selalu
bersamamu dan laranglah dia untuk memasuki peperangan”. Mengingat dia,
di lain sisi, selalu nekat untuk pergi dan menghadapi musuh secara
langsung”.
“Percayalah kepadaku, kapanpun dia datang ke rumahku di Peshawar dan
Aku perlu untuk melakukan telpon, dia akan pergi dan mengambilkan
telpon untukku dan menaruhnya di depanku, agar aku tidak beralih dari
posisiku. Sopan santun, kesederhanaan, kedewasaan : semoga Allah
menjaganya”.
“Petama
kali dia mengundangku untuk datang ke rumahnya adalah di bulan
Romadhon. Pada saat maghrib, dia membawa sebuah piring yang dipenuhi
nasi dengan sedikit tulang dalam lapisan daging, dan dua atau tiga
kebab”.
“Sayyid
Dhiya’, (seorang komandan Afganistan di Aliansi Utara, kemenakan
Sayyaf dan salah seorang yang memerangi Mujahidin pada saat perang
salib di Afganistan yang bermula tahun 2001), memberitahu kepada
seorang jurnalis koran Prancis, Le Monde, “Kami tahu Usamah adalah
seorang yang kaya, tapi Dia terbiasa hidup diantara kami dalam
kehidupan yang sederhana dan tidak berkecukupan. Dia dikepung oleh
orang-orang Rusia dalam dua peristiwa : satu diantara dua peristiwa itu
terjadi dalam peperangan yang berakhir selama 24 hari, dan inilah
peperangan paling lama yang pernah aku ikuti dalam seluruh hidupku.
Usamah dikepung selama 7 hari, di puncak gunung, dia bersama dengan 100
pasukannya. Mereka digempur dengan senjata berat secara terus menerus
dari arah tentara Rusia, maka Usamah memberi perintah untuk mencegat
jalan darat yang terbuka untuk memotong rute suply pasukan Rusia, dan
kemudian menyerang pasukan Rusia pada hari ke-7, dan menjadi pemenang
dalam pertempuran itu. Usamah dan orang-orang Arab sangat berani,
sungguh - dan semenjak pertempuran itu Aku tak pernah melihat sebuah
pertempuran yang seganas pertempuran saat itu. Jujur saja, kami saat
itu sangat ketakutan dengan serangan yang terus menerus ditujukan
kepada kami, dan kami terus menanti di dalam parit perlindungan kami
agar pasukan Rusia mendekati kami sehingga kami bisa menembak mereka.
Orang-orang Arab, di satu sisi, pada saat pertempuran tersebut, mereka
melompat dari parit perlindungan dan menghadapi musuh secara langsung:
mereka sangat bersemangat untuk memerangi musuh tangan ke tangan,
sedangkan tak seorang Afgan pun yang disiapkan untuk melakukan hal
itu”.
Diambil dan
ditranlsate dari ebook “The Lofty Mountain” karangan Syekh Asy Syahid
biidznillah Abdullah Azzam, diterbitkan Azzam Publications
(http://www.azzam.com), halaman 151-153, edisi pertama, dalam format
pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar