PRO- T- IN ISLAM

KOMUNITAS PARA PEMBELA TAUHID

Senin, 09 Juli 2012

GHUROBA 1

Sesungguhnya segala puji itu milik Allah. Kami memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya dan berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan keburukan amal-amal kami. Barang siapa diberi petunjuk Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkan. Dan barang siapa disesatkan Allah maka tidak ada yang dapat menunjukinya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS. Ali ‘Imran :102)

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta'ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (QS. Al Ahzab : 70-71)
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (QS. An Nisa’ : 1)

Dan aku bersaksi bahwa tiada llah kecuali Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah dan memberi nasehat kepada umat. Mudah- mudahan kesejahteraan dan keselamatan dicurahkan Allah kepada junjungan kita Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, kepada keluarganya serta sahabat-sahabatnya, 
Wa ba’du:

Wahai kalian yang telah ridha Allah sebagai Rabb kalian, Islam sebagai Dien kalian, dan Muhammad shollallohu ‘alaih wa sallam sebagai Nabi dan Rasul kalian, ketahuilah bahwasanya Allah telah menurunkan ayat di dalam Al-Qur'anul Karim:

تِلْكَ الدَّارُ اْلأَخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لاَيُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي اْلأَرْضِ وَلاَفَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ 

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Al Qashas : 83)
Negeri akherat dijadikan Allah swt untuk orang-orang yang tidak memandang dunia ini dengan rasa harap. Ketika menafsirkan ayat di atas, maka Qadhi Fudhail bin 'Iyadh berkata: "Di sini berantakanlah yang namanya angan-angan..". Yakni angan-angan tentang dunia, dimana manusia mengejar di belakang ekornya dan mencengkeram erat-erat apa yang ada di dalamnya. Seandainya, seluruh isi dunia itu diberikan kepada seseorang dan diletakkan di atas telapak tangannya, maka seberapa nilainya?
Allah telah menyatakan bahwa:

فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي اْلأَخِرَةِ إِلاَّ قَلِيلٌ 


"Tiadalah kenikmatan dalam kehidupan dunia (dibandingkan dengan kenikmatan hidup) di akherat melainkan hanyalah sedikit". (QS. At-Taubah: 38)
Dan Rasul shollallohu ‘alaihi wa sallam telah bersabda bahwa:

وَ مُوْضِغُ سَوْطٍ أَحَدِكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِّنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا

"Tempat cemeti salah seorang di antara kalian di dalam Jannah adalah lebih baik daripada dunia dan apa saja yang ada di atasnya". (HR. Al Bukhari dalam Shahihnya)

لَغَدْ وَةٌ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ أَوْ رَوْحَةٌ خَيْرٌ مِّنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

"Sungguh, pergi berperang di pagi hari atau di sore hari di jalan Allah adalah lebih baik daripada dunia dan apa saja yang ada di dalamnya". (HR. Al Bukhari dan Muslim)

"Shalat dua rakaat di tengah malam adalah lebih baik daripada dunia dan apa saja yang ada di atasnya". (Hadits Dha’if -- lihat Adh Dha’if Al Jami’ Ash Shaghir : 3137)
رَكْعَةَ الْفَجْرِ خَيْرٌ مِّنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

"Shalat dua rakaat sebelum shalat shubuh adalah lebih baik daripada dunia dan apa saja yang ada di atasnya". (HR. Muslim)

Jadi alangkah rendah kenikmatan dan kemewahan yang dijanjikan dunia ini. Padahal banyak manusia yang saling berbunuhan karenanya, dan orang-orang yang tamak saling gilas-menggilas karenanya. Untuk meraih dunia itu, berapa banyak manusia yang menjumpai kematian dan ajalnya? Sudah tak terhitung lagi, berapa banyak dunia membunuh para peminangnya dan meracuni para pecintanya. Ia seperti perempuan yang cantik yang bersolek untuk para peminangnya, namun tak seorangpun yang menikahinya, melainkan ia pasti membunuhnya.
Inilah dunia….sedangkan Allah menjanjikan (Negeri akherat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orng yang bertaqwa).
Suatu ketika 'Umar bin Al-Khaththab mengunjungi shahabat Mu'adz bin Jabal. Waktu itu Mu'adz rodliyallohu ‘anhuma sedang menangis di pojok masjid bersandar pada dinding rumah Rasulullah shollalloh ‘alaihi wa sallam Maka 'Umarpun bertanya: "Apa yang membuat engkau menangis hai Abu Abdurrahman? Apakah karena engkau kehilangan saudaramu si Fulan?" 
Mu'adz menjawab: "Tidak, akan tetapi saya menangis karena hadits yang pernah saya dengar dari orang yang saya cintai, Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam :

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik, bertaqwa dan tidak menonjolkan diri. Jika mereka mereka tidak hadir, tidak ada yang ada yang mengenali dan mencari-cari; dan apabila mereka hadir, tidak ada yang mengenali. Hati mereka adalah lentera-lentera petunjuk yang keluar dari setiap kegelapan". (Hadits Hasan riwayat Al Mundziri dalam Kitab At Targhib wa At Tarhib )

Mereka adalah orang-orang yang tidak ingin menonjolkan diri, takwa, shaleh dan terasing di dunia ini, sebagaimana yang disabdakan Nabi shollallohu ‘alaihi wa salam :

"Sesungguhnya Dien ini bermula dalam keadaan asing, dan ia akan kembali nampak asing seperti saat awal mulanya. Maka Thuba itu untuk orang-orang asing". (HR. Muslim dalam Shahihnya) 

Thuba dalam hadits di atas pengertiannya adalah Jannah atau pohon di dalam Jannah.
Dalam banyak riwayat, ada disebutkan tambahan lafazh:
"Beliau ditanya: "Siapakah orang-orang yang asing itu wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam? "Beliau menjawab: "Yang terasing dari kabilah-kabilah karena dijauhkan dari keluarga dan sanak kerabat mereka".
Mereka hidup di satu lembah, sementara orang-orang hidup di lembah yang lain. Mereka hidup untuk menegakkan Dien. Hidup dengan segenap pemikirannya untuk membela Sayyidul Mursalin shollallohu ‘alaihi wa sallam dan untuk meninggikan syari'at Islam. Sementara orang-orang di sekitarnya memusuhi dan menuduh mereka sebagai orang-orang gila. Berbagai macam julukan buruk mereka ada-adakan untuk mereka sematkan kepada orang yang hendak menyebarkan Dienul Islam, atau hidup dalam keadaan terasing dari lingkungannya, sebagaimana yang telah digambarkan oleh Sayyidul Mursalin Muhammad shollallohu ‘alahi wa sallam.
Sungguh beruntunglah orang-orang yang asing dari kaumnya, yang menyelisihi mereka dalam hal pemikiran dan pendapatnya.
Mereka membatasi arah tujuannya, dan menempuh jalannya sendiri, dimana tak seorangpun memuji atau menaruh perhatian kepadanya terhadap jalan kehidupannya itu. Namun demikian mereka tidaklah ambil peduli, apakah orang-orang menuduh gila atau mencap mereka sombong, atau menjuluki mereka ekstrem atau fanatik. Orang-orang menuduh mereka sebagi orang-orang gila, atau telah kehilangan akalnya, atau telah kehilangan kontrol sehingga tidak mampu mengendalikan perasaan serta dirinya. Mereka berada di suatu lembah, sedang manusia berada di lembah yang lain. Mereka tidak menggubris pandangan orang lain atau orang-orang yang pandir, atau anak-anak jalanan dungu, ataupun ahli dunia, yang menggonggong di belakang mereka…..

//Dunia hanyalah seperti bangkai busuk
Ditunggui kawanan anjing yang hendak menyeretnya
Jika kau jauhi, selamatlah dirimu dari ahlinya
Jika kamu menariknya, akan diserang anjing-anjingnya//

Seorang ikhwan bercerita: "Salah seorang teman saya datang ke rumah, lalu saya berpamitan padanya. 
Ia bertanya: "Kemana engkau hendak pergi?" 
Saya jawab: "Ke Peshawar. 
Mendadak kesedihan tergurat di wajahnya dan ia mengucapkan kalimat : "Laa haula walaa quwwata illa billah……, mudah-mudahan Allah memberikan petunjuk kepadamu kawan".
Bayangkan ia mengucapkan kalimat "Laa haula walla quwwata illa billah" karena melihat seorang muslim berfikir tentang jihad, atau berfikir untuk mengunjungi orang-orang yang melangkah di atas jalan jihad…….”Berhati-hatilah dengan manusia berakal sempit yang berfikir untuk membela Dien……”, itu katanya. Adapun dia, dia menyangka sebagai pemilik akal besar yang berpandangan luas, memiliki hati yang besar dan dada yang lapang. Dia adalah pemilik hikmah dan akal. Mengapa demikian? Karena boleh dikata tak terdapat di dalam dasar kalbunya setitik gejolak untuk membela Dien ini. Tak terdapat di dalam dirinya atau dalam darahnya sisa rasa panas untu merubah prinsip-prinsip yang turun dari langit itu menjadi syari'at bagi anak manusia, dan untuk menyelamatkan mereka dengannya.
Orang-orang berfikir bahwa Dienulllah bisa dimenangkan dengan ucapan-ucapan kosong yang disampaikan oleh mereka-mereka yang bersandar di atas dipan (sofa).Sebagaimana sabda Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam:

يُوْشَكُ أَنْ يَّقْعُدَ الرَّجُلُ مُتَّكِأً عَلَى أَرِيْكَتِهِ

"Hampir tiba masanya, seorang lelaki yang kenyang perutnya bersandar pada dipannya". (HR. Ahmad dan Abu Dawud) 

Ia berdiri di sekitar mereka; di sekeliling orang-orang yang hidup mewah. Yang mengalahkan isi nash dan hendak merubah Dienullah menjadi hawa nafsu sebagai dasar ikutannya.
Rasulullah shollallohu ‘alahi wa sallam memerintahkan kita supaya meninggalkan mereka. Membiarkan mereka dengan keadaannya……Rasulullah n bersabda:

مُرُّوْا بِاالْمَعْرُوْفِ وَانْهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ حَتَّى إِذَا رَأَيْتُمْ شُحَّا مُطَاعًا وَهَوَى مُتَّبَعًا وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِى رَأْىٍ رَأْيَهُ فَعَلَيْكَ بِخَاصَّةٍ نَفْسِكَ اَوْ بِالْخَاصَّةِ فَإِنَّ وَرَءَكُمْ أَيَّامَ صَبْرِ الصَّابِرِ فِيْهَا كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
"Perintahkan mereka berbuat ma'ruf, dan cegahlah mereka dari perbuatan munkar. Sampai kalian melihat kebakhilan dipatuhi, hawa nafsu menjadi dasar ikutan, dan setiap orang yang memiliki pendapat, kagum (bangga) dengan pendapatnya sendiri, maka hendaklah kamu menyelamatkan dirimu sendiri. Karena sesungguhnya di belakang kalian akan tiba masa-masa dimana orang yang bersabar di dalamnya bagaikan seseorang yang menggenggam bara api". (HR. At Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Tinggalkan mereka, orang-orang yang pandainya bersilat lidah itu. Tinggalkan mereka yang ingin menjadikan Dienullah sebagai bahan mainan.

وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا

"Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan Dien mereka sebagai main-mainan dan sendau gurau… 
وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَن تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللهِ وَلِيٌّ وَلاَ شَفِيعٌ
"Dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Qur'an, agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam Neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak ada baginya pelindung dan tidak ada (pula) pemberi syafa'at selain dari Allah." (QS. Al An'am: 70)

Kemana perginya akal fikiran mereka? Tidakkah mereka membaca Surat At Taubah! Apa yang mereka katakan terhadap nash-nash yang ada?! Bagaimana mereka menghadapi Al-Qur'an?! Bagaimana mereka membaca Surat At Taubah dan Surat Al Anfal?! Tidakkah mereka pernah menghadapi:

لاَيَسْتَئْذِنُكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ أَن يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ وَاللهُ عَلِيمُُ بِالْمُتَّقِينَ {44} إِنَّماَ يَسْتَئْذِنُكَ الَّذِينَ لاَيُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ {45}*

"Tidak akan minta izin kepadamu, orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertaqwa. Sesungguhnya yang akan minta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya". (QS. At Taubah: 44-45)
Tidakkah mereka menghadapi:

قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ وَاللهُ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ لْفَاسِقِينَ{24} 

"Katakanlah: "Jika bapak-bapak kamu, anak-anak kamu, saudara-saudara kamu, isteri-isteri kamu, kaum keluarga kamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) jihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik". (QS. At Taubah: 24)

Maka tunggulah, ancaman dari Rabbul 'Izzati yang turun dari atas langit ke tujuh. Maka nantikanlah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Sampai Allah mendatangkan siksaan-Nya; sampai Allah mendatangkan kehinaan bagi mereka…….

إِلاَّ تَنفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلاَتَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

"Jika kamu tidak berangkat berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksaan yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberikan kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. At Taubah: 39)

Mereka menyangka bahwa membela Dienullah bisa dengan menepuk-nepuk badan, dengan melayani syahwat, dengan memuaskan keinginan dan membuka lembaran-lembaran kitab sambil makan apel dan pisang, minum teh dan kopi. Adakah mungkin Dienullah bisa menang tanpa pengorbanan darah, raga, dan tulang-belulang?!
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَارِ, تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ, تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْصَةِ إِذَا أُعْطِىَ رَضِيَ وَإِنْ لَّمْ يُعْطَ سَخِطَ تَعِسُ وَ إِنْتَكَسَ وَ إِذَا شِيْكَ فَلاَ إِنْتَقَشَ

"Celakalah budak dinar, celakalah budak dirham, celakalah budak pakaian. Jika diberi dia diam (rela), dan jika tidak diberi dia menggerutu (tidak rela).Celakalah ia dan jatuh terjungkir. Jika tertusuk duri tak dapat dicabut". (HR. Al Bukhari dalam Shahihnya)

Yakni, jika ia tertusuk duri, maka Allah tidak hendak mengeluarkannya. Dan jika ia tergelincir, maka Allah tidak akan menyelamatkannya. Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam mendo'akan agar supaya ia celaka, sial dan binasa. Celaka dan jatuh terjungkirlah ia. Kehinaan mana lagi yang lebih besar daripada terhalang mendapatkan kenikmatan mengenal jihad? Kehinaan apalagi yang lebih besar dari tertimpa kematian hati. Sehingga hatinya tak lagi bisa terbang menuju tempat-tempat ketinggian?! Kehinaan mana yang lebih besar daripada tidak dapat lagi merasakan kenikmatan beribadah?! Kehinaan mana yang lebih besar daripada tidak dapat mencintai orang-orang yang shaleh yang menjauhkan diri dari kaum mereka dari memenangkan Dien ini?! Kehinaan mana lagi yang lebih besar daripada yang satu ini……? Ia berdiri dan berjalan di atas kepalanya sedangkan kedua kakinya ke atas.
Ia telah terjungkir anggota badannya dan telah terbalik syahwatnya, sehingga pandangannya tidak lagi benar. Ia melihat bumi namun menyangkanya langit. Dan melihat langit namun menyangkanya bumi. Ia melihat kepala namun menyangkanya kaki. Ia melihat kaki, namun menyangkanya kepala. Sebelum kamu menerima sepatah kata darinya, maka hendaklah kamu mengembalikan dirinya supaya berdiri di atas kedua kakinya, sehingga ia dapat melihat sesuatu dan memberikan gambaran apa yang dilihatnya secara benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar