Jihad di Jalan Alloh ‘Azza Wa Jalla Adalah Amalan Terbaik Setelah Iman Kepada Alloh ta‘ala
Di dalam Ash-Shohihain disebutkan dari Abu Huroiroh RA berkata:
“Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam ditanya, “Amal apakah yang
paling utama?” beliau bersabda, “Beriman kepada Alloh dan rosul-Nya.”
Dikatakan, “Kemudian apa?” beliau bersabda, “Berjihad di jalan Alloh.”
Dikatakan, “Kemudian apa?” beliau bersabda, “Hajji mabrur.” Hadits ini
berlaku bagi orang yang tidak memiliki kedua orang tua yang harus
dilayani dengan baik, atau orang yang kedua orangtuanya telah memberi
izin, atau dalam kondisi jihad hukumnya fardhu ain; karena dalam
kondisi-kondisi ini, jihad lebih didahulukan daripada berbakti kepada
kedua orang tua.
Wallôhu A‘lam.
Dan dari Ma‘iz RA dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya
beliau ditanya tentang amalan terbaik, beliau bersabda, “Beriman
kepada Alloh saja, kemudian jihad, dan hajji mabrur itu melebihi semua
amalan seperti antara tempat terbitnya matahari dan tempat
tenggelamnya.” (HR. Ahmad, rijalnya adalah rijal shohih).
Ma‘iz sendiri adalah shahabat yang masyhur, ia tidak memakai nasab.
Makna sabda beliau: “..melebihi semua amalan.” Artinya semua amalan
setelah iman dan jihad; sebelumnya telah disebutkan bahwa amalan
terbaik adalah iman dan jihad.
Masih dalam Ash-Shohihain dari Abu Dzar RA ia berkata: Aku bertanya
kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam tentang amal apakah
yang paling utama?” Beliau bersabda, “Iman kepada Alloh dan berjihad
di jalan-Nya.” Ia berkata, “Budak apakah yang paling mahal?” beliau
bersabda, “Yang paling mahal bagi pemiliknya dan paling mahal
harganya.” (Al-Hadits).
Jihad Lebih Baik Daripada Memberi Minum Orang Hajji Dan Memakmurkan Masjidil Haram
Dari An-Nu‘man bin Basyir RA ia berkata: “Aku berada di sisi mimbar
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, tiba-tiba ada seseorang
berkata, “Aku tidak peduli, untuk tidak mengerjakan amalan setelah
Islam selain memakmurkan Masjidil Harom.” Ada orang lain berkata,
“Tidak, jihad fi sabilillah itu lebih baik daripada apa yang kau
katakan.” Maka Umar bin Khothob membentak mereka seraya mengatakan,
“Jangan mengangkat suara di sisi mimbar Rosululloh di hari Jum‘at.
Nanti setelah sholat Jumat, aku akan masuk menemui Rosululloh SAW dan
menanyakan apa yang kalian perselisihkan.” akhirnya Alloh ‘azza wa
jalla menurunkan firman-Nya:
“Apakah kalian menganggap orang-orang yang memberi minum kepara
orang-orang yang mengerjakan hajji dan mengurus Masjidil Haram sama
seperti orang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir serta berjihad
di jalan Alloh? Mereka itu tidak sama di sisi Alloh. Dan Alloh tidak
memberi petunjuk orang-orang dzalim.” (At-Taubah: 19.) (HR. Muslim)
Jihad Lebih Baik Daripada Ber‘Uzlah Dan Sibuk Beribadah
Ibnu ‘Asakir meriwayatkan dengan isnadnya dari Abu Huroiroh ra,
bahwasanya Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Maukah
kuberitahu kalian tentang orang yang paling baik kedudukannya? (Yaitu)
lelaki yang memegang tali kekang kudanya di jalan Alloh. Maukah kalian
kuberitahu tentang orang paling baik kedudukannya setelah itu? Lelaki
yang beruzlah dengan menggembalakan kambingnya, ia menegakkan sholat
dan menunaikan zakat, beribadah kepada Alloh dan tidak
menyekutukan-Nya sedikitpun.” (Muslim dan lain-lain juga meriwayatkan
hadits seperti ini, lafadznya ada Insya Alloh)
Dan dari Abu Huroiroh RA ia berkata:
“Seorang lelaki dari shahabat Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam melewati sebuah lembah yang di sana terdapat sebuah mata air
tawar kemudian ia berkata, “Seandainya saja aku menjauhi manusia dan
tinggal di lembah ini, aku tidak akan melakukannya sampai aku minta
izin kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam.” Maka ia
menceritakan hal itu kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam,
beliau bersabda, “Jangan lakukan itu, sebab posisi salah seorang dari
kalian di jalan Alloh lebih baik daripada sholat dia di rumahnya
selama tujuh puluh tahun. Apakah kalian tidak suka kalau Alloh
mengampuni dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam jannah?
Berperanglah di jalan Alloh, barangsiapa yang berperang di jalan Alloh
sebentar saja (fawâqo nâqoh), ia pasti masuk surga.” (HR. Tirmizi dan
dia berkata: hadits hasan; Al-Baihaqi di dalam As-Sunan, dan
Al-Hâkim; ia berkata: shohih menurut syarat Muslim).
Kata Fawaqo naqoh: Al-Jauhari dan yang lainnya mengatakan: “Artinya
adalah waktu memerah antara dua puting susu; biasanya ia diperah lalu
dibiarkan sesaat yang ditetek oleh anak unta agar susunya mengumpul
banyak lalu diperah.” Ada juga yang mengatakan, maksudnya adalah waktu
antara kau tempelkan tanganmu dan kau angkat dari puting susu ketika
engkau sedang memerahnya.
Puncak Islam Adalah Jihad Di Jalan Alloh Ta’ala
Dari Mu‘adz bin Jabal ra ia berkata: Kami bersama Rosululloh
Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam di perang Tabuk, beliau bersabda, “Jika
engkau mau, aku beritahukan tentang pokok urusan, tiang dan puncaknya.”
Aku mengatakan, “Mau Wahai Rosululloh.” Beliau bersabda, “Adapun
pokok urusan adalah Islam, tiangnya adalah sholat dan puncaknya adalah
jihad.” (HR. Hakim dengan lafadz ini secara ringkas, ia mengatakan:
shohih menurut syarat Bukhori Muslim; Ahmad juga meriwayatkannya
dengan redaksi panjang. demikian juga Tirmizin dan ia menshohihkannya,
An-Nasa’I, Ibnu Majah dan lain-lain).
Thobroni juga meriwayatkannya dalam Al-Kabîr melalui jalur Muhammad
bin Salamah, dari Abu Abdir Rohim dari Abdul Malik dari Al-Qosim dari
Fadholah bin Ubaidillah RA berkata: “Aku mendengar Rosululloh
Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Islam itu ada tiga bait:
bawah, atas dan tengah. Adapun yang bawah adalah Islam; semua kaum
muslimin memasukinya, tidak ada seorang pun dari mereka yang kau tanya
melainkan mengatakan: Saya seorang muslim. Adapun yang atas maka
amalan mereka bertingkat-tingkat, sebagian lebih baik daripada
sebagian yang lain. Adapun pertengahan yang paling atas adalah jihad
di jalan Alloh, tidak ada yang bisa mendapatkanya selain yang terbaik
di antara mereka.”
Tidak Ada Seorangpun Bisa Melakukan Amalan Yang Menyamai Jihad Fi Sabilillah
Dari Abu Huroiroh RA berkata: “Dikatakan, “Wahai Rosululloh, apakah
yang bisa menyamai jihad di jalan Alloh?” beliau bersabda, “Engkau
tidak akan bisa melakukannya.” Maka para shahabat terus mengulang
pertanyaannya hingga dua atau tiga kali semuanya beliau jawab, “Kalian
tidak akan bisa melakukannya.” Kemudian beliau bersabda, “Perumpaan
mujahid di jalan Alloh itu seperti orang yang berpuasa dan sholat serta
taat (qônit) terhadap ayat-ayat Alloh. Ia tidak pernah berhenti dari
sholat dan puasanya sampai si mujahid fi sabilillah tersebut pulang.”
(HR. Bukhori dan Muslim.) An-Nawawi berkata, “Makna Qônit di sini
adalah orang yang taat.”
Keutamaan Mengobarkan Semangat Kaum Mukminin Untuk Berjihad Di Jalan Alloh (Tahridh)
Alloh ta‘ala berfirman:
“…dan kobarkanlah semangat orang-orang beriman (untuk berperang).
Semoga Alloh menolak keganasan orang-orang kafir, dan Alloh itu lebih
besar kekuatan dan siksa (Nya).” (An-Nisa’: 84)
Alloh ta‘ala berfirman:
“Hai Nabi, kobarkanlah semangat orang-orang beriman untuk berperang.
Jika ada dari kalian berjumlah dua puluh orang yang sabar, akan
mengalahkan dua ratus orang. Dan jika ada dari kalian seratus, akan
mengalahkan seribu dari orang-orang kafir dikarenakan mereka adalah
kaum yang tidak faham.” (Al-Anfal: 65)
Alloh ta‘ala juga berfirman:
“Hai orang-orang beriman, maukah Ku-tunjukkan kepada kalian
perdagangan yang menyelamatkan kalian dari adzab yang pedih? Kalian
beriman kepada Alloh dan rosul-Nya dan kalian berjihad di jalan Alloh
dengan harta dan jiwa kalian. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian
jika kalian mengetahui.” (Hingga akhir surat Ash-Shoff: 10-14)
Ayat-ayat mengenai tahridh dari Alloh ta‘ala kepada hamba-hamba-Nya
untuk berjihad di jalan-Nya, dan memotivasi mereka untuk menggapai
pahala di sisi-Nya dengan jihad sangatlah banyak.
1. Ibnu Majah
meriwayatkan, Ibnu Abi Syaibah di dalam kitab Shifatul Jannah,
Al-Bazzar dan Ibnu Hibban di dalam Shohih-nya, dari Kuraib, bahwasanya
ia mendengar Usamah bin Zaid RA mengatakan: “Rosululloh Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Siapakah yang mau bersegera menuju surga?
Sesungguhnya surga itu tidak pernah terbayangkan. Sungguh, demi Robb
Ka‘bah, surga itu adalah cahaya yang berkilauan, tumbuh-tumbuhan wangi
yang bergoyang, istana yang tinggi, sungai yang mengalir berturutan,
buah-buahan yang matang, isteri-isteri jelita dan cantik,
perhiasan-perhiasan yang banyak, tempat dalam keabadian di negeri
keselamatan, buah-buahan dan hijau-hijauan, kegembiraan dan kenikmatan
di tempat yang tinggi dan indah.” Para shahabat mengatakan, “Iya,
wahai Rosululloh, kami bersegara ke sana.” Maka beliau mengatakan,
“Katakanlah: Insya Alloh.” Para shahabat mengatakan, “Insya Alloh.”
Kemudian beliau menyampaikan tentang jihad dan memberi semangat
kepadanya.
2.
Ibnu Majah menyebutkan lagi dari Ali secara mauquf, ia berkata,
“Barangsiapa mengobarkan semangat saudaranya untuk berjihad, maka ia
mendapatkan pahala seperti pahalanya; dan setiap langkah yang ia tempuh
dalam rangka itu sama dengan ibadah satu tahun.”
Keutamaan Menolong Mujahidin, Menyiapkan Bekal, Memberi
Makanan, Pelayanan, Mengantarkan Kepergiannya Dan Mengucapkan Selamat
Jalan Kepadanya
Imam Ahmad meriwayatkan, Ibnu Abi Syaibah, Al-Hakim dan lain-lain,
dari jalur Abdulloh bin Muhammad bin ‘Uqoil, dari Abdulloh bin Sahl
bin Hanif, bahwasanya Sahl bercerita kepadanya bahwa Rosululloh
Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa yang menolong seorang mujahid di jalan Alloh, atau
membantu keluarga orang yang berperang, atau membantu seorang budak
makatib untuk membebas dirinya, Alloh akan menaungi naungannya pada
hari tidak ada naungan selain naungan-Nya.”
Ibnu Asakir mengeluarkan dari ‘Umar bin Zaroroh: Telah bercerita
kepada kami Al-Musayyib bin Syuraik, dari Bakr bin Fadholah, dari
Maimun bin Mahron, dari Ibnu Abbas ia berkata, “Barangsiapa yang
membawa dan tinggal bersama kuda di jalan Alloh, ditulis baginya
pahala seperti orang yang keluar membawa harta dan nyawanya dalam
kesabaran, selama kuda itu masih hidup.
Dan barangsiapa memberi pedang di jalan Alloh, ia akan datang pada
hari kiamat dengan membawa lidah yang panjang seraya mengatakan di
hadapan semua makhluk:
‘Ketahuilah, aku adalah pedangnya fulan bin fulan. Aku terus berjihad
untuknya hingga hari kiamat.’ Dan barangsiapa memberi baju di jalan
Alloh ta‘ala, ia akan diberi baju dari surga yang akan digantikan
kepadanya setiap hari seperti di dunia.” Dan dari Umar bin Khothob RA
ia berkata: Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa memayungi kepala orang yang berperang, Alloh akan
menaunginya di hari kiamat. Dan barangsiapa menyiapkan bekal orang
yang berperang di jalan alloh, maka ia mendapat pahala seperti itu
sampai ia mati atau pulang. Dan barangsiapa membangun masjid yang di
dalamnya disebut nama Alloh, Alloh akan bangunkan baginya rumah di
jannah.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam
Shohih-nya, Al-Baihaqi dan Syaikhnya: Al-Hakim, ia mengatakan:
“Isnadnya shohih.”
Keutamaan Berinfak Di Jalan Alloh
Alloh ta‘ala berfirman:
“Siapa yang mau memberi pinjaman kepad Alloh dengan pinjaman yang
baik, maka Alloh akan melipat gandakannya pembayaran kepadanya dengan
lipat ganda yang banyak.” (Al-Baqoroh: 245)
Al-Qurthubi dan yang lain mengatakan, “Maknanya: Siapakah yang mau
berinfak di jalan Alloh sehingga nantinya Alloh akan ganti dengan
jumlah yang berlipat ganda?”
Alloh ta‘ala juga berfirman:
“Perumpaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Alloh adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Dan Alloh
melipatkan gandakan pahala bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan
Alloh Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah:261)
Ibnu ‘Umar berkata, “Ketika turun ayat:“Perumpaan (nafkah yang
dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Alloh…” dstRosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Robbi,
tambahkanlah untuk umatku.”
Maka turunlah ayat:
“Siapa yang mau memberi pinjaman kepada Alloh dengan pinjaman yang
baik, maka Alloh akan melipat gandakannya pembayaran kepadanya dengan
lipat ganda yang banyak.”
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,“Robbku, tambahkanlah buat umatku.”
Maka turunlah
“Sesungguhnya pahala orang-orang sabar itu dilipat gandakan tanpa terhitung.” (Az-Zumar: 10)
(HR. Imam Abu Bakar bin Al-Mundzir di dalam Tafsirnya, Ibnu Hibban di
dalam Shohih-nya, Al-Baihaqi di dalam Asy-Syu‘ab, dan lain lain)
Dari Khuraim bin Fatik berkata: Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda,“Barangsiapa yang berinfak sekali di jalan Alloh,
ditulis baginya tujuh ratus kali lipat.”(HR. Tirmizi, ia
meng-hasan-kannya, An-Nasa’i, Ibnu Hibban dalam Shohih-nya, dan
Al-Hakim, beliau berkata, “Isnadnya shohih.”)
Keutamaan Menyiapkan Perbekalan Pasukan Perang Di Jalan Alloh
Serta Menjaga Keluarga Mereka, Serta Tentang Orang Yang Diminta
Keluarga Mujahid Kemudian Berkhianat
Dari Abu Sa‘id Al-Khudri RA bahwasanya Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi
wa Sallam mengutus kepada Bani Lihyan: Agar setiap dua orang, satu saja
yang berangkat, namun pahalanya didapatkan oleh kedua-duanya. Di
dalam lafadz lain: “Hendaknya setiap dua orang, satu orang saja yang
berangjat.” Kemudian beliau bersabda kepada yang tidak berangkat,
“Siapa saja di antara kalian yang menjaga dengan baik keluarga dan
harta orang yang berangkat berperang, maka mendapatkan setengah pahala
orang yang berangkat.”( HR. Muslim)
Imam Abu Bakar bin Al-Munzir berkata: “Di dalam hadits ini terdapat
dalil bahwa kewajiban jihad gugur dari manusia jika sudah ada yang
melaksanakannya dalam jumlah cukup.”
Dan dari Zaid bin Kholid Al-Juhanni RA bahwasanya Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa menyiapkan bekal orang yang berperang di jalan Alloh,
sungguh ia telah berperang. Dan barangsiapamenjaga keluarga orang yang
berperang dengan baik, sungguh ia telah berperang.” (HR. Bukhori dan
Muslim)
Masih dari Kholid ia berkata: Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa memberi buka orang yang berpuasa, ia mendapatkan
pahalanya tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun. Dan siapa menyiapkan
bekal orang yang berperang di jalan Alloh, ia mendapatkan pahalanya
tanpa mengurangi pahala orang yang berperang itu sedikitpun.” (HR.
Tirmizi dan Nasa’i, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban di dalam Shohih-nya)
Dan dari Zaid bin Tsabit RA dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam beliau bersabda,
“Barangsiapa menyiapkan bekal orang yang berperang di jalan Alloh, ia
mendapatkan pahala seperti pahalanya. Dan barangsiapa menjaga dengan
baik dan bersedekah kepada keluarga orang yang berperang, ia
mendapatkan pahala seperti pahalanya.” (HR. Thobaroni di dalam
Al-Ausath, rijalnya adalah rijal shohih)
Keutamaan Rasa Takut Di Jalan Alloh Ta‘ala
Di dalam Shohih Muslim dari Abdulloh bin ‘Amru bin Al-‘Ash RA ia berkata: Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Tidaklah suatu pasukan perang atau sariyah yang diberangkatkan di
jalan Alloh kemudian mereka selamat atau mendapatkan hasil, melainkan
telah disegerakan dua pertiga pahala mereka. Dan tidaklah satu pasukan
perang atau satu sariyah yang mereka pulang tidak membawa ghanimah
atau merasa ketakutan, atau terkena musibah, kecuali disempurnakan
pahala mereka.” Sabda beliau: “Takhfaqu.” (Dengan kho’ mu‘jamah, faa’
dan qoof lagi) artinya adalah: Pulang tanpa membawa ghanimah.
Dikatakan: Akhfaqol Ghoozii, jika ia berperang dan tidak memperoleh
ghanimah atau kemenangan.
Keutamaan Ribath (Berjaga-Jaga Di Daerah Perbatasan) Di Jalan
Alloh Ta‘ala Dan Keutamaan Orang Yang Bermalam Dalam Kondisi Ribath
Alloh ta‘ala berfirman:
“…maka bunuhlah orang-orang musyrik di manapun kalian jumpai mereka,
kepunglah mereka, dan intailah mereka dari tempat-tempat pengintaian.”
(At-Taubah :5)
Alloh ta‘ala juga berfirman:
“…Hai orang-orang beriman, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu dan
beribathlah serta bertakwalah kepada Alloh agar kalian beruntung.”
(Ali-Imran : 200)
Mubarok bin Fadholah mengatakan, aku mendengar Al- Hasan ketika
membaca ayat ini: Ishbiruu wa shoobiruu (Ali Imron: 200, penerj.)
ia mengatakan, “Mereka diperintahkan agar terus bersabar menghadapi
orang-orang kafir sampai mereka bosan sendiri dengan agama mereka.”
Muhammad bin Ka‘b Al-Qurodzi mengomentari ayat ini, “(Maksudnya ayat
ini): Beribathlah kalian menjaga musuh-Ku dan musuh kalian sampai ia
meninggalkan agamanya dan memeluk agama kalian.” Dari Sahl bin Sa‘d RA
bahwasanya Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Ribath satu hari di jalan Alloh lebih baik daripada dunia seisinya.
Dan tempat cemeti salah seorang dari kalian dijannah lebih baik daripada
dunia seisinya.” (HR. Bukhori dan yang lain)
Sabda beliau dalam hadits di atas serta yang semisal:
“…lebih baik daripada dunia seisinya…”
Ada yang mengatakan makna hadits ini apa adanya. Ada juga yang berpendapat bahwa maknanya adalah:
Ketaatan ini lebih baik daripada dunia seisinya kalau manusia itu
memilikinya dan menginfakkanya di dalam ketaatan kepada Alloh Ta‘âlâ.”
Disebutkan oleh Al-Qodhi ‘Iyadh di dalam Syarah Muslim.
Keutamaan Berjaga-jaga (Hirosah) Di Jalan Alloh Ta‘ala
Di dalam Shohih Bukhori dari Abu Huroiroh RA dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam beliau bersabda,
“Celakalah hamba dinar, hamba dirham dan hamba pakaian; jika diberi
senang dan jika tidak diberi marah. Celaka dan kembali sakitlah ia,
jika tertusuk duri tidak bisa lagi dicabut. Beruntunglah seorang hamba
yang mengambil tali kekang kudanya di jalan Alloh, kusut masai
rambutnya, berdebu kakinya; jika ia sedang dalam berjaga, ia berjaga,
jika ia di garis belakang ia berada di garis belakang, jika ia minta
izin tidak diberi izin, jika ia minta tolong tidak diberipertolongan.”
Dan dari Abdulloh bin ‘Amru RA ia berkata:
“Sungguh aku bermalam dalam keadaan berjaga dan ketakutan di jalan
Alloh ‘azza wa jalla lebih aku sukai daripada bersedekah dengan seratus
hewan tunggangan.” (HR. Ibnul Mubarok melalui jalur Ibnu Lahi‘ah,
hadits ini adalah mauquf.)
Ketahuilah, bahwa berjaga di jalan Alloh ta‘ala termasuk taqorrub
terbesar dan ketaatan tertinggi. Ini juga merupakan salah satu ribath
paling utama. Dan siapa saja menjaga kaum muslimin pada daerah yang
dikhawatirkan akan diserang musuh, maka ia adalah orang yang beribath
(muroobith). Namun tidak sebaliknya; orang yang berjaga di jalan Alloh
itu mendapatkan pahala orang yang beribath. Dan masih banyak keutamaan
baginya, di antaranya adalah: neraka tidak akan menyentuh mata yang
berjaga di jalan Alloh selama-lamanya.
Dari Ibnu ‘Abbas RA ia berkata: Aku mendengar Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Dua mata yang tidak akan disentuh api neraka: mata yang menangis
karena takut kepada Alloh, dan mata yang bermalam karena berjaga di
jalan Alloh.” (HR. Tirmizi dan ia berkata, hadits hasan)
Dan dari Abu Huroiroh ra bahwasanya Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Ada tiga mata yang tidak akan disentuh api neraka: mata yang tercungkil
di jalan Alloh, mata yang berjaga di jalanAlloh dan mata yang menangis
karena takut kepada Alloh.” (HR. Al-Hakim dari jalur ‘Umar bin Rosyid
Al-Yamani, ia berkata: Isnadnya shohih)
Keutamaan Luka Di Jalan Alloh Ta‘ala
Dari Abu Huroiroh RA dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam beliau bersabda,
“Tidaklah seorang terluka di jalan Alloh –dan Alloh lebih tahu siapa
yang terluka di jalan-Nya— kecuali ia datang pada hari kiamat sedangkan
lukanya mengucur; warnanya warna darah, aromanya aroma misik.”
Dalam redaksi lain, “Setiap luka yang dialami seorang muslim di jalan
Alloh, pada hari kiamat kelak ia seperti apa adanya ketika ia tertikam;
ia masih mengalirkan darah, warnanya warna darah dan aromanya aroma
misik.” (HR.Bukhori dan Muslim, lafadznya adalah milik Muslim)
Sedangkan kata Al-Kalmu (dengan kaf fathah dan lam sukun) artinya adalah luka.
Sedangkan Al-‘Arfu (dengan ‘ain fathah dan ro’ sukun) artinya adalah
aroma.Sedangkan sabda beliau: “Yats‘abu…” (dengan tsa’ sukun, ‘ain
fathah dan diakhiri dengan ba’) maknanya adalah mengucur sebagaimana
terdapat dalam riwayat lain.
Ibnu Daqiq Al-‘Id berkata di dalam Syarh Al-‘Umdah, “Datangnya luka
pada hari kiamat bersamaan dengan mengalirnya darah mengandung dua hal:
Pertama, sebagai saksi atas lukanya. Kedua, menampakkan kemuliaannya
kepada para penduduk mahsyar yang menyaksikan aroma misik dan kesaksian
terhadap kebaikan di sana.”
Dan dari Mu‘adz bin Jabal RA dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam beliau bersabda,
“Barangsiapa berperang di jalan Alloh sebentar saja, maka sungguh wajib
baginya surga. Dan siapa yang memohon dengan jujur agar terbunuh
kepada Alloh kemudian ia mati atau benar- benar terbunuh, maka
sesungguhnya bagi dia pahala syahid. Dan barangsiapa yang terluka di
jalan Alloh atau terkena satu marabahaya maka ia akan datang pada hari
kiamat dalam keadaan yang paling deras, warnanya adalah warna za‘farôn
dan aromanya adalah aroma misik. Dan barangsiapa yang keluar bisul di
jalan Alloh, maka ia akan mengenakan cincin para syuhada.” (HR. Abu
Dawud dengan isnad hasan, lafadznya milik dia, Tirmizi: ia berkata,
hadits hasan shohih, An-Nasa’i serta Ibnu Majah)
Dan perlu diketahui, orang yang terluka di jalan Alloh tidaklah
merasakan sakit dari luka tersebut sebagaimana dirasakan oleh orang
lain. Ada hadits shohih menyebutkan bahwa orang yang terbunuh di jalan
Alloh tidak merasakan sakit ketika mati, kecuali hanya seperti gigitan
semut. Jika begini keadaan orang yang terbunuh, maka bagaimana orang
yang tidak sampai terbunuh, yaitu hanya terluka. Ini adalah fakta,
tidak akan ditentang kecuali oleh orang yang belum membuktikannya.
Cerita tentang orang yang terluka tidak terlalu sulit diterima akal.
Amarah dan emosi jika telah mencapai klimaks dan mendominasi perasaan
seseorang, ia akan merasakan kedahsyatan, kekuatan, kesabaran dan
ketabahan dalam dirinya, tak terlalu peduli terhadap hal tidak
mengenakkan,dan tidak merasakan sakit, padahal sebelum itu ia
merasakannya. Bahkan, tak jarang dua orang yang berkelahi sampai kepala
salah satunya pecah-pecah, yang terasa menyakitkan serta luka yang
parah namun ia tidak merasakannya kecuali setelah selesai dari kejadian
yang baru saja ia alami; masing-masing membela diri dan tidak ingin
mati. Lantas, bagaimana dengan orang yang kemarahannya meledak karena
Alloh, mengorbankan nyawanya untuk Alloh dan berharap memperoleh
kesyahidan di sisi-Nya; tentu ia merasa apa yang menimpa dirinya
justeru anugerah Alloh. Dengan kekuatan cahaya imannya, ia menyaksikan
apa yang Alloh sediakan bagi para syuhada dan orang-orang yang terluka
di jalan-Nya berupa keutamaan besar, sebagai sebuah sesuatu yang nyata,
bukan sekedar ilmu (baca: wacana).
Keutamaan Melempar di Jalan Alloh Ta‘ala dan Dosa Orang yang pernah Mempelajarinya Lalu Meninggalkannya
Perlu diketahui, belajar melempar –dengan niat berjihad di jalan Alloh
ta‘ala—, mengajarkan dan berlomba-lomba dalam melempar merupakan
perkara yang dianjurkan dan didorong oleh Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam. Melempar memiliki banyak keutamaan. Di antaranya, Alloh Ta‘ala
memerintahkan melempar sebagai persiapan jihad di jalan Alloh ta‘ala.
Alloh ta‘ala berfirman:
“Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan yang kalian mampu…” (Al-Anfal :60)
Berdasarkan ayat mulia ini sebagian ulama berpendapat bahwa melempar
wajib hukumnya, sebab maksud kekuatan di sini adalah melempar
sebagaimana disebutkan dalam hadits Shohih Muslim. Dari ‘Uqbah bin
‘Amir RA ia berkata: Aku mendengar Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda—saat itu beliau di atas mimbar—,
“Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan yang kalian mampu…”
…ketahuilah, kekuatan adalah melempar, kekuatan adalah melempar, kekuatan adalah melempar.”
Hadits lain adalah riwayat Bukhori dan lainnya dari Salamah bin
Al-Akwa‘ RA ia berkata: Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam melewati
satu kaum yang sedang berlomba memanah, beliaupun bersabda,
“Melemparlah hai Bani Isma‘il, sesungguhnya ayah kalian adalah jago
melempar. Melemparlah, aku bersama Bani Fulan.” Maka salah satu
kelompok tadi menahan tangannya. Melihat itu, Rosululloh Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Mengapa kalian tidak melempar?” kata
mereka, “Wahai Rosululloh, bagaimana kami melempar sementara engkau
bersama mereka?” maka beliaupun bersabda, “Melemparlah, sekarang aku
bersama kalian semua.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar