PRO- T- IN ISLAM

KOMUNITAS PARA PEMBELA TAUHID

Senin, 07 Januari 2013

Biografi Syeikh Asy-Syahid Dr. Abdullah Azzam Rohimahulloh

SyaikhAl-Mujahid Asy-Syahid Dr. Abdulloh Azzam Rohimahulloh

“Berdiri satu jam dalam pertempuran di jalan Allah SWT lebih baik daripada berdiri menunaikan shalat selama enam puluh tahun” (HR Baihaqi)

Abdullah Yusuf Azzam, lahir pada tahun 1941 di desa Asba’ah Al-Hariyeh propinsi Jiin, tanah suci Palestina yang diduduki Israel. Beliau dibesarkan di sebuah rumah yang bersahaja dimana beliau dididik Agama Islam, ditanamkan kecintaan terhadap Allah SWT darn Rasul-Nya SAW, terhadap mujahid yang berjuang di jalan-Nya, dan terhadap orang-orang yang shaleh yang mencintai kehidupan akhirat.

Semasa masih anak-anak, Abdullah Azzam sangat menonjol di antara kanak-kanak lainnya. Beliau sudah mulai menyiarkan dakwah Islam semenjak masih sangat muda. Teman-teman sepergaulan mengenal beliau sebagai seorang anak yang shaleh. Beliau telah menunjukkan tanda-tanda yang luar biasa sejak muda dan guru-guru beliau telah mengenali tanda-tanda itu sejak beliau masih di Sekolah Dasar.

Syeikh Abdullah Azzam dikenal karena ketekunan dan kesungguhannya bahkan sejak masih kecil. Beliau memperoleh pendidikan dasar dan menengah di desanya dan kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Pertanian Khadorri hingga memperoleh gelar. Meskipun beliau yang termuda di antara teman-temannya, namun beliau adalah yang terpandai dan terpintar. Setelah menamatkan pendidikannya di Khadorri beliau bekerja sebagai guru di desa Adder, Yordania Selatan. Kemudian beliau menuntut ilmu di Fakultas Syariah Universitas Damaskus Suriah hingga memperoleh gelar B.A (sarjana muda) di bidang Syariah pada tahun 1966. Ketika tentara Yahudi merebut Tepi Barat pada tahun 1967, Syeikh Abdullah Azzam memutuskan untuk pindah ke Yordania, karena beliau tidak ingin hidup di Palestina yang berada di bawah pendudukan Yahudi. Melihat bagaimana tank-tank Israel maju memasuki Tepi Barat tanpa mendapatkan perlawanan yang berarti menimbulkan perasaan bersalah dalam diri beliau sehingga membuat beliau makin mantap untuk hijrah dengan maksud agar dapat mempelajari ilmu perang.

Pada akhir dekade 1960-an, dari Yordania beliau bergabung dalam jihad menentang pendudukan Israel atas Palestina. Tidak lama kemudian beliau pergi belajar ke Mesir dan memperoleh gelar Master dalam bidang Syariah di Universitas Al-Azhar, Kairo. Pada tahun 1970, setelah jihad berhenti karena kekuatan PLO diusir keluar dari Yordania, beliau menjadi dosen di Universitas Yordania di Amman. Setahun kemudian, tahun 1971, beliau memperoleh beasiswa dari Universitas Al-Azhar dimana beliau melanjutkan pendidikan S3 dan memperoleh gelar Ph.D. dalam bidang Pokok-pokok Hukum Islam (Ushul Fiqh) tahun 1973. Selama di Mesir inilah beliau mengenal keluarga Syuhada Sayyid Qutb (1906-1966).

Syeikh Abdullah Azzam cukup lama turut serta dalam jihad Palestina. Namun ada hal yang tidak disukainya, yaitu orang-orang yang terlibat di dalamnya sangat jauh dari Islam. Beliau menggambarkan bagaimana orang-orang ini berjaga-jaga sepanjang malam sambil bermain kartu dan mendengarkan musik, dan menganggap bahwa mereka sedang menunaikan jihad untuk membebaskan Palestina. Syeikh Abdullah Azzam menyebutkan juga meskipun ada ribuan orang di basis-basis pemukiman, tetapi jumlah orang yang hadir untuk shalat berjamaah bisa dihitung dengan satu tangan saja. Beliau berusaha mendorong mereka untuk menerapkan Islam sepenuhnya, namun mereka bertahan untuk menolak. Suatu hari beliau bertanya kepada seorang ‘Mujahid’ secara retoris, agama apa yang ada di belakang revolusi Palestina, ‘Mujahid’ itu menjawab dengan jelas dan gamblang: “Revolusi ini tidak memiliki dasar agama apapun”

Habislah kesabaran Abdullah Azzam. Beliau kemudian meninggalkan Palestina, pindah ke Arab Saudi dan mengajar di berbagai universitas di sana.

Saat Syeikh Abdullah Azzam menyadari bahwa hanya dengan kekuatan yang terorganisir umat ini bisa menggapai kemenangan, lalu jihad dan senjata adalah kesibukan dan pengisi waktu luangnya.

“Jihad hanya dengan senjata, tidak dengan negosiasi, tidak dengan perundingan damai, tidak dengan dialog”Kalimat tersebut menjadi semboyan beliau. Beliau praktekkan apa yang selalu beliau kumandangkan, sehingga membuat beliau menjadi salah satu di antara orang Arab pertama yang bergabung dalam jihad di Afghanistan melawan Uni Soviet yang komunis.

Pada tahun 1980, ketika masih di Saudi Arabia, Abdullah Azzam memperoleh kesempatan berjumpa dengan satu delegasi mujahidin Afghanistan yang datang untuk menunaikan ibadah haji. Segera beliau tertarik dengan kelompok ini dan ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai jihad Afghanistan.

Ketika dijabarkan kepadanya, beliau merasa inilah yang sejak lama beliau cari-cari. Beliau segera melepaskan jabatannya sebagai dosen di Universitas King Abdul-Aziz Jeddah Saudi Arabia, dan berangkat menuju Islamabad Pakistan agar dapat lebih dekat dengan jihad Afghanistan, dan di sanalah beliau mengenal pemimpin-pemimpin mujahidin. Saat-saat pertama berada di Pakistan, beliau ditunjuk untuk memberikan kuliah di International Islamic University di Islamabad. Namun tidak lama ini berlangsung, karena beliau memutuskan untuk meninggalkan universitas agar bisa mencurahkan seluruh waktu dan energinya untuk jihad di Afghanistan.

Pada permulaan dekade 1980-an, Syeikh Abdullah Azzam langsung turun ke medan jihad Afghanistan. Di jihad inilah beliau merasa puas bisa memenuhi kerinduan dan cinta yang tak terlukiskan untuk berjuang di jalan Allah SWT, persis seperti suatu kali Rasulullah SAW bersabda:

“Berdiri satu jam dalam pertempuran di jalan Allah SWT lebih baik daripada berdiri menunaikan shalat selama enam puluh tahun”

Terinspirasi oleh hadits ini, Syeikh Abdullah Azzam beserta keluarganya memutuskan pindah ke Pakistan agar lebih dekat dengan medan jihad. Tidak lama setelah itu beliau pindah lagi dari Islamabad ke Peshawar supaya bisa lebih dekat lagi dengan medan jihad dan syahid.

Di Peshawar, bersama dengan Usama bin Ladin yang juga teman dekatnya, Syeikh Abdullah Azzam mendirikan Baitul-Anshar (Mujahideen Service Bureu atau Kantor Pelayanan Mujahidin) dengan tujuan untuk menawarkan semua bantuan yang memungkinkan bagi jihad Afghanistan dan para mujahid dengan cara mengadakan dan me-manage berbagai proyek yang menunjang jihad. Kantor ini juga menerima dan melatih para sukarelawan (Foreign Mujahideen) yang berbondong-bondong datang ke Pakistan untuk ikut serta dalam jihad dan mengatur penempatan mereka di garis depan.

Dapat diduga, semua hal ini masih belum cukup memuaskan keinginan Syeikh Abdullah Azzam yang menggebu-gebu berjihad. Keinginan inilah yang akhirnya membawanya pergi ke garis depan. Di medan pertempuran Syeikh Abdullah Azzam mengambil peranan dengan sikap kesatria dalam perjuangan yang penuh dengan pengorbanan yang besar.

Di Afghanistan beliau jarang menetap di suatu tempat. Beliau selalu berkeliling ke seluruh pelosok negeri mengunjungi hampir seluruh propinsi dan wilayah seperti Logar, Kandahar, pegunungan Hindukush, lembah Panshir, Kabul dan Jalalabad. Dalam kunjungan ini, Syeikh Abdullah Azzam menyaksikan secara langsung kepahlawanan orang-orang awam yang telah mengorbankan segala apa yang dimiliki termasuk jiwa mereka demi jayannya Dien Islam.

Di Peshawar, setelah kembali dari berkeliling, Syeikh Abdullah Azzam selalu berbicara tentang jihad secara kontinyu. Beliau selalu berdoa agar para Komandan Mujahidin yang terpecah belah dapat bersatu padu. Beliau selalu mengundang orang-orang yang belum bergabung dalam pertempuran untuk memanggul senjata dan maju ke garis depan sebelum terlambat.

Abdullah Azzam sangat dipengaruhi oleh jihad Afghanistan dan beliaupun sangat besar pengaruhnya pada jihad ini, sejak beliau mengabdikan diri sepenuhnya dalam perjuangan. Beliau menjadi salah satu tokoh yang paling menonjol dan berpengaruh bersama dengan pemimpin-pemimpin bangsa Afghanistan lainnya. Beliau tidak tanggung-tanggung mempromosikan perjuangan Afghanistan ke seluruh dunia, khususnya ke kalangan Umat Islam. Beliau berkeliling dunia, menyampaikan panggilan kepada kaum muslimin untuk beraksi mempertahankan agama dan tanah muslim. Beliau menulis sejumlah buku tentang jihad, seperti Joint the Caravan, Signs of Ar-Rahman in the Jihad of the Afghan, Defence of the Muslim Lands and Lovers of the Paradise Maidens. Bahkan beliau turun langsung ke medan jihad Afghanistan, meskipun usia beliau telah lebih dari 40 tahun. Beliau menjelajahi Afghanistan, dari utara ke selatan, dari timur ke barat, menembus salju, mendaki pegunungan, di bawah panas terik matahari dan dingin membekukan tulang, dengan menunggang keledai maupun berjalan kaki. Banyak pemuda yang bersama beliau kelelahan, namun Syeikh Abdullah Azzam tidak.

Beliau mengubah pandangan umat Islam terhadap jihad di Afghanistan dan menjadikan jihad ini sebagai perjuangan yang Islami yang merupakan kewajiban seluruh umat Islam di dunia. Hasil dari usaha ini adalah jihad Afghanistan menjadi universal dimana umat Islam dari seluruh penjuru dunia turut serta. Para pejuang muslim dari seluruh penjuru dunia secara sukarela berdatangan ke Afghanistan untuk memenuhi kewajiban jihad dan membela saudara-saudara muslimin dan muslimah mereka yang tertindas.

Kehidupan Syeikh Abdullah Azzam berkisar hanya kepada satu tujuan, yakni menegakkan hukum Allah SWT di muka bumi ini, yang merupakan tanggung jawab yang pasti bagi setiap dan segenap umat muslim. Dalam rangka melaksanakan tugas suci dalam hidup ini yaitu menegakkan kembali Khilafah Islamiyah (negara yang berdasarkan pada hukum Islam), Syeikh Abdullah Azzam mengkonsentrasikan kepada jihad (perjuangan bersenjata untuk menegakkan Islam). Beliau berkeyakinan bahwa jihad wajib dilaksanakan sampai Khilafah Islamiyah ditegakkan sehingga cahaya Islam menerangi seluruh dunia.

Beliau juga menjaga dan memelihara keluarganya dengan semangat perjuangan yang sama, sehingga istrinya, sebagai contoh, aktif mengurus anak-anak yatim piatu dan aktif dalam berbagai tugas kemanusiaan di Afghanistan. Beliau menolak jabatan di beberapa universitas dengan menyatakan bahwa dirinya tidak akan pernah meninggalkan jihad kecuali jika gugur di medan perang atau terbunuh. Beliau selalu menekankan kembali bahwa tujuannya yang terakhir adalah membebaskan tanah suci Palestina. Dalam hal ini beliau menyatakan:

“Saya tidak akan meninggalkan tanah jihad kecuali karena tiga hal. Pertama saya terbunuh di Afghanistan, kedua saya terbunuh di Pakistan, ketiga saya diborgol dan diusir dari Pakistan.

Jihad Afghanistan telah membuat Abdullah Azzam menjadi penyangga utama dalam gerakan jihad di jaman modern sekarang. Dengan turun langsung dalam jihad ini dan dengan mempromosikannya serta menjelaskan kendala-kendala yang menghambat gerakan jihad, beliau memiliki peranan yang sangat berarti dalam meluruskan pendapat umat Islam tentang jihad dan perlunya menegakkan jihad. Beliau menjadi panutan bagi generasi muda yang menyambut panggilan jihad. Beliau amat mementingkan jihad dan butuh akan jihad. Sekali waktu beliau berkata:

“Saya merasa seolah-olah berumur sembilan tahun. Tujuh setengah tahun dalam jihad di Afghanistan dan satu setengah tahun dalam jihad di Palestina. Sisa tahun lainnya tidak berarti sama sekali”

Dari atas mimbar Syeikh Abdullah Azzam berulangkali menekankan keyakinannya:

“Jihad tidak boleh ditinggalkan sampai hanya Allah SWT saja yang disembah, jihad akan terus berlangsung sampai kalimat Allah SWT ditinggikan. Jihad sampai semua orang yang tertindas dibebaskan. Jihad untuk melindungi kehormatan kita dan merebut kembali tanah kita yang dirampas. Jihad adalah jalan untuk mencapai kejayaan abadi”

Sejarah dan semua orang yang mengenal dekat Syeikh Abdullah Azzam mencatat keberanian beliau dalam berbicara tentang kebenaran, dengan mengabaikan segala konsekuensi yang ada.

Setiap saat Syeikh Abdullah Azzam mengingatkan seluruh kaum muslimin bahwa:

“Ummat Islam tidak dapat dikalahkan oleh umat lainnya, kita umat Islam tidak akan dikalahkan oleh musuh-musuh kita, namun kita bisa dikalahkan oleh diri kita sendiri.”

Syeikh Abdullah Azzam adalah contoh seorang yang berperilaku Islami dengan baik, dengan amal shalehnya, dengan ketaqwaannya kepada Allah SWT dan dengan kesederhanaannya dalam segala hal. Beliau tidak pernah mencemari hubungan baiknya dengan orang lain. Syeikh Abdullah Azzam selalu mendengarkan pendapat para pemuda, beliau amat disegani dan tidak terbersit sedikitpun rasa takut di dalam hatinya. Beliau selalu berpuasa selang seling hari seperti yang dilakukan Nabi Daud ‘alaihi salam. Dan juga selalu menghimbau yang lainnya untuk berpuasa Senin dan Kamis. Syeikh Abdullah Azzam adalah orang yang selalu berterus terang, tulus, dan mulia. Beliau tidak pernah mencaci orang lain atau berbicara yang tidak baik mengenai orang lain.

Satu saat sekelompok muslim yang tidak puas di Peshawar mencap Syeikh Abdullah Azzam sebagai kafir dan menuduhnya meminta uang dari kaum muslimin untuk dihambur-hamburkan. Ketika Syeikh Abdullah Azzam mendengar hal ini, beliau tidak mencari dan mendebat mereka, malah mengirimi mereka berbagai hadiah. Namun kelompok tersebut tetap saja mencaci maki, mengumpat dan memfitnah beliau, dan beliau terus saja mengirimi mereka hadiah lainnya. Bertahun-tahun kemudian, ketika akhirnya menyadari kesalahan, mereka berkomentar:

“Demi Allah, kami belum pernah menemui seseorang seperti Syeikh Abdullah Azzam. Beliau tetap saja memberi kami uang walaupun kami selalu mengutuk dan mencaci beliau.”

Selama jihad Afghanistan berlangsung, beliau telah berhasil menyatukan berbagai kelompok mujahidin dalam jihad ini. Dan tentu saja kebanggaan beliau terhadap Islam menimbulkan rasa benci di kalangan musuh agama, sehingga musuh membuat rencana untuk menghabisi nyawa beliau. Pada November 1989, sejumlah bahan peledak TNT diletakkan di bahwa mimbar dimana beliau selalu menyampaikan khutbah Jumat. Demikian besarnya jumlah bahan peledak tersebut sehingga seandainya meledak akan menghancurkan seluruh masjid termasuk apa saja dan siapa saja yang ada di dalamnya. Ratusan muslimin dapat terbunuh. Namun Allah SWT memberikan perlindungan-Nya dan bom tersebut tidak meledak.

Musuh-musuhpun semakin berhasrat melaksanakan rencana gilanya. Mereka mencobanya sekali lagi di Peshawar, tidak lama berselang setelah kejadian tersebut. Ketika itulah Allah SWT berkehendak agar Syeikh Abdullah Azzam meninggalkan dunia ini dalam keadaan syahid menuju haribaaan-Nya (kita berharap demikian, Insya Allah SWT). Dan Syeikh Abdullah Azzam wafat dengan cara yang gemilang pada hari Jumat 24 November 1989 pukul 12.30 siang.

Musuh-musuh Allah SWT meletakkan tiga bom di jalan sempit dimana hanya bisa dilewati satu mobil saja. Jalan tersebut adalah jalan yang biasa dilalui oleh Syeikh Abdullah Azzam untuk menunaikan shalat Jumat. Pada hari Jumat itu Syeikh Abdullah Azzam bersama dengan dua anaknya, Ibrahim dan Muhammad, serta salah seorang anak Syuhada Syeikh Tamim Adnani (salah seorang pahlawan jihad Afghanistan lainnya), melalui jalan tersebut. Mobilpun berhenti dimana bom yang pertama berada, dan Syeikh Abdullah Azzam turun untuk meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Musuh-musuh yang sudah menanti segera memicu bom yang telah mereka persiapkan tersebut. Bunyi ledakan dahsyat mengguncang hebat terdengar di seluruh penjuru kota.

Orang-orang berhamburan keluar dari masjid dan menyaksikan pemandangan yang mengerikan. Hanya sedikit saja yang tersisa dari kendaraan yang hancur lebur. Tubuh anaknya yang kecil, Ibrahim, terlempar ke udara sejauh 100 meter, demikian pula kedua anak lainnya, beterbangan pada jarak yang hampir sama. Potongan-potongan tubuh mereka tersebar di pohon-pohon dan kawat-kawat listrik. Sementara tubuh As-Syahid Syeikh Abdullah Azzam tersandar di dinding, tetap utuh dan tidak cacat sama sekali, kecuali sedikit darah terlihat mengalir dari mulut beliau.

Ledakan itu telah mengakhiri perjalanan hidup Syeikh Abdullah Azzam di dunia yang telah beliau lalui dengan baik melalui perjuangan, daya upaya sepenuhnya dan pertempuran di jalan Allah SWT. Hal ini semakin menjamin kehidupannya yang sebenarnya dan abadi di Taman Surga – kita memohon kepada Allah SWT demikian – , dan menikmatinya bersama dengan teman-teman yang mulia yakni:

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya mereka ini akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah SWT, yaitu para Rasul, para Shiddiqiin, orang-orang yang mati Syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka inilah teman yang sebaik-baiknya”. (QS An-Nisaa’: 69)

Dengan cara seperti inilah pahlawan besar dan Penggerak Kebangkitan Islam meninggalkan medan jihad dan dunia ini, dan tidak akan pernah kembali lagi. Beliau dimakamkan di Makam para Syuhada Pabi di Peshawar Pakistan, dimana beliau bergabung bersama-sama dengan ratusan syuhada lainnya. Semoga Allah SWT menerima beliau sebagai syuhada dan menganugerahinya tempat tertinggi di surga (amin). Pertempuran yang telah beliau lalui dan telah beliau perjuangkan tetap berlanjut melawan musuh-musuh Islam. Tidak satupun tanah jihad di seluruh dunia, tidak seorang pun mujahidin yang berjuang di jalan Allah SWT yang tidak terinspirasi oleh hidup, ajaran, dan karya Syeikh Abdullah Azzam Rahmatullah ‘alaih.

Kita memohon kepada Allah SWT untuk menerima amal ibadah beliau dan menempatkan beliau di surga tertinggi. Kita memohon kepada Allah SWT untuk membangkitkan dari umat ini ulama-ulama lain sekaliber beliau, yang menerapkan pengetahuannya di medan perjuangan, bukan hanya menyimpannya di dalam buku dan di dalam masjid saja.

Melalui biografi ini, kami merekam kejadian-kejadian dalam sejarah Islam selama sepuluh tanun terakhir dari tahun 1979 hingga 1989, dan akan terus berlanjut sebagaimana Syeikh Abdullah Azzam berkata:

“Sesungguhnya sejarah Islam tidaklah ditulis melainkan dengan darah para syuhada, dengan kisah para syuhada, dengan teladan para syuhada”

“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah SWT dengan mulut mereka, dan Allah SWT tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai” (QS At-Taubah: 32-33)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar