HUKUMAN BAGI PARA PENCELA
Maka
terhadap ikhwan-ikhwan yang terus berprofesi sebagai pencela, kita
wajib menasehati mereka dan kemudian menegakkan hukum syar'i atas
mereka, sebagaimana pesan Syeikh Abu Abdillah Usamah bin Ladin:
Mereka
itu ibarat rel kereta api, paling depan adalah kereta para penguasa dan
belakangnya kereta para qiyadah shoff kedua dan orang-orang dekatnya.
Kedua kereta itu mogok sejak puluhan tahun yang lalu pada jalan
pembebasan Palestina. Maka tidak ada cara lain untuk membebaskan Al
Aqsha selain dengan menyingkirkan kedua kereta tersebut dan menyalipnya.
Namun
hal itu sangat sulit dilakukan sebelum banyak kaum muslimin yang sadar,
kemudian mereka melepaskan ta’ashub yang tercela terhadap negeri dan
tokoh, baik penguasa, ulama’ maupun para Qiyadah Jamaah Islamiyah, lalu
mereka tidak menolak nasehat yang selanjutkan ditegakkan hukum yang benar atas diri mereka.
Jika mereka tidak lakukan hal
ini maka seolah mereka mengatakan: Sesungguhnya mereka itu berjalan di
atas jalan yang telah ditempuh orang-orang sebelum kita. Oleh karena itu
umat Islam terjebak dalam gelapnya padang ketidak jelasan sejak
berpuluh-puluh tahun yang lalu. Dan nampaknya mereka tidak memahami
sabda Rasulullah SAW:
Demi Allah, seandainya Fathimah binti Muhammad mencuri pasti kupotong tangannya. (Muttafaq ‘Alaih)
Allah berfirman tentang para pencela dalam surah at-taubah:
Dan
jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk
keberangkatan itu, tetapi Allah membenci keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu".
Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim.
Sesungguhnya dari dahulupun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur pelbagai macam tipu daya untuk (merusakkan)mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah) dan menanglah agama Allah, padahal mereka tidak menyukainya.
Benar, hukum dan tindakan harus ditegakkan atas mereka para pencela dan jama'ah mukhodzilah, yaitu:
Pertama : Hijrah meninggalkan mereka, hingga mereka kapok
Tinggalkan
taklim-taklim halaqah mereka, tinggalkan kegiatan-kegiatan mereka,
tinggalkan liqo-liqo mereka, tinggalkan yayasan-yayasan mereka,
tinggalkan tugas-tugas dari mereka, tinggalkan segala aktivitas yang
dapat membantu memperkuat mereka, sekalipun mereka menyatakan; ini
adalah kegiatan untuk i'dad, tarbiyah wa dakwah, bangkuat (pembangunan
kekuatan) dan binkuat (pembinaan kekuatan). Itu semua hanya cover untuk
mengecoh para muwahidin. Katakan kepada mereka, “Antum adalah pencela, bertaubatlah”, semoga mereka sadar dan kembali kepada pemahaman Islam yang benar.
Memang
kadang bahasa lisan itu berbeda dengan bahasa tubuh. Lisannya
mengatakan mendukung dakwah tauhid, akan tetapi bahasa tubuhnya
menyelisihi. Bahkan ada yang secara terang-terangan mencela dan
memojokkan para mujahidin dan para da’i tauhid. Bahasa lisannya
mengatakan cinta dan mendukung mujahidin, akan tetapi bahasa tubuhnya
menampakkan kebencian dan celaan. Wal ‘iyadzu billah. (Asy-Syahid Urwah rahimahullah)
Jika
kita, hamba Allah yang ingin bergabung dengan thaifah manshuroh
bersikap lunak, tidak tegas menerapkan hukuman ini, maka kaum muslimin
akan terkecoh atas dakwah para pencela ini. Kaum muslimin tidak akan
mengetahui mana yang haq dan mana yang sesat, mana mujahidin dan mana
pencela, mana jama'ah jihad, mana jama'ah 'pencela' jihad dan mana
jama'ah jahat. Namun jika kita tegas menerapkan hukum ini dan
menyisihkan “perasaan gak enak” kita, maka thaifah manshuroh akan dhohir
(tampak jelas keberadaannya).
Akan terpecah dua kubu,
kubu thaifah manshuroh dan kubu thaifah mukhodzilah, masing-masing
thaifah akan tampak jelas benderanya. Ummatpun akan mudah membedakan dan
memilih antara hitam dan abu-abu, antara yang asli atau palsu.
Hingga
datanglah kebenaran (pertolongan Allah) dan menanglah/tampaklah agama
Allah, padahal mereka tidak menyukainya. (At-Taubah; 46)
Seandainya para qiyadah adalah pencela, pasti kutinggalkan mereka...
Seandainya para mantan instruktur militer adalah pencela, pasti kutinggalkan mereka...
Seandainya halaqah taklim milik para pencela, pasti kutinggalkan mereka...
Seandainya ada camp militer milik pencela, pasti kutinggalkan mereka...
Seandainya ada program i'dad milik pencela, pasti kutinggalkan mereka...
Seandainya para ustadz adalah pencela, pasti kutinggalkan mereka...
Seandainya ikhwan-ikhwanku adalah pencela, pasti kutinggalkan mereka...
Seandainya murid-muridku adalah pencela, pasti kutinggalkan mereka...
Sekalipun mereka alumni Afghan, Poso, Ambon, Hudaybiyah, Aceh, Cipinang...
Demi Allah, seandainya Fathimah binti Muhammad mencuri pasti kupotong tangannya. (Muttafaq ‘Alaih)
Renungkan nasehat Syeikh Usamah hafizhahullah untuk menggunakan akal kita dan jangan menjadi beo:
“Hendaknya
setiap mujahid itu merenung dan menggunakan akalnya, jangan malah
mengebirinya. Hendaknya ia bisa bedakan antara husnudzon terhadap
Qiyadah (pimpinan) dengan bersikap cermat, menimbang segala sesuatu dan
semua orang berdasarkan timbangan Islam. Jangan sampai ia membeo saja, mengikuti Qiyadah tanpa mengerti.”
Ana
nasehatkan pula kepada ikhwan-ikhwan yang telah memahami perkara ini,
namun tetap bertahan bersama kelompok pencela tersebut dengan dalih;
untuk memperbaiki mereka dari dalam, untuk mengambil alih pemerintahan
dari dalam, untuk membayar hutang budi terlebih dahulu, supaya aman dsb,
maka renungkanlah: Telah banyak yang mencoba sebelum antum, bahkan
mereka lebih memiliki kapasitas dan kedudukan yang diterima oleh mereka,
namun ujung-ujungnya dua:
- Gagal, justru terfinah sebagai pemecah belah atau minimal rusaknya hati karena pergaulan.
- Terhanyut oleh manhaj mereka, setelah merasakan fasilitas keamanan, ketentraman dan jabatan yang menipu lalu malahan menjadi orang yang paling keras memperjuangkan manhaj pencela ini. Inalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Tatkala kita tidak melihat seorangpun berkerja membangun
Disana kita melihat seribu orang penghancur bersiap
Ketika orang yang adil datang untuk mengarahkan mereka kepada kebenaran
sekonyong-konyong akan ditentang oleh seribu orang dholim
Aku melihat seribu bangunan tidak tegak karena satu penghancur
Lalu bagaimana dengan satu bangunan yang dibelakangnya bersiap seribu predator?
Ingat, tetap bersama jama'ah 'pencela' jihad, berarti antum termasuk thaifah mukhodzilah sekalipun antum tidak pernah mencela. Keberadaan antum disitu menunjukkan keridhaan antum kepada mereka. Allah berfirman:
وَقَدْ
نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ
يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّىٰ
يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ ۗ إِنَّ
اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا
Dan
sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran
bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan
diperolok-olokkan, maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga
mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu
berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam. (An-Nisa: 140)
Qurthubi berkata dalam Al-Jami' 5/418: “Tentulah kamu serupa dengan mereka”,
barangsiapa yang tidak menjauhi mereka maka dia dihukumi ridha dengan
perbuatan mereka, dan ridha dengan kekafiran. Maka setiap orang yang
duduk satu majlis maksiat dan dia tidak mengingkari, maka dia sama-sama
menanggung dosa. Jika dia tidak mampu untuk mengingkari maka seharusnya
dia pergi meninggalkan tempat tersebut supaya tidak digolongkan menjadi
bagian dari mereka.
Suatu ketika, Umar bin Abdul Aziz akan
mendera para peminum khamr, salah seorang dari mereka mengatakan,
diantara kami ada yang berpuasa pada waktu itu. Maka Umar berkata:
Deralah yang puasa dahulu, tidakkah kalian mendengar firman Allah: Dan
sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran
bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan
diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk
beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena
sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan
mereka.
Syeikh Abu Bashir berkata:
فجعل حاضر المنكر كفاعله؛ لأن جلوسه معهم من غير إكراه ولا إنكار قرينة دالة على الرضى بحالهم وفعلهم، فعوقب بمثل ما عوقبوا به
Allah
menempatkan orang yang menghadiri kemungkaran seperti pelakunya, karena
duduk bersama mereka tanpa pengingkaran dan tanpa keterpaksaan
merupakan qorinah (indikasi) yang menunjukkan keridhaan mengenai keadaan
dan perbuatan mereka. Maka orang itu akan diiqab (dihukum) sama dengan
pelakunya.
Tatkala Khalid bergerak dengan pasukannya
menuju Yamamah untuk memerangi Nabi palsu Musailamah Al-Kadzab, Khalid
menangkap Maja'ah seorang sahabat Nabi yang tinggal di negeri Yamamah.
Maja'ah protes atas penangkapannya karena dia tidak ada sangkut pautnya
dengan Musailamah dan dia mengingatkan Khalid bahwa dia telah berbaiat
kepada Nabi saw dan masih setia sampai detik ini.
Khalid
menampik alasan Maja'ah dengan menyatakan bahwa Maja'ah telah mendengar
pergerakan pasukannya namun Maja'ah tetap berada di negeri Yamamah.
Keberadaannya di Yamamah dan posisinya sebagai tokoh Yamamah menunjukkan
ridhanya dia terhadap Musailamah. Kemudian setelah itu Maja'ah meminta
maaf dan dimaafkan oleh Khalid.
Jadi, kita harus siap meninggalkan mereka semua, meninggalkan tawaran-tawaran dunia yang remeh, karena Allah dan rasul-Nya.
Kepada
ikhwan-ikhwan yang segan meninggalkan mereka karena merasa sungkan dan
hutang budi, karena merasa para ustadz pencela tersebut illa man rahimahullah
telah mengangkat mereka dari kubangan lumpur, dari iqro sampai khatam
Al-Qur'an, dari istri tidak memakai jilbab hingga bercadar. Simaklah
firman Rabb yang telah memberi hidayah taufik kepada para hambanya:
وَيَوْمَ
يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ
مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ
فُلَانًا خَلِيلًا
Dan (ingatlah) hari (ketika itu)
orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai
kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul". Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). (Al-Furqan: 27-28)
Allah berfirman:
وَبَرَزُوا
لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا
كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ
اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۚ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ ۖ
سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ
Dan
mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat
Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang
sombong: "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka
dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit
saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk
kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja
bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak
mempunyai tempat untuk melarikan diri". (Ash-Shafat: 21)
Dan firman Allah:
فَإِنَّهُمْ يَوْمَئِذٍ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ
Maka sesungguhnya mereka pada hari itu bersama-sama dalam azab karena dosa berserikat. (As-shafat: 33)
Barangsiapa yang menjadikan burung gagak sebagai penunjuk jalan
Ia akan menggiring pada segerombolan anjing
Allah berfirman mengenai guru yang menyesatkan:
وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya/pentadbirannya/kelakuannya itu menyelisihi al-haq. (Al-Kahfi: 28)
Ibnul
Qoyyim rahimahullah menjelaskan: Maka hendaklah seseorang itu meneliti
pada syeikhnya, qudwahnya, dan pemimpinnya. Apabila dia mendapati mereka
menyelisihi al-haq, maka jauhilah mereka.
Jangan engkau ambil ilmu kecuali dari yang layak
dengan ilmunya dia hidup dan dengan hartanya dia berkorban
Sedang orang-orang bodoh, jauhilah majlis-majlis mereka
Karena orang buta telah tersesat dari arahan petunjuknya
Syeikh Usamah dalam Taujihat Minhajiyah menasehati:
Sementara
itu, para pemuda yang memiliki kemampuan untuk menjadi tumbal bagi
agama ini dan memiliki kemampuan untuk berkorban demi agama ini amat
disayangkan, mereka keliru dalam hal mendengar dan taat kepada para
ulama Islam yang tidak berjihad (baca: Qa’iduun). Orang yang duduk-duduk saja, tidak layak didengar dan ditaati. Dari sinilah, kekuatan ini terus mandek. Para ulama tadi telah memalingkan mereka dari hal yang hukumnya wajib ‘ain kepada hal yang hukumnya fardhu kifayah.
Syeikh Abu Muhammad Al-Maqdisi berkata:
Maka
dengarkanlah, semoga Alloh menunjukkan kebenaran yang kami yakini
kepadamu, dan tidak kami hiraukan celaan orang-orang yang mencela atau
cercaan orang yang mencerca atau kedustaan yang dibuat-buat; yang benar adalah hendaknya mereka itu di hajr (dijauhi) tidak menuntut ilmu dari mereka dan tidak meminta fatwa kepada mereka sejak pertama.
Karena ilmu ini, sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian salaf adalah;
[… agama, maka perhatikanlah dari mana kalian mengambil agama kalian.]
Bahkan kewajiban kita adalah menasehati mereka dan menjauhi mereka sampai mereka kapok, dan mereka tinggalkan menjilat pemerintah, cenderung kepada mereka dan membela mereka.
Kedua: Melengserkan, memecat dan menyingkirkan mereka kemudian mengangkat amir yang layak dengan program jihad yang nyata.
Karena
keberadaan pencela inilah pembebasan Al-Quds dan Al-Haramain terhambat.
Keberadaan mereka memecah konsentrasi mujahidin, memecah belah barisan
al-jama'ah (baca: al-haq), merusak fikrah, tabiat dan moril mujahidin
serta menggoyang keikhlasan mujahidin dalam beramal.
Membiarkan
mereka artinya, membiarkan kaum muslimin terjebak kedalam ketidak
jelasan dan kesesatan yang dalam, membiarkan potensi-potensi ummat
menguap ditelan zaman, membiarkan kader-kader jihad beruban dan
berpenyakitan sebelum potensi mereka digunakan, membiarkan ahlu jama'ah
dan binaannya terjerat dengan bisnis-bisnis dunia yang sering kali
melalaikan, membiarkan mereka enjoy dengan lamunan-lamunan jihad yang
tak ada realitasnya, membiarkan ummat taat kepada perintah-perintah yang
menyalahi syariat!
Ikhwan-ikhwan, para ummahat dan akhwat
yang mukhlis harus diselamatkan dan dibebaskan, binaan-binaan serta
thulab (santri) yang jujur wajib ditolong. Jangan biarkan bibit-bibit
ummat diklaim kepemilikannya oleh sekelompok pencela, jangan biarkan
bibit-bibit itu menjadi tanaman yang layu tak bermanfaat, jangan sampai
gagal panen, jangan biarkan bibit-bibit itu diracuni pupuk kimiawi dan
akhirnya menjadi racun dalam tubuh dikemudian hari. Kembalikan kepada
Islam!
Abu Musa At-Thoyar -semoga Allah mentabahkannya-, salah seorang qoid tanzhim Al-Qo'idah di negeri Nusantara pernah berkata:
Karena
itu, langkah yang harus ditempuh untuk mengoptimalkan potensi para
pemuda Islam, diantaranya adalah membebaskan mereka dari
belenggu-belenggu yang mengikat erat dan menumpulkan potensi mereka.
Para
tokoh pencela, qiyadah yang melemahkan semangat, ustadz yang memelintir
dengan menggunakan istilah-istilah syar'i, ikhwan-ikhwan yang turut
menghalang-halangi jihad dengan ucapan, binaan mereka dan pendukung
mereka wajib disingkirkan. Mereka sekali-kali tidak pantas menyandang
ketokohan, kemas'ulan, keustadzan, keikhwanan dalam jihad. Mereka tidak
layak memimpin sebuah jama'ah jihad, struktur jihad, dan tidak layak
berbicara tentang jihad. Sungguh Islam akan rusak andai orang-orang
seperti ini dipertahankan dan diharapkan. Pecat mereka, dan antum akan
keheranan melihat watak asli mereka!
Mereka adalah
pemasung dan pembelenggu, yang merampok kemerdekaan generasi Islam untuk
mengamalkan diennya secara benar. Syeikh Usamah berpesan;
“Saya
sampaikan kabar gembira kepada kalian. Atas karunia Allah umat Islam
hari ini memiliki kekuatan sangat besar yang cukup untuk menyelamatkan
Palestina dan menyelamatkan Negara-negara kaum muslimin lainnya. Akan tetapi kekuatan ini terpasung sehingga kita wajib berusaha membuka keterpasungan tersebut.”
Para pembelenggu dan pemasung itu adalah BIAWAK
seperti disebut oleh asy-syahid Abul Abbas Al-Janubi rahimahullah,
kesatria perontok WTC. Beliau sebelumnya terbelenggu oleh pasungan
jama'ah, kemudian alhamdulillah atas karunia Allah beliau mampu
melepaskannya. Beliau berkata yang perkataan ini kemudian dinukil oleh
Syeikh Usamah bin Ladin hafizhahullah dalam Taujihat Minhajiyah:
Maka
manusia - terutama para anggota gerakan kebangkitan Islam ini - dalam
diri mereka terdapat kebaikan besar dan kekuatan dahsyat, dan mereka
siap untuk berkorban, tetapi yang penting hendaknya dihilangkan dahulu dari mereka ‘biawak’ satu ini, hendaknya kepekatan ini dihilangkan dulu dari mereka.
Jika kehormatan seseorang tidak dinodai
Setiap dia memakai pakaian selalu indah
Jika seseorang tidak bangun memperhitungkan ketidakadilan
Dia tidak berhak mendapat pujian
Kerusakan
mereka, ulama, qiyadah, asatidz sudah terlalu parah untuk diperbaiki,
sebagaimana perkataan Syeikh Anwar Al-Awlaqi hafizhahullah:
Para
ulama telah sesat (menyimpang), tak ada harapan lagi dalam diri mereka,
besarnya koyakan terlalu besar untuk diperbaiki, penyimpangan mereka
telah mencapai klimaksnya. Ini membuat peran ulama' pada hari ini begitu
penting. Mereka (ulama) berkata, "Kami tetap diam supaya tidak merugikan tempat-tempat yang menguntungkan bagi kami dalam berdakwah".
Bebaskan
belenggumu!!! Kita adalah orang-orang merdeka yang menghambakan diri
kepada Allah ta'ala. Kita akan kesulitan bekerja beriqomatuddin selama
tidak melengserkan kepemimpinan mereka. Maka solusi praktis adalah:
“…..angkatlah untuk menjadi komandan (amir) kalian orang yang menegakkan kitabullah diantara kalian dan benar-benar mengangkat bendera jihad (bendera perang/amaliyat).” (Taujihat manhajiyah Vol 3. Syaikh Usamah).
Ya,
pecat kemas’uliyatan mereka, kita tinggalkan mereka dan kemudian
mengangkat seorang pemimpin baru yang benar-benar kokoh dalam menegakkan
syariat dan benar-benar mengangkat bendera jihad, sekalipun para
pencela merasa hasad dan dengki.
Apabila kita bersegera
mengikuti saran Syeikh kita amir mujahidin Usamah bin Ladin, maka
pemerintah murtad ini akan lebih cepat hancur dan terusirnya Amerika
dari bumi Nusantara akan menyebabkan perekonomian mereka porak poranda
karena mereka tidak dapat lagi merampok kekayaan alam kita, lalu
melemahlah cengkraman Amerika di seluruh dunia yang telah goyah dan
mereka tak mampu lagi membentengi Yahudi di Al-Quds, Haramain dan
Singapura:
Oleh karena itu saya menyerukan kepada semua gerakan Islam (jama'ah islam) agar mereka memecat
qiyaadah (pemimpin) mereka yang cenderung kepada orang-orang dholim
kemudian mengangkat qiyaadah (pemimpin) yang kuat dan dapat dipercaya, yang melaksanakan kewajibannya dalam kondisi yang kritis ini, untuk membela umat Islam. (Usamah bin Ladin)
Kita angkat pemimpin yang jujur sebagai qoidah sholabah (personal inti yang berkepribadian kokoh dan solid sehingga layak untuk memikul beban perjuangan),
sekalipun dia bukan alumni kadet (akademi militer), bukan alumni Mahad
Aly, bukan dari jama'ah kita, tapi pemimpin yang menyabet gelar Letnan
dari hasil benarnya amal dan pengalaman, terbukti jihadnya, terbukti
ketegarannya, terbukti ketabahannya, terbukti amaliyahnya, terbukti
tauhidnya dari jama'ah manapun dia tertarbiyah bukan semata-mata Letnan
hasil pelantikan kelulusan dauroh askari.
Pemimpin yang
jujur itu mesti terdapat dua ciri; dia beriman dengan sebenar-benar iman
dan berjihad fisabilillah seperti dalam ayat:
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ
يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang mukmin hanyalah mereka yang beriman kepada Alloh dan
Rosul-Nya kemudian tidak merasa ragu serta berjihad di jalan Alloh
dengan harta dan jiwa mereka, merekalah orang-orang yang jujur.”
(Al-Hujurot: 15)
Syeikh Abu Mus'ab As-Suri –semoga Allah mentabahkannya- berkata dalam Dakwah Al-Muqowamah:
Proses
teori amal jihadi tidak lahir dari kepala para penulis dan pemikir yang
duduk manis di dalam kantor yang elegan, tidak pula melalui gaya hidup
yang nyaman, tidak muncul dari anggota puncak gerakan dari organisasi
bersistem piramida. Tapi teori ini lahir dari parit-parit pertempuran
(qital), lapangan-lapangan i'dad dan ujian. Teori yang keluar dengan
pembiayaan pribadi yang mahal dan membuat mereka membayar harga untuk
setiap kesalahan dan pengalaman dengan darah dan penderitaan. Kemudian
dia akan meraba-raba langkah tepat selanjutnya yang berasal dari
langkah-langkah yang benar.
Wahai para pencela, silahkan
anda mundur dengan suka rela sebelum kalian diinjak oleh derap langkah
para tentara Usamah yang perwira. Tampakkanlah sakit hati kalian, karena
kami telah memperingatkan.
Sejatinya program-program
kelompok pencela tersebut itu berjalan mundur, bukan jalan ditempat.
Kualitas moril dan etos kerja perjuangan mereka telah mencapai titik
nadir yang terendah. Mereka tampak sibuk kesana kemari, kunjungan daerah
dengan naik pesawat bolak balik. Laporan-laporan dan laporan yang tak
sesuai dengan lapangan.
Organisasi, koordinasi,
reorganisasi, kontrol (evaluasi, komunikasi dan pengendalian) dan
administrasi mereka amburadul. Dari luar tampak rapi namun bagi siapa
saja yang pernah didalam, memahami ilmu manajemen dan melihat dari
ketinggian tidak akan sangsi. Banyak tanazu, mudah mencurigai ikhwan
lainnya, ghibah. Lemah...sekarat... sebagaimana yang sering mereka akui,
“kita dhoif”.
Beberapa ketua yayasan
tidak tahu apa program sesungguhnya yayasan, dia tidak dapat memutuskan
dan menentukan, karena dia hanya layang-layang. Bendahara, sekretaris,
qismu dakwah, qismu tarbiyah, kepala sekolah, struktur itu hanya
pajangan untuk pantas-pantasan. Tidak ada laporan pemasukan dan
pengeluaran keuangan, padahal hanya untuk urusan dakwah wa tarbiyah.
Banyak dana-dana yang hilang tidak jelas, karena tidak ada catatan maka
tidak bisa diaudit. Bila ada yang mengkritisi, Qoid itu bilang, inilah
sistem kami, inilah tata kerja tanzhim sirri, antum tidak berhak tahu,
rahasia. Qoid-qoid bawah tidak berani memutuskan kecuali konsultasi
dengan atasan karena takut disalahkan. Sistem kerja yang terbukti buruk
kok dipertahankan.
Tidak ada program askariyah yang
diseriusi, mereka justru main-main!… Sebagaimana yang diakui oleh
seorang qoidah tinggi sebuah jama’ah jihad, “Saya tidak mengerti, mengapa program askariyah lamban”. Jawabannya ternyata ditemukan pada pernyataan seorang pengawal amir, “Kita sekarang konsentrasi pada ekonomi!????”.
Benar
kata Commander Abu Tholut Al-Jawy, mantan dewan markaziyah jama’ah
tersebut – semoga Allah mentabahkannya dengan ketabahan yang besar -, “Tidak ada program real kearah perlawanan askariyah”.
Seseorang
menanamkan kepada para binaan bahwa dia adalah qoid, memaksa para
binaan untuk mentaatinya padahal tidak ada akad antara keduanya kecuali
hanya posisi guru dan murid, muroby dan binaan. Inilah organisasi
jama'ah militer yang aneh...
Halaqah-halaqah taklim sudah bosan, bosan dengan kejumudan
dan keterbelengguan. Bosan dengan tugas-tugas pencarian dana tarbiyah
yang tidak ada laporannya. Bosan dengan tipuan-tipuan. Bosan dengan
perdebatan-perdebatan administratif, bosan mendengar celaan-celaan.
Bosan dengan materi taklim itu-itu saja, minal dakwah wat tarbiyah wat tazkiyatun nufus wal fulus.
Bosan
dengan undangan pesta-pesta aqiqah dan walimah, seolah-olah
menghadirinya lebih penting dari pada menyusun tindakan pembelaan kepada
Syeikh Abu Bakar Ba'asyir dan Putri Munawarah yang terzhalimi (kini
istri Ust. Umar Patek, Ruqoyah yang kembali ditawan -edt).
Kemarin mereka menelantarkan kaum laki-laki, hari ini menelantarkan kaum wanita. (Syeikh Anwar Al-Awlaqi)
Seolah-olah
tidak menghadirinya adalah dosa besar, al-kabair, maksiat dan tidak
taat. Ditakut-takuti, diikuti, diselidiki, ditekan... Mereka berkata; “Menghadiri walimah bertujuan untuk dakwah”, “Ada maslahat jama'ah didalamnya”. Bohong, sungguh mereka bohong dan dholim... Mana kemajuan progres dakwah pasca walimah? Tipuan klasik...
Bagaimana tetap tinggal diam, dan bagaimana hati seorang muslim tetap tenang
sedang kaum muslimat bersama musuh yang kejam
Lihatlah,
berapa juta rupiah dikeluarkan hanya untuk akomodasi walimah dan
pesta-pesta sunnah lainya, sedang disamping kita ada ummahat istri
komandan mujahid yang tertawan, terpaksa berjualan herbal di dalam
masjid disaat pengajian rutin internal keluarga jama'ah jihad. Sudah
matikah hati kita? Sudah butakah mata kita? Sudah sedemikian kroniskah
ketidakpedulian kita? Ini hanya satu contoh kecil yang diungkap.
Mengapa
ada tekanan-tekanan pada acara-acara berbau taklim wa dakwah wa
tarbiyah wa jama'ah wa aqiqah wa walimah, sampai yang tidak hadir di
sms, di telpon, dijuluki tidak taat, futur, didatangi, diselidiki...
Mengapa pidana ini tidak diterapkan kepada yang enggan menyantuni
keluarga para mujahid? Yang enggan silaturahmi kepada keluarga mujahid?
Yang enggan tadrib, yang enggan jihad, yang enggan menampung muhajir,
yang enggan infaq fisabilillah... Lahaula wala quwata illa billah...
Syeikh Usamah berkata:
Para ulama tadi telah memalingkan mereka dari hal yang hukumnya wajib ‘ain kepada hal yang hukumnya fardhu kifayah.
Ya
syeikh, anta shohih; para qiyadah tadi telah memalingkan ahlu jama'ah
dari jihad kepada taklim, dari i'dad kepada walimah, dari menyantuni
keluarga mujahid kepada aqiqah, dari infak fisabilillah kepada infak
untuk masjid dan madrasah, dari fa'i kepada proposal dana dari
pemerintah murtad ...dengan dalih melaksanakan manhaj jama’ah; membangun kekuatan kearah kemampuan penguasaan wilayah. Strategi yang indah dengan metodologi yang aneh.
Syeikh Anwar Al-Awlaqi menambahkan:
Apakah
melestarikan sebuah universitas, atau program tv lebih penting daripada
berdiri untuk menyuarakan kebenaran dan menjaga mashlahat-mashlahat
besar umat? Apakah lebih penting daripada melindungi umat dari proyek
imperialis/kolonial Amerika?
Ikhwan-ikhwan bosan dengan
rutinitas itu-itu saja. Bosan dengan janji-janji palsu tadrib dan
latihan bongkar pasang. Bosan dengan rayuan-rayuan “sabar...sabar...dan
sabar...”.
Antum yang telah tugas dipesantren selama 9
sampai 16 tahun, sampai kapan antum akan lepas dari belenggu mengatas
namakan ketaatan pada jama'ah? Sedang keahlian askariyah dimandulkan.
Padahal Libya, Tunisia, Mesir, Al-Jazair, Palestina dan Yaman tengah
bergolak. Padahal Aceh, Medan, Bekasi, Temanggung, Kaltim, Papua,
Manado, Buol tengah mendidih. Padahal Afghanistan, Pakistan, Dagestan,
Mindanau, Somalia, Yaman, Mali dan Iraq telah tegak pemerintah Islam.
Allahu Akbar... Allahu Akbar....
Hari ini kaum muslimin
sedang melalui masa-masa yang kritis dan penting dalam sejarah, dan
tidak akan selamat pada waktu ini kecuali orang-orang yang mempunyai kejujuran dan keberanian, pengorbanan, dan pengalaman dalam berpolitik serta kemiliteran. (Anwar Al-Awlaqi)
Jika
memang program pesantren jujur untuk jihad, maka minimal
alumni-alumninya akan segera bertebaran membantu kaum muslimin menangani
konflik dari Aceh, Buol sampai Papua dan Timor Timur, dengan kepiawaian
dakwah wa askariyah. Bukan hanya bertebaran kesana kemari dengan buku,
atau malahan bertebaran di kampus-kampus hingga berambut gondrong dan
berjeans, kemudian hilang dilalap “polusi keilmiahan.”
Secara
teori, andai setiap tahun pondok-pondok meluluskan total 100 santri
saja, maka 100 lahan dakwah akan tergarap. Bila seorang alumni mencetak 3
pemuda saja sebagai sel jihad dalam kurun satu tahun, akan muncul 300
sel jihad yang berbarakah diseluruh Indonesia yang siap mempercepat
penyelamatan Palestina. Faktanya? Ada kesalahan dalam manhaj dan
koordinasi, yang tidak akan mampu diperbaiki kecuali dengan manhaj jihad
yang benar.
Tangisan membuat matamu kering dari air mata
Maka pinjamlah mata orang lain yang air matanya memancar deras
Siapakah orang yang akan meminjamimu mata untuk kau pakai menangis?
Menurutmu, adakah mata yang dipinjamkan untuk menangis?
Atas
ijin Allah, mujahidin akan menggantinya dengan program-program yang
lebih baik, rapi, teratur dan berkah. Lihatlah amaliyah dari Bali I
sampai Cirebon, program-program efektif yang berbarakah. Lihatlah
mereka-mereka yang tegar diatas beratnya ujian. Lihatlah para kafilah
syuhada memperlihatkan senyumannya yang teramat indah karena mereka
telah menang. Lihatlah para ummahat mujahid yang sabar dan teguh serta
terus mentahrid para mujahidin (jazakumullah khairan). Lihatlah ternyata
Aceh dapat dikondisikan sebagai tempat menjalankan program Diklat dan
tajnid. Logikanya jika Aceh bisa, maka tempat-tempat lainnya pun bisa.
Bumi Indonesia ini terlalu luas ya akhi...
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ
Katakanlah: "Berjalanlah kamu (di muka) bumi”. (An-Naml: 69)
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ بِسَاطًا لِتَسْلُكُوا مِنْهَا سُبُلًا فِجَاجًا
Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjelajahi jalan-jalan yang luas di bumi itu". (Nuh: 19-20)
Jika
Diklat Aceh tutup, maka sebelumnya Hudaybiyah pun telah tutup, kemudian
muncul Poso dan Ambon I dan seterusnya tak kan berhenti. Diklat, tajnid
dan tajhiz akan terus berjalan atas ijin Allah dan kehendaknya,
sekalipun para pencela iri hatinya. Jika jama'ah jihad itu tak mampu
melaksanakan program jihadnya, maka pemuda-pemuda Al-Qo’idah di negeri Nusantara sebenarnya telah mengambil alih dengan suka ria. Takbir!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar