Islam dan Revolusi
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada penutup para nabi yang tiada lagi nabi sepeninggalnya. Amma ba’du…
Dari Muadz bin Jabal berkata : “Saya mendengar Rasululah Shallallahu ‘alaihi waswallam bersabda :
أَلَا
إِنَّ رَحَى الْإِسْلَامِ دَائِرَةٌ ، فَدُورُوا مَعَ الْكِتَابِ حَيْثُ
دَارَ ، أَلَا إِنَّ الْكِتَابَ وَالسُّلْطَانَ سَيَفْتَرِقَانِ ، فَلَا
تُفَارِقُوا الْكِتَابَ ، أَلَا إِنَّهُ سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ
يَقْضُونَ لِأَنْفُسِهِمْ مَا لَا يَقْضُونَ لَكُمْ ، إِنْ عَصَيْتُمُوهُمْ
قَتَلُوكُمْ ، وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ أَضَلُّوكُمْ ” قَالُوا : يَا
رَسُولَ اللَّهِ ، كَيْفَ نَصْنَعُ ؟ قَالَ : ” كَمَا صَنَعَ أَصْحَابُ
عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ، نُشِرُوا بِالْمَنَاشِيرَ ، وَحُمِلُوا عَلَى
الْخَشَبِ ، مَوْتٌ فِي طَاعَةِ اللَّهِ خَيْرٌ مِنْ حَيَاةٍ فِي
مَعْصِيَةِ اللَّهِ “
“Sesungguhnya
roda penggilingan Islam terus berputar, maka hendaklah kalian berputar
bersama kitab Allah kemanapun ia berputar. Ketahuilah, sesungguhnya
al-Qur’an akan berpisah dengan kekuasaan, maka janganlah kalian
memisahkan diri dari Al-Qur’an. Ketahuilah, sesungguhnya akan datang
kepada kalian para penguasa yang memutuskan perkara untuk kepentingan
diri mereka sendiri dan tidak memutuskannya untuk kepentingan kalian.
Jika kalian tidak menaati mereka, niscaya mereka akan membunuh kalian.
Namun jika kalian menaati mereka, niscaya mereka akan menyesatkan
kalian”.
Para sahabat bertanya :“Wahai Rasulullah, apakah yang harus kami lakukan?”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab
: “Lakukanlah sebagaimana hal yang dilakukan oleh para pengikut setia
nabi Isa bin Maryam. Mereka digergaji dengan gergaji besi dan disalib di
atas sebatang kayu. Mati di atas ketaatan kepada Allah lebih baik
daripada hidup dalam kemaksiatan kepada Allah”. (HR. Ath-Thabarani
dalam al-Mu’jam al-Kabir dan Musnad asy-Syamiyin serta Abu Nu’aim
al-Asbahani dalam Hilyah al-Awliya’. Imam Al-Haitsami dalam Majma’
az-Zawaid, 5/231, berkata : Perawi Yazid bin Martsad tidak mendengar
hadits dari Mu’adz. Perawi Wadhin bin ‘Atha’ dinyatakan tsiqah oleh Ibnu
Hibban dan lain-lain. Sementara seluruh perawi lainnya adalah para
perawi yang tsiqah)
Setiap
muslim dan muslimah harus memperhatikan hadits yang agung di atas, yang
mengungkapkan semangat revolusi Islam. Hadits ini menjelaskan bahwa
kekuasaan sering kali membenci syariat Allah, kitab Allah, dan dien
Allah. Kenapa? Karena kepentingan-kepentingan para penguasa bertabrakan
dan menyelisihi dien Allah, kitab Allah, dan para pengikut kebenaran.
Andai saja para penguasa membiarkan para pengikut kebenaran atau membuka
pintu bagi mereka untuk mengemukakan pendapat dan mengingkari
kemungkaran. Namun para penguasa itu menindas masyarakat dan memberikan
tekanan hebat kepada para pengikut kebenaran. Karena selalu ada
pertarungan antara dua manhaj; manhaj dien Allah dibawah panji kitab
Allah dan manhaj syetan dan penguasa yang batil di bawah panji-panji
jahiliyah dengan beragam nama baik pada masa dahulu maupun masa
sekarang.
Selama
para penguasa menyelisihi Al-Qur’an, maka menaati mereka merupakan
sebuah kesesatan, sedangkan mengikuti manhaj mereka merupakan jalan
menuju neraka Jahaman. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Namun jika kalian menaati mereka, niscaya mereka akan menyesatkan kalian.”
Di sisi lain, berpegang teguh dengan kebenaran itu pahit rasanya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Jika kalian tidak menaati mereka, niscaya mereka akan membunuh kalian.”
Dari sinilah diperlukan sebuah kelompok berani mati yang
mempersembahkan pengorbanan dan tidak menyelewengkan dien Islam hanya
karena ingin menyenangkan penguasa, meraih manfaat-manfaat duniawi,
kedudukan dan jabatan yang tidak langgeng.
Kelompok
ini menyerupai keadaan generasi sahabat ketika mereka pertama kali
mengemban dien Islam hini hingga akhirnya mereka serahkan kepada kita
dalam keadaan jaya, menang, dan panjinya berkibar tinggi. Mereka adalah
orang-orang yang asing. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا ، وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا ، فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam
bermula dalam keadaan asing dan kelak ia akan kembali asing sebagaimana
keadaan pada awal kemunculannya. Maka beruntunglah orang-orang yang
asing”. (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
الَّذِينَ يُصْلِحُونَ عِنْدَ فَسَادِ النَّاسِ
“Mereka adalah orang-orang shalih yang memperbaiki keadaan ketika masyarakat telah rusak.”(HR.
Ibnu Wadhah dalam al-Bida’, Ad-Dulabi dalam al-Asma’ wa al-Kuna,
ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Awsath dan al-Mu’jam al-Kabir, Ibnu
Bathah dalam al-Ibanah al-Kubra, al-Lalikai dalam Syarh Ushul I’tiqad
Ahli as-Sunnah, dan Abu Amru ad-Dani dalam as-Sunan al-Waridah fi
al-Fitan. Imam al-Haitsami dalam Majma’ az-Zawaid, 7/281, berkata:
Seluruh perawinya adalah perawi kitab ash-Shahih kecuali Bakr bin Salim,
dan ia seorang perawi yang tsiqah)
الَّذِينَ يَصْلُحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاس
“Mereka adalah orang-orang yang tetap shalih ketika masyarakat telah rusak.” (HR.
Ahmad, Hanad bin Sirri dalam az-Zuhd, al-Ajuri dalam al-Ghuraba’,
ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Awsath dan a-Mu’jam as-Shaghir, Ibnu
Bathah dalam al-Ibanah al-Kubra, Abu Nu’aim al-Asbahani dalam Ma’rifah
ash-Shahabah, dan Abu Amru ad-Dani dalam as-Sunan al-Waridah fi
al-Fitan. Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no.
1273 mengatakan: Sanadnya shahih dan seluruh perawinya tsiqah)
Mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh dengan dien Islam sekalipun sebagian besar memusuhi mereka. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ ، وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ ، حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ
“Tidak
membahayakan mereka orang-orang yang menelantarkan mereka dan
orang-orang yang memusuhi mereka, sampai datang keputusan Allah dan
mereka tetap teguh di atas keadaan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mereka adalah para penggenggam bara api. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
يَأْتِي
عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ
عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ بِسُنَّتِي أَجْرُ
خَمْسِينَ مِنْكُم
“Akan
datang kepada manusia suatu zaman yang pada saat itu orang yang
bersabar dalam menggenggam teguh agama Islam bagaikan orang yang
menggenggam bara api. Bagi orang-orang yang beramal dengan sunahku pada
masa tersebut pahala amalan lima puluh orang di antara kalian.” (HR.
Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Adi, Ibnu Wadhah, dan lain-lain. Syaikh al-Albani
dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 957 berkata: Shahih berdasar
keseluruhan sanadnya).
Hal
itu karena mereka tidak mendapatkan para pembantu dan penolong dalam
memperjuangkan kebenaran. Sementara gangguan dan ancaman mengincar
mereka dari segala tempat. Namun mereka berjalan di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan memperjuangkan dien Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Mereka siap untuk masuk penjara bertahun-tahun. Mereka siap menanggung
segala resiko dengan segala ragam bentuknya, meski dalam waktu yang
lama. Mereka bahkan siap mati di jalan Allah.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Lakukanlah
sebagaimana hal yang dilakukan oleh para pengikut setia nabi Isa bin
Maryam. Mereka digergaji dengan gergaji besi dan disalib di atas
sebatang kayu”. Semua resiko tersebut tidak memalingkan mereka dari dien Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Hadits
ini merupakan salah satu contoh revolusi Islam melawan para pengikut
kebatilan dan contoh kerasnya pertarungan antara kebatilan dan
kebenaran. Ia sekalugis pesan kepada para pengemban agama Islam ini,
bahwa Islam tidak akan tegak tanpa adanya pengorbanan-pengorbanan dan
keteguhan-keteguhan. Dien Islam tidak akan tinggi dan Berjaya tanpa
adanya persembahan nyawa para pengembannya. Maka persiapkanlah diri
kalian untuk mengembannya, didiklah generasi-generasi Islam di atas
prinsip ini.
Setelah penjelasan ringkas makna hadits di atas, kami sebutkan di sini sejumlah pelajaran yang bisa dipetik darinya:
1. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan
umatnya untuk berpegang teguh dengan Islam dalam segala keadaan, baik
dalam kondisi susah maupun senang, kondisi sulit maupun lapang.
2. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
menjelaskan bahwa Al-Qur’an dan para penguasa akan berpisah. Para
penguasa tidak akan menerapkan syari’at Allah, sebagaimana dilakukan
oleh para penguasa zaman sekarang.
3. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
menjelaskan bahwa para penguasa yang tidak menerapkan Al-Qur’an sebagai
undang-undang tersebut adalah orang-orang yang tersesat dan
menyesatkan. Barangsiapa menaati mereka niscaya akan tersesat dari
kebenaran dan mengikuti setan. Pembelaan para ulama su’ dan berbagai
udzur (alasan pembenaran) untuk para penguasa tersebut sama sekali tidak
memberi manfaat bagi para penguasa tersebut. Status mereka tetap saja
adalah para pemimpin kesesatan, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan : ‘Jika kalian menaati mereka, niscaya mereka akan menyesatkan kalian.”
4. Hadits tersebut menjelaskan prinsip tidak adanya ketaatan kepada makhluk jika diperintahkan untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
5.
Hadits tersebut menjelaskan bahwa para penguasa yang menyimpang dari
jalan Allah tersebut adalah para pembuat kehancuran dan kerusakan.
Mereka merusak urusan dunia dan agama rakyat. Mereka tidak sungkan untuk
menumpahkan darah rakyat tanpa alasan yang dibenarkan oleh agama. Maka
tepatlah sifat mereka dalam hadits di atas : “Jika kalian tidak
menaati mereka, niscaya mereka akan membunuh kalian. Namun jika kalian
menaati mereka, niscaya mereka akan menyesatkan kalian.”
6.
Hadits tersebut memerintahkan kesabaran memegang teguh agama Allah
meski apapun resiko yang akan menimpa seorang hamba. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam : “Lakukanlah
sebagaimana hal yang dilakukan oleh para pengikut setia nabi Isa bin
Maryam. Mereka digergaji dengan gergaji besi dan disalib di atas
sebatang kayu.” Semua resiko tersebut tidak memalingkan mereka dari dien Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
7. Hadits tersebut menjelaskan kaitan yang erat antara ujian dengan keimanan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
أَحَسِبَ
النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ *
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ
الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami
telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami
telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui
orang-orang yang dusta”. (QS. Al-Ankabut (29): 2-3)
Juga seperti sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam :
يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاءً ؟ قَالَ : ”
الْأَنْبِيَاءُ ، ثُمَّ الصَّالِحُونَ ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ ،
فَالْأَمْثَلُ مِنَ النَّاسِ ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ ،
فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صَلابَةٌ زِيدَ فِي بَلائِهِ ، وَإِنْ كَانَ
فِي دِينِهِ رِقَّةٌ خُفِّفَ عَنْهُ
“Manusia
yang paling berat ujiannya adalah para nabi kemudian orang-orang shalih
kemudian orang-orang yang keimanannya di bawah mereka. Setiap orang
akan diuji sesuai kadar agama (keimanan)nya. Jika ia teguh memegang
agama, niscaya ujian untuknya akan ditambah.Jika agamanya lemah, niscaya ujiannya juga akan diringankan.” (HR. Ahmad, ad-Darimi, ath-Thayalisi, Ibnu Hibban, al-Hakim, dan lain-lain)
Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
إِنَّ
عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ ، وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ
وَجَلَّ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ ، مَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا
، وَمَنْ سَخَطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya
besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian. Sesungguhnya jika Allah
mencintai suatu kaum, niscaya Allah akan menimpakan ujian kepada mereka.
Barangsiapa yang ridha dengan ujian Allah, niscaya Allah ridha
kepadanya. Dan barangsiapa marah kepada ujian Allah, niscaya Allah marah
kepadanya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Baihaqi, al-Qudha’i, Abu Ya’la, dan lain-lain)
8.
Hadits di atas menunjukkan bahwa Islam melakukan revolusi terhadap para
penguasa yang menyelisihi kitab Allah dan menzhalimi hamba-hamba-Nya,
bagaimanapun besarnya kekuasaan mereka.
9.
Selama para penguasa yang menyelisihi kitab Allah adalah orang-orang
yang tersesat dan barangsiapa menaati mereka niscaya mereka akan
menyesatkannya; maka para ulama yang mengajak rakyat untuk menaati para
penguasa tersebut, tidak melawan mereka, dan bahkan menampakkan indah
kondisi para penguasa tersebut dengan menyebut mereka sebagai ulil amri
bagi kaum muslimin dan menuduh orang-orang yang melawan mereka adalah
Khawarij, maka para ulama tersebut adalah orang-orang yang tersesat,
bahkan mereka adalah para ulama tukang menyesatkan umat Islam. Mereka
menyembunyikan kebenaran dan juga mencampur adukkan antara kebenaran dan
kebatilan. Mereka menyodorkan kepada masyarakat agama ‘privat’ yang
tidak mengandung jihad, amar ma’ruf, dan nahi munkar.
Mereka
adalah orang-orang yang dimurkai oleh Allah. Para ulama yang tersesat
menyerupai orang-orang Yahudi yang dimurkai oleh Allah, karena mereka
mengetahui kebenaran namun tersesat (tidak mengamalkan ilmunya). Mereka
itu dilaknat Allah Subhanahu Wa Ta’ala sampai mereka bertaubat.
Diantara syarat taubat mereka adalah menjelaskan kepada masyarakat
kebenaran yang mereka sembunyikan. Sebagaimana firman Allah :
{إِنَّ
الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِن
بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَـئِكَ يَلعَنُهُمُ
اللّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ * إِلاَّ الَّذِينَ تَابُواْ
وَأَصْلَحُواْ وَبَيَّنُواْ فَأُوْلَـئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا
التَّوَّابُ الرَّحِيمُ }
“Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami
menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah
dan dilaknati pula oleh semua makhluk yang melaknati. Kecuali mereka
yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran
yang mereka sembunyikan), maka terhadap mereka itulah Aku menerima
taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah (2): 159-160)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala mempersyaratkan
taubat mereka harus disertai sikap menjelaskan kepada masyarakat
kebenaran yang mereka sembunyikan. Seperti disebutkan dalam ayat ini:
{إِلاَّ الَّذِينَ تَابُواْ وَأَصْلَحُواْ وَبَيَّنُواْ}
“Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran yang mereka sembunyikan).”
Setelah itu kita memiliki sikap khusus kepada mereka dengan izin Allah.
Kita memohon kepada Allah semoga mengumpulkan kita di atas kebenaran dan mempekerjakan kita untuk memperjuangkan dien-Nya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar