NASEHAT KEPADA PARA PENCELA
Bertaubatlah
dari profesi kalian sebagai pencela, sadar atau tidak sadar. Semoga
selama ini antum tidak paham atau mungkin hanya copy paste atau membeo
dari atasan karena merasa hal tersebut kebenaran dan ketaatan. Pakai
akalmu yang telah Allah anugrahkan kepada antum, jangan pakai otak udang
dalam empang, itu namanya dholim, menempatkan sesuatu bukan pada
tempatnya. Salah satu ciri penghuni neraka ialah mereka yang tidak mau mengaktifkan otaknya, Allah berfirman:
لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
"Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". (Al-Mulk: 10)
Jika kamu mempunyai akal, maka hendaknya kamu mempunyai tekad….
Karena sesungguhnya akal itu akan rusak jika kamu ragu-ragu…..
Antum
sebenarnya hanya taklid kepada atasan-atasan antum, padahal antum telah
mengetahui bahaya taklid buta. Cukuplah nasehat panjang Syeikh kita
Usamah bin Ladin tentang persoalan terbelenggunya Kholid bin Walid
karena taklid kepada tokoh:
Saya akan bawakan sebuah kisah
yang memiliki nilai moral yang besar, bahwa orang yang cerdas dan
cerdik ketika mereka hanya mengekor kepada orang yang berada di
depannya, tanpa berfikir, tak jarang ia kehilangan kebaikan yang besar,
bahkan kehilangan akhirat ~ wa laa haula walaa quwwata illa billaah ~.
Inilah Kholid bin Walid ra dan ‘Amru bin ‘Ash. ‘Amru bin ‘Ash termasuk
pembesar cendekiawan Arab yang diperhitungkan. Sementara Kholid bin
Walid adalah sosok jenius dalam urusan perang. Meski begitu, mereka
berdua masuk Islam belakangan selama lebih dari 20 tahun kira-kira.
Padahal cahaya ada di depan mereka, dan Rosululloh shollallohu 'alaihi
wa sallam selama 13 tahun berada di tengah-tengah mereka di Mekah,
ternyata mereka tidak melihat cahaya ini dengan kecerdasan dan
ketanggapan mereka yang luar biasa.
Lantas, apa penyebabnya?! Sebabnya adalah taklid buta,
mereka melihat kepada para tokoh Quraisy yang besar itu ~ Ahlun Nadwah
[dewan permusyawaratan Quraisy] ~ dan mengikuti jejak mereka, mereka
singkirkan akal mereka sendiri. Tatkala Kholid dan ‘Amru masuk Islam
sebelum Fathu Makkah beberapa saat ~ atau sekitar dua puluh tahun sejak
diutusnya Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam ~ sebagian teman
dekatnya berkata kepadanya, “Di mana akalmu saat itu hai Kholid,
bagaimana kau tidak melihat cahaya (Islam) ini sejak dua puluh tahun
silam?”
Maka Kholid menjawab dengan kata-kata yang mesti dijadikan patokan oleh orang-orang yang masih suka taklid, ia berkata, “Kami saat itu melihat para tokoh, kami melihat kegegap-gempitaan yang menghiasi diri mereka laksana gunung-gunung.”
~ Walid bin Mughiroh, Amru bin Hisyam, ‘Utbah dan Syaibah bin Robi’ah,
Al-‘Ash bin Wa’il As-Sahmiy dan Umayyah bin Khalaf ~. Satu kaum yang
membebani akal manusia bahwa merekalah orang-orang yang mengerti mana
yang benar, padahal mengarahkan mereka kepada kehancuran di dunia dan
akhirat. Tatkala Kholid membebaskan akalnya, Alloh memberikan manfaat
dengannya dan meledaklah kekuatan-kekuatan itu. Maka beliau adalah salah
satu dari pedang Alloh yang dengannya Alloh bukakan jengkalan tanah
yang besar di Persi dan Romawi.
Kemudian beliau juga berkata:
Maka saya tegaskan, banyak manusia yang memiliki kekuatan besar, tapi mereka melenyapkannya dengan mengekor kepada pimpinan,
dengan mengikuti orang yang ia ridha untuk tinggal bersama orang-orang
yang tidak ikut berperang. Tidak ada keselamatan bagi umat ini melainkan
dengan mengikuti manhaj secara utuh. Dan sebagaimana saya sebutkan, resiko marabahaya pasti selalu menyertai jalan dakwah ini hingga Alloh wariskan bumi dan penduduknya.
Cukup
sampai disini, berhentilah menjadi pelemah semangat, pencacat dan
pencela. Bertaubatlah dan jagalah kehormatan mujahidin, bela mereka,
kuatkan mereka, bantu mereka, simpan aib-aib mereka, adakan permusuhan
dengan para mukhodzilah, tolong mereka sekalipun hanya dengan doa.
Syeikh Muhammad bin Ahmad Salim menasehati kita:
Hendaknya
kita senantiasa berhati-hati dari mencela kehormatan mujahidin,
menyebarkan sesuatu yang dapat memperburuk citra mereka, menyelidiki
kesalahan mereka, mencari-cari aib mereka, dan mencemooh mereka.
Sebaliknya kewajiban kita saat ini adalah membantu mereka, membela
kehormatan mereka, tidak mencari-cari kesalahan mereka, dan memusuhi orang yang menyebarkan sesuatu yang memperburuk citra mereka.
Mukhodzilah
menurut Ibnu Taimiyah merupakan tabiat munafikin, bisa menghilangkan
status keimanan seseorang. Mereka mengumpulkan dua dosa, dosa tidak
berjihad dan dosa melemahkan semangat kaum mukmini. Semakin lama ngaji
kok semakin dekat pada kemunafikan, semakin lama berharokah kok semakin
terjerembab pada kemunafikan, semakin lama naik jabatan kok semakin
“hilang signal”. Nauzhubillah....
Syeikh Usamah menasehati:
Hendaknya ia waspada agar tidak termasuk orang-orang apa yang difirmankan Allah : " (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir." (Al-hadid: 24) atau termasuk orang-orang yang Allah katakan: "Sesungguhnya
Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kamu dan
orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaran: "Marilah kepada
kami. "Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar."
(Al-ahzab: 18) Maka jangan sampai mengumpulkan dua dosa besar yaitu dosa tidak berjihad dan dosa melemahkan semangat.
Mari
kita muhasabah diri, tidak usah lihat orang lain, berkaca kepada diri
kita sendiri. Apabila kita pernah melemahkan semangat, menyalahkan,
mencela, menghina para mujahidin... Jika daging ulama seperti racun,
lalu apakah daging mujahidin seperti kue?
Taubat..taubat...taubat...sebelum terlambat, kemudian turut menerapkan
hukum secara benar kepada ikhwan-ikhwan yang keras kepala.
Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah
dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang
penolongpun bagi mereka.
Kecuali
orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh
pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena
Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang
beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman
pahala yang besar.
Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.
Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (An-Nisa: 146-148)
Atau
jika memang antum merasa benar dengan ucapan-ucapan dalam melemahkan
jihad dan menyalahkannya, dan berbagai macam cercaan kepada mujahidin
dengan dalih membela serta melaksanakan manhaj jama’ah antum, maka
minimal ikutilah nasehat Syeikh Anwar Al-Awlaqi berikut:
Tanggalkanlah
pakaian dakwah kalian, dan diamlah di dalam rumah kalian! itu lebih
baik bagi kalian daripada mengklaim punya ilmu pengetahuan dan berdakwah
disaat menguntungkan kalian, namun melarikan diri dan bersembunyi di
bawah meja ketika dakwah ini membutuhkan sikap yang amanah dan jujur
dari kalian!
Akhirul Kalam
Sesungguhnya kehidupan kita adalah sebuah kisah, dan kita para kestarianya...
Kita tulis bab-babnya dengan amal perbuatan kita...
Berusahalah untuk menjadikan kisah-kisah kalian
tercatat dalam kisah perjalanan orang-orang shalih
Dan berusahalah untuk menjadikan akhir kehidupan kalian
syahid dijalan Allah (Abu Dujanah Al-Khurosaniy rahimahullah)
وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين .
يا مقلب القلوب ثبت قلوبنا على دينك ، ويا مصرف القلوب اصرف قلوبنا إلى طاعتك .
اللهم إني أعوذ بعزتك لا إله إلا أنت أن تضلني أنت الحي الذي لا يموت والإنس والجن يموتون.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
"Ya
Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang
berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".
Bumi Allah, Jumadil Ula 1432 dari hijrah Nabi Salallahu alaihi wasallam
PM: Kepada tim Jahizuna
Ikhwah…
hafidhokumulloh ta’ala, tulisan ini ana serahkan pada antum. Ana
menulisnya tepat pada satu tahun lalu dan menahan diri untuk tidak
mempublikasikannya secara luas dengan harapan jama’ah tersebut kembali
baik. Qodarullah, sunnatullah tabdil harus berjalan dan ana tidak
ragu-ragu lagi untuk menerangkan kepada ummat bahwa jama’ah mukhozhilah
adalah rintangan dan harus disingkirkan serta ditinggalkan. Wa
astaghfirullah al-azhim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar