PRO- T- IN ISLAM

KOMUNITAS PARA PEMBELA TAUHID

Senin, 07 Januari 2013

KADO UNTUK PARA MUJAHIDAH

PERSEMBAHAN

Kepada Ummu Kholid Al-Islambuli
Dan Ummu Muhammad bin ‘Abdullah ‘Azzam

Kepada wanita –wanita di pegunungan hindukush
Dan wanita-wanita di lembah kaukasus… …

Kepada putri-putri bumi Isro’ dan mi’roj
Dan putri-putri Sungai eufrat dan tighris… …

Kepada para Istri yang di tinggal Berjihad oleh suaminya… …

Kepada ibu-ibu yang berpisah dengan Anak-anaknya karena Jihad… …

Kepada Para Wanita Islam yang menjaga izzah dan kehormatannya… …

Kepada para Mujahidah dan Para Syahidah Ummat ini,
Yang telah menggoreskan kisah kepahlawanan mereka di gerbang pintu Jihad… …

KEPADA KALIAN SEMUA KAMI PERSEMBAHKAN
BUKU INI
Pendahuluan :

Segala puji bagi Allah Rob semesta alam. Sholawat serta salam untuk Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, keluarga dan para pengikut yang setia.
Para pembaca yang budiman…….
Buku ini sengaja kami sajikan kepada para Akhwat terkhusus kami hadiahkan kepada para istri dan ibu para Mujahid yang hari ini sedang di uji, diantara mereka ada yang suami dan anaknya telah syahid Insya Allah, ada yang di penjara dan ada yang masih dikejar-kejar oleh thoghut – la’natullah ‘alaihim -.
Sungguh isi buku ini bagaikan air embun yang menyejukkan kalbu, bagaikan hujan yang membasahi hati setelah lama kering. Buku ini kami berikan sebagai tanda kasih sayang kami kepada mereka semua, karena mereka telah mencampakan dunia di saat kebanyakan manusia malah memperebutkannya, kami berikan karena kesetian mereka kepada singa-singa Allah seraya tidak pernah mengeluh, kami berikan karena kami mengetahui betapa besarnya pengaruh para wanita muslimah itu diatas Jalan Jihad ini.
Walau buku ini belum sempurna, karena masih banyak lagi kisah kepahlawanan para Muslimah yang belum kami masukkan di sini. Tapi kami tetap berharap buku ini bermanfaat bagi kita semua, baik bagi para istri dan ibu mujahid yang sedang di uji ataupun para muslimah yang masih lajang yang siap menjadi pendamping para Mujahid dalam membina Bahtera keluarga.
Semoga Allah mencatat ini semua sebagai amal sholih. Amien ……….
[Al-Qa’idun Group]
Untaian Surat :

Sepucuk Surat
Buat Seorang Istri
Asy Syahid
“ Ibrahim Ar Royyisi “ rohimahullah

Saudariku …..
Apa kiranya yang layak untuk mengawali surat yang aku untaikan untukmu ? apakah aku akan memberimu madu ? apakah aku akan menghiburmu ? Tidak ….. sekali-kali tidak ….. aku tak akan mempersembahkan hiburan dan juga madu kepadamu …..Akan tetapi aku ingin mengungkapkan kata : “ Berbahagialah engkau ….. kemudian berbahagialah engkau …..benar, engkau adalah seorang istri mujahid sang pahlawan, yang telah mengangkat kemulianya pada hari dimana para lelaki menjadi hina. Beliau telah sampai ke medan jihad, pada hari batok kepala mereka diinjak-injak dipenjuru dunia. Maka berbahagialah engkau karena engkau akan mendapatkan syafaat dari as syahid – insya Allah -, karena ia dapat memberi syafaat tujuh puluh kerabatnya “.
Sementara engkau sendiri wahai saudariku ….. engkau seorang sosok wanita penyabar, yang telah setia mendampingi sang suami dalam menghadapi berbagai macam ujian dengan sabar sampai akhir hidupnya. Engkau selalu ridho kepada Robmu dan ridho kepada suamimu. Maka selamat berbahagia wahai saudariku dengan datangnya nikmat ini….. engkaulah yang telah dipilih oleh Allah diantara keluargamu, bahkan diantara kaum wanita sedunia untuk menjadi ranjang bagi seorang pemuda Islam yang telah menjual dunianya dengan akhirat, dan Allah memilihmu dengan diberi ujian ini. Yang semuanya jika tidak datang kepadamu dari suamimu maka itu semua cukup membuatmu dengan ujian itu menjadi suatu kebanggaan, dan menjadi pahala yang paling besar. Semoga Allah menetapkan bagimu kedudukan yang agung di dalam Jannah, yang tidak akan engkau dapatkan kecuali dengan amalmu dalam menghadapi besarnya musibah yang menimpamu. Maka pebaikilah selalu kesabaranmu dan pasrahkanlah dirimu hanya kepada Allah…..
Sesungguhnya orang-orang menyaksikan dirimu dengan pandangan marah ….. karena engkau adalah seorang istri yang mengusik pembaringan mereka, sementara mereka takut dengan perbuatan yang mereka lakukan. Mereka takut kalau sekiranya engkau menuntut balas akan perbuatan yang mereka lakukan terhadap suamimu, atau engkau didik anak-anakmu diwaktu kecil sepeninggal suamimu menjadi seperti bapaknya yang mulia dan gagah berani. Sungguh ! engkau telah membuat ketakutan mereka – musuh-musuh Allah -.
Angkatlah kepalamu tingi-tinggi dan katakanlah dengan lantang ….. “ Sesungguhnya aku adalah istri seorang mujahid yang suamiku selalu dituntut dan dikejar-kejar oleh orang-orang kafir budak Yahudi, mereka ingin membeli suamiku dengan menggadaikan budak-budak mereka, akan tetapi suamiku menolak untuk menjadi begundal mereka. Suamiku adalah seorang yang taat dalam beragama, selalu merendah diri. Hidup berdamping dengannya aku rasakan ketenangan dan kebahaiaan, hidup berdamping dengannya bisa menjadi seperti layaknya orang banyak, akan tetapi ia tinggalkan kemewahan itu sampai ia dewasa lalu ia nikah dan punya anak kemudian meninggal. Ia selesaikan keperluannya sepanjang masa, akan tetapi ia tidak tertipu dengan dunia yang hina itu. Beliau adalah orang yang bercita-cita tinggi, beliau angkat kemuliaan ummatnya , akan tetapi ia tidak pernah menampakkan namanya. Kehidupan beserta isinya semua tidak beliau hiraukan….. dan sungguh beliau telah menuju kepada kehidupan yang lain – yaitu akhirat -. Dikarenakan kenikmatan akhirat tidak akan pernah habis…… “.
Ya Allah ! rahmatilah beliau dan kumpulkanlah beliau dengan istrinya di dalam Jannah kelak…..

Saudariku …..
Semoga kesedihan yang telah menyetrika hatimu dengan berpisah dengan suamimu akan dimuliakan dan ditinggikan derajatnya disisi Allah. Semoga engkau menjadi contoh yang baik bagi kebanyakan orang, dan mudah-mudahan banyak akhwat yang mencontoh dirimu karena Allah. Kami berharap akan muncul para pemberani di negeri ini yang berbuat dengan anak-anak kami seperti yang telah dilakukan oleh suamimu. Berapa banyak para ibu yang patah hatinya, berapa banyak anak-anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, bahkan berapa banyak ibu yang dicegah untuk melihat anak-anaknya yang dipenjara dalam masa yang lama. Mereka tidak menginginkannya dapat melihat, karena pada saat itu anak-anaknya sedang dicambuk….. semuanya ini mereka lakukan dalam rangka mencari keridhoan musuh-musuh Allah dari orang Yahudi dan Salibis…..
Maka katakanlah dengan lantang wahai saudariku ….. “ Cukup Allah pelindung kami atas kalian wahai negara dzolim dan melampaui batas “.
Angkatlah kedua telapak tanganmu tinggi-tinggi dengan selalu berdoa tidak putus-putus, karena do’a orang yang terdzolimi itu tidak ada pembatas antara dia dengan Allah. Dan janganlah kamu merasa putus asa dengan rahmat Allah dan jangan putus asa khawatir tidak dikabulkan permintaan.
Sebelum saya akhiri risalah ini, aku ingin membisikkan di kedua telingamu kabar gembira yang agung ….. “ Bergembiralah wahai saudariku, sesungguhnya suamimu telah menyibakkan kegelapan dunia, dan menjadikan malam menjadi terang benderang….. sebantar lagi engkau akan menghapus derita kami, dan derita ummat kami yang terluka. Dan sebentar lagi kita akan dapat mengusir orang-orang kafir dari bumi kita dan kita bunuh mereka dengan pembunuhan yang menghinakan mereka. Dan sebentar lagi kita akan dapat menunaikan sholat di Masjidil Aqsho – insya Allah – “.

Saudarimu Fillah :

( Khonsa’ )

Disadur dari majalah Shoutul Jihad,
edisi ke-tujuh, Dzul Hijjah 1424 H.

Instropeksi:

Kepada Mujahidah
yang sedang diuji
dengan kepergian suaminya

Dia keluar dari rumahnya dan pulang ke rumah keluarganya dengan menangis dan mengadukan permasalahannya.
Belum genap dua tahun dia meninggalkan rumah keluarganya bersama suaminya, dan pada hari ini dia kembali lagi. Dia kembali dengan membawa bayinya yang masih kecil. Semua yang dia miliki dia bawa pulang…
Tahukah anda ke mana suaminya? Dan kenapa dia meninggalkannya? Apakah dia menceraikannya?
Ketika ditanya dia menjawab; “Dia telah berpamitan untuk selamanya, dia mengatakan mau keluar untuk berjihad di jalan Alloh.”
Duh…. seandainya dia mau berjihad di negeri yang jauh … Dia mau berjihad di sini .. Di dalam negeri ini…
Keluarga dan kerabatnya pun ribut dan mengatakan: “Gila …bodoh… sinting …dst.”
Bagaimana dia tinggalkan keluarganya? Jika dia belum menikah itu lebih baik baginya.. bagaimana dia rela istrinya menjanda? Dan bagaimana dia rela anaknya menjadi yatim? Bagaimana dia bisa meninggalkan pekerjaannya? Sedangkan dia berkeinginan untuk menekuninya… sesungguhnya dia bisa beramal dibidang dakwah dan dapat membela agama Alloh jika dia memang sungguh-sungguh. Dia bisa ikut bekerja untuk membuat majalah yang bertujuan untuk berjihad, bukankah jihad itu juga bisa dengan pena..
Temannya mengatakan: “Aku tahu apa yang mendorong dia untuk meninggalkanmu. Kamu tidak bisa berbuat baik dan berdandan di hadapannya… Seandainya kamu bisa melakukan hal itu dengan baik pasti dia tidak akan meninggalkanmu.
Dan saudara perempuannya mengatakan: “Aku telah ingatkan kamu agar jangan menikah dengan pemuda semacam dia ini. Mereka itu tidak bertanggung jawab… dan tidak mampu mengendalikan semangatnya.
Wahai saudariku… Jangan kau hiraukan manusia-manusia itu. …Teguhkanlah pendirianmu sesungguhnya kamu diatas kebenaran….. Sungguh suamimu telah keluar untuk berjihad … dia pergi bukan karena tidak mencintaimu…Tapi dia pergi untuk melaksanakan perintah Alloh dan kamu akan ikut menuai pahalanya jika kamu bersabar dan ikhlas. Jangan terpedaya dengan sedikitnya orang yang menempuh jalan ini. Sungguh itulah keterasingan dikatakan oleh rosululloh saw., :
طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Sungguh orang-orang asing itu akan mendapatkan Thuba (sebuah pohon di syurga).”
Sungguh apa yang telah kamu dengar itu sangat sedikit jika dibanding dengan apa yang menimpa Rosululloh Shollallahu 'alaihi wa sallam, istri-istrinya dan anak-anaknya. Sungguh Rosululloh Shollallahu 'alaihi wa sallam, berhijroh dan beliau tinggalkan anak-anaknya di Makkah. Dan begitu pula Abu Bakar Ash-Shiddiq. Sesungguhnya itu semua adalah demi Dienul Islam yang hanya untuk itulah kita diciptakan. Dan semuanya jika untuk Dienul Islam menjadi ringan.
Dan janganlah kamu terpengaruh dengan seorang syaikh yang berceramah di televisi dan mengatakan: “Jihad itu adalah bencana …” Sesungguhnya bencana itu jika kamu mengikuti keinginan pemerintah.. Jangan sekali-kali kamu terkecoh dengan para syaikh itu. Alloh berfirman:

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي اْلأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ
“ Jika kamu mentaati kebanyakan orang di muka bumi ini pasti mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh. Mereka itu hanyalah mengikuti prasangka belaka “. (QS. Al An’am : 116).
Apakah kamu melihat mereka mengatakan sesuai dengan Agama Alloh.? Ataukah kamu melihat mereka bertoleransi dengan pemerintah?
Jika kamu mengatakan : ” Suamiku akan meninggalkanku selamanya…” Perkataanmu ini tidaklah benar, tidak….tidak selamanya… besok kamu akan berjumpa dengannya di Syurga kelak jika kamu tetap teguh pendirian.
Dan kamu juga tahu bahwa tidak ada seorang pun kecuali pasti berpisah dengan kekasihnya, namun Alloh mempercepat perpisahanmu dengan suamimu. Dan Alloh telah tetapkan sebagian manusia sebentar dalam bersenang-senang dengan kekasih mereka lalu akhirnya mereka berpisah… Temanmu itu pasti juga akan berpisah dengannya yang dia kira dia tidak akan meninggalkannya karena dia mencintainya.. Pasti dia akan meninggalkannya meskipun dia tidak suka… dia pasti mati… atau temanmu itu akan mati terlebih dahulu lalu suaminya menikah lagi dan melupakannya.
Ini semua adalah hukum alam, pasti semuanya itu akan berakhir… Adapun di akherat, di sanalah kehidupan kekal itu…kekal dan tidak akan berakhir…. Maka tutuplah matamu dari ujian yang menimpamu di dunia ini, betapapun beratnya dan beramallah… bersungguh-sungguhlah dalam beramal… sampai kamu berjumpa dengan Robbmu dalam keadaan ridlo kepadamu.. supaya kamu dapat berjumpa dengan orang-orang yang kamu cintai disana… kedua orang tuamu…suamimu… saudara-saudaramu.

Disadur dari majalah Shoutul Jihad,
edisi ke-Sembilan, Dzul Hijjah 1424 H.

Suri Tauladan :

Ummu Hamzah
(Khonsya Abad Ini)

Segala puji bagi Alloh robb semesta alam, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi dan rosul yang paling mulia. Amma ba’du:
Adapun menjawab pertanyaan tentang Ummu Hamzah [semoga Alloh memberikan rahmat yang luas kepadanya, menempatkannya di dalam syurgaNya yang luas, dan semoga Alloh mengumpulkan saya bersamanya di syurga ‘Adn di sisi Allah Raja Yang Maha Kuasa] Sungguh menjadikan air mata akan berlinang dan hati akan pilu atas kepergian orang-orang yang dicintai. Dan sungguh kami rela menerima ketentuan Alloh baik yang pahit maupun yang manis.
Kata-kata ini kutuliskan untuk mengkisahkan sejarah seorang wanita yang agung, supaya dapat menjadi tauladan bagi kaum wanita pada zaman ini. Kutuliskan sejarahnya supaya musuh-musuh Alloh tahu bahwasanya ada wanita yang tegar di atas jalan kebenaran, yang tidak terpengaruh oleh tipudaya musuh. Saya tulis sejarah ini supaya kaum laki-laki betul-betul mengetahui bahwa ada wanita yang tidak bersikap pengecut dan tidak enggan untuk beramal dengan sungguh-sungguh.

Ummu Hamzah dan harta

Ummu Hamzah menginfaqkan semua apa yang dia miliki berupa emas dan harta pada pintu-pintu kebaikan, dalam rangka membela kaum muslimin yang tertindas.
Ketika Ummu Hamzah mengetahui ada sebuah program yang baik yaitu pertemuan mingguan di sebuah Villa yang diadakan oleh seorang da’i atau seorang santri dia sampaikan ceramah di villa tersebut, Ummu Hamzah tahu bahwa villa tersebut membutuhkan mesin pembangkit listrik, maka Ummu Hamzah pun menjual emas yang dia miliki untuk membeli mesin pembangkit listrik supaya Alloh menyebut namanya di dalam majlis itu. Dan ketika Ummu Hamzah mengetahui bahwa mujahidin membutuhkan harta, ia serahkan semua hartanya untuk membela mujahidin dan dia mengumpulkan sumbangan dari wanita-wanita kerabatnya dan wanita-wanita yang baik.
Ya Alloh, alangkah baiknya engkau wahai Ummu Hamzah. Sungguh ia wafat sedangkan dia tidak memiliki emas kecuali dua cincin, setahu saya.

Ummu Hamzah dan pembelaannya terhadap mujahidin

Ummu Hamzah telah memberikan tempat tinggal kepada mujahidin, ketika kaum laki-laki ketakutan dan mereka enggan menolong saudara-saudara mereka. Dia telah menyediakan tempat untuk mujahidin di rumahnya bersama suaminya, dan dia memasakkan dan mencucikan dan dia tidak pernah merasa malas, akan tetapi dia sabar dan mengharapkan pahala disisi Alloh dalam melakukan itu semua. Ya Alloh alangkah baiknya engkau wahai Ummu Hamzah.

Ummu Hamzah dan hijroh

Ketika Ummu Hamzah mulai memahami benar bahwa penguasa Nejd dan Hijaz (Saudi) adalah thoghut yang murtad dari agama Islam, ia mengkafirkan penguasa tersebut, berbaro’ dari mereka dan membenci mereka, dan meminta kepadaku untuk berhijroh ke Afghanistan, yang disana terdapat pemerintah Islam Tholiban namun aku menolaknya karena aku belum jelas betul tentang keadaan Tholiban yang ketika itu tahun 1420 H.

Keadaannya di rumahnya.

Dia adalah wanita yang taat kepada suaminya. Pernah satu tahun dia tidak pernah meminta sesuatu pun dari pasar. Dia sangat jarang keluar rumah. Dia tidak mengunjungi keluarganya kecuali sebulan sekali. Dia selalu mengulang-ulang ayat:
وَ قَرْنَ فِيْ بُيُوتِكُنَّ

“Dan tetaplah kalian tinggal di rumah-rumah kalian.” (QS. Al Ahzab : 33).

Dia mengatakan: “Sesungguhnya wanita itu jika dia banyak keluar rumah berarti dia tidak melaksanakan ayat tersebut “. Dia tidak pergi mengikuti pertemuan-pertemuan umum dan pesta-pesta karena pada tempat-tempat tersebut banyak terjadi kemaksiyatan dan banyak wanita berhias.
Wahai Ummu Hamzah, sungguh sangat sedikit wanita yang sepertimu. Dia kadang pergi mengikuti dauroh (training) wanita untuk ikut mendengarkan ceramah.

Ummu Hamzah dan kelantangannya dalam menyampaikan kebenaran.

Ummu Hamzah dengan lantang menyampaikan ajaran agama dan kebenaran ketika para ulama’ diam. Dia menyebarkan buku-buku agama ketika kaum laki-laki mulai pengecut. Dan di antara buku-buku yang dia sebarkan adalah buku Syaikh kita Abu Muhammad Al-Maqdisi yang berjudul Al-Kawasyif Al-Jaliyah (Buku yang menyingkap kekafiran negara Saudi), Millah Ibrohim dan Imta’un Nadz-ri Fii Kasyfi Murji’atil ‘Ash-ri.

Ummu Hamzah dan mati syahid fii sabiilillah

Dia sangat bahagia ketika mendengar sebuah amaliyah istisyhadiyah yang dilakukan oleh seorang wanita, baik di Palestina maupun di Cechnya. Dan demi Alloh dia menangis dan ingin untuk melakukan amaliyah istisyhadiyah melawan kaum salibis di Jazirah Arab.
Ya Alloh alangkan baiknya engkau wahai Ummu Hamzah

Ummu Hamzah pada saat-saat menjelang kematiannya.

Kira-kira sepuluh hari sebelum meninggalnya dia menulis ayat-ayat Al-Qur’an pada sebuah pisau, seolah-olah dia mengatakan: “Pisau… pisau…”
Dia menulisnya pada secarik kertas dan diletakkannya di dekat kepalanya, dan saya tidak memperhatikan ayat-ayat tersebut kecuali setelah kematiannya.
Dia melihat ke atas dan mengatakan kepada keluarganya sebelum kematiannya: “Sungguh aku melihat (Surga) ‘Illiyyiin.” Dan dia juga mengatakan sedangkan dia melihat ke langit dan tersenyum: “Saya melihat tempat tinggalku di Firdaus yang paling tinggi.” Dan dia mengatakan kepada ibunya: “Jangan bersedih, saya akan melihatmu di syurga.” Dan di antara yang terakhir dia katakan adalah: “Bejihadlah kalian melawan orang-orang kafir.” Lalu dia mengucapkan syahadat kemudian keluarlah ruhnya menuju penciptanya dalam keadaan tersenyum berseri-seri.
Semoga Alloh merahmatimu dan mengampunimu wahai Ummu Hamzah. Alangkah baiknya kehidupanmu dan alangkah baiknya kematianmu. Ya Alloh sungguh aku ridlo kepadanya maka ridloilah dia wahai Yang Maha Penyayang.”
Ayat-ayat yang ditulis oleh Ummu Hamzah dalam kertas sebelum meninggal :

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ ءَايَةَ مُلْكِهِ أَن يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِّمَّا تَرَكَ ءَالُ مُوسَى وَءَالُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلاَئِكَةُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَةً لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“ Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketengan dari Rabbmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman “. (QS. Al-Baqoroh:248)

ثُمَّ أَنزَلَ اللهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنزَلَ جُنُودًا لَّمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذَلِكَ جَزَآءُ الْكَافِرِينَ

“ Kemudian Allah memberi ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada oang-orang yang beriman, dan Allah telah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikian pembalasan kepada orang-orang yang kafir “. (QS. At-Taubah:26)

فَأَنزَلَ اللهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita". Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana “. (QS. At-Taubah:40)

هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَّعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

“ Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu'min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana “, (QS. Al-FAth:4)

لَّقَدْ رَضِىَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَافِي قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ السَّكِينَة عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

“ Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya) “. (QS. Al-Fath:18)

Suri Tauladan :

SHOHIBATUS SYAKKAL
Si-Pemilik Ikalan Rambut Pelana Kuda
( Tauladan Ibu Sholihah )

Di kota Rosulullah shollallhu ‘alaihi wasallam (Madinah Munawwaroh) hiduplah seorang lelaki yang bernama “ ABU QUDAMAH AS SYAAMI “. Allah telah memberikan rasa cinta mendalam kepadanya terhadap Jihad fie sabilillah dan berperang di negeri Romawi.
Suatu hari beliau sedang duduk-duduk sambil bercengkrama di Masjid Rosulullah shollallhu ‘alaihi wasallam (Masjid Nabawi) bersama teman-temannya. Teman-temannya berkata kepada beliau : “ Ceritakanlah kepada kami kejadian yang paling mengagumkan yang pernah engkau lihat di medan jihad ! “. Abu Qudamah berkata : “ Baiklah ”.
Aku pernah masuk kota RIQQOH untuk membeli onta yang akan saya gunakan membawa senjata.
Suatu hari ketika aku sedang duduk-duduk datanglah kepadaku seorang perempuan, lalu ia berkata kepadaku : “ Wahai Abu Qudamah ! Aku telah mendengar tentang dirimu bahwa kamu suka bercerita tentang jihad dan senang menghasung (orang) untuk berjihad. Aku telah diberi Allah rambut yang tidak dimiliki oleh wanita selainku. Rambut itu telah aku anyam dan ikal menjadi tali pelana kuda dan aku lumuri ikalan itu dengan debu biar tidak tampak oleh orang (kalau itu ikalan rambut) dan aku sangat senang kalau kamu mau mengambilnya. Maka jika engkau telah sampai di negeri orang kafir dan para pahlawan dan pemanah telah melepaskan anak panahnya, pedang telah dihunus dan tombak telah disiapkan maka Jika kamu membutuhkannya maka ambillah, jika tidak maka berikanlah ini kepada orang lain yang membutuhkannya agar rambutku bisa ikut serta dan terkena debu fie sabilillah. Aku adalah seorang janda. Suamiku dan kerabatku telah terbunuh fie sabilillah (peperangan), seandainya jihad diwajibkan atasku sungguh aku berangkat berjihad dan ikalan rambut ini aku bawa sendiri.
Wanita itu berkata : “ Perlu kamu ketahui wahai Abu Qudamah ! Bahwa ketika suamiku syahid, beliau meninggalkan anak, anak itu termasuk remaja yang baik, ia telah mempelajari Al Qur’an, lihai mengendarai kuda, lihai memanah, ia selalu Qiyamullail di malam hari dan shoum disiang hari sementara umurnya baru 15 tahun. Ia tidak tahu ketika ditinggal syahid ayahnya, semoga ia mendatangimu sebelum engkau berangkat (ke medan perang). Aku persembahkan (anakku) bersamamu sebagai hadiah kepada Allah ‘Azza Wa Jalla. Dan aku minta kepadamu dengan kemuliaan Islam, janganlah engkau tolak usahaku untuk mendapatkan pahala”.
(Kata Abu Qudamah) : “ Maka ikalan rambut itu aku ambil darinya”. Wanita itu berkata : “ Pasangkan (ikalan rambutku itu) pada kendaraanmu biar aku dapat melihatnya dan hatiku menjadi tenang ”. Maka ikalan rambut itu aku pasangkan pada kendaraanku dan aku keluar dari ARRIQQOH. Aku keluar bersama teman-temanku.
Ketika kami telah sampai di samping benteng Maslamah bin Abdul Malik ( di Paris), tiba-tiba dari belakang ada yang menyeruku : “ Wahai Abu Qudamah ! Berhentilah sebentar untukku – semoga Allah merahmatimu – “. Maka akupun berhenti dan aku katakan kepada teman-temanku : “ Majulah kalian agar aku dapat melihat (orang yang menyeruku). Tiba-tiba ada seorang yang menunggang kuda berada di dekatku “. (Orang yang menyeru tadi) berkata : “ Segala puji bagi Allah yang tidak menghalangiku untuk bergabung denganmu (dan semoga engkau) tidak menolakku (untuk bergabung)”. Aku (Abu Qudamah) berkata kepada anak itu : “ Tengadahkanlah mukamu kepadaku, jika engkau sesuai maka aku ikutkan berangkat berperang, jika tidak sesuai maka aku tolak engkau untuk ikut serta. Maka iapun menengadahkan mukanya, ternyata ia adalah anak yang baik, seakan-akan wajahnya seperti rembulan pada malam Badar dan terpancar dari mukanya pengaruh kenikmatan (bekas sujud).
Aku katakan kepada anak itu : “ Apakah kamu masih mempunyai ayah ? Tidak (jawab anak itu). Aku ingin keluar bersamamu untuk mencari jejak ayahku, karena beliau telah syahid. Semoga Allah menganugerahkan kepadaku syahadah (mati syahid) sebagaimana yang dianugerahkan kepada ayahku ”. Aku tanyakan lagi kepada anak itu : “ Apakah kamu masih mempunyai ummi (ibu) ? Anak itu menjawab : “ Ya “. Aku katakan kepadanya : “ Kembalilah kepada ummimu, (mintalah izin kepadanya), jika ia mengizinkanmu (maka aku akan menyertakan kamu pada perang ini), dan jika ia tidak mengizinkanmu maka dampingilah ibumu, karena ketaatanmu padanya lebih utama dari pada jihad (ketika fardhu Kifayah), karena Jannah itu berada di bawah kilatan pedang dan Jannah juga berada di bawah telapak kaki ibu”. Anak itu berkata : “ Wahai Abu Qudamah ! Tidakkah kamu mengenalku ? “ Aku jawab : “ Tidak “. Anak itu berkata : “ Aku adalah putra seorang wanita yang telah menitipkan (sesuatu kepadamu). Bukannya aku tergesa-gesa, aku tidak akan melupakan wasiat ummiku si pemilik ikalan rambut itu. Dan aku insya Allah Syahid ibnu Syahid, aku minta kepadamu karena Allah (untuk mengikut sertakan aku dalam jihad ini). Jangan kau larang aku untuk ikut sarta berperang (jihad) bersamamu fie sabilillah. Aku telah hafal Al Qur’an, mengerti sunnah Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, aku ahli menunggang kuda, aku ahli memanah, dan tidak ada remaja sebayaku yang lebih lihai dalam mengendarai kuda dariku, maka janganlah kamu meremehkanku karena aku masih kecil. Karena ibuku telah bersumpah agar aku tidak kembali pulang. Ibuku berkata kepadaku : “ Jikalau kamu bertemu dengan musuh maka janganlah kamu mundur, berikanlah dirimu untuk Allah dan mintalah untuk didekatkan dengan Allah dan didekatkan dengan ayahmu dan didekatkan dengan teman-temanmu yang sholih di dalam Jannah. Jikalau kamu telah diberi syahadah (mati syahid) maka berilah aku syafaat karena syafaatmu akan sampai kepadaku. Dan sesungguhnya orang yang mati syahid itu dapat memberi syafaat 70 keluarganya dan 70 tetangganya “. Kemudian aku didekap oleh ibuku dan ia tengadahkan mukanya ke langit sambil berkata : “ Ya Ilahy, Tuanku, Pelindungku ! Ini adalah anakku, buah hatiku, penyejuk kalbuku, ia telah aku persembahkan untukmu, maka dekatkanlah ia dengan ayahnya”.
(Abu Qudamah berkata) ketika aku mendengar perkataan anak itu aku menangis dengan tangisan keras karena melihat kebaikannya, masa remajanya yang baik, dan karena melihat kasih sayang hati ibunya dan kagum akan kesabaran ibunya.
Anak itu berkata : “ Wahai paman ! Mengapa engkau menangis ? Jika yang menyebabkan paman menangis itu karena aku masih kecil, maka sesungguhnya Allah akan mengadzab anak yang lebih kecil dariku jika ia durhaka”. Aku (Abu Qudamah) berkata : “ Aku menangis bukanlah karena melihatmu masih kecil, akan tetapi aku menangis karena (melihat) hati ibumu (yang mulia) dan bagaimana (perasaannya) setelah kamu pergi (syahid) nanti”. (Akhirnya) kamipun melanjutkan perjalanan sampai malam hari.
Ketika dipagi harinya, kami berjalan kembali dan (kami melihat) anak itu tidak henti-hentinya dari dzikir kepada Allah. Aku amati dia ternyata dia lebih hebat dalam mengendarai kuda dari kami dan jika kami berhenti maka ia selalu melayani kami. Ketika dalam perjalanan ia selalu menguatkan azamnya dan meningkatkan semangatnya dan selalu membersihkan niatnya dan selalu menampakkan tanda senang (tidak manja kepada kami). Kami tidak berhenti sampai kami sampai negri orang-orang musyrik pada waktu tenggelamnya matahari, maka kami semua turun dan anak itu langsung memasakkan makanan untuk kami buat buka puasa karena kami semua shiyam.
(Setelah membereskan pekerjaannya) ia merasakan kantuk yang sangat, akhirnya dia tidur lama sekali. Ditengah-tengah tidurnya aku melihat ia sedang tertawa simpul (tertawa terseyum). Lalu aku berkata kepada teman-teman : “ Apakah kalian tidak melihatnya terseyum dalam tidurnya ? ”. Maka ketika ia bangun aku tanyakan kepadanya : “ Wahai anakku ! Aku tadi melihatmu tersenyum ketika kamu sedang tidur ”. Anak itu berkata : “ Aku tadi mimpi dan melihat sesuatu yang mengherankanku sehingga aku tertawa simpul (senyum) “. Aku bertanya kepadanya : “ Apa itu ? “. Anak itu menerangkan : “ Aku merasakan berada di sebuah taman hijau yang indah, ketika aku sedang berjalan aku melihat istana yang terbuat dari perak dan atapnya dari intan dan permata, pintu-pintunya terbuat dari emas dan para bidadari menyibakkan satir dan aku dapat melihat wajahnya bagaikan rembulan. Ketika bidadari itu melihatku mereka berkata : “ Marhaban (selamat datang), maka aku pun ingin memegang tangan salah satu diantara mereka. Mereka berkata kepadaku : “ Jangan tergesa-gesa aku bukanlah untukmu. Aku mendengar sebagian mereka berkata kepada yang lainnya : “ Ini adalah suami Al Mardhiyyah “. Mereka berkata : “ Majulah – Semoga Allah merahmatimu - ! ”. Maka akupun maju ke depan, maka ketika itu aku melihat Istana yang diatasnya ada sebuah kamar yang terbuat dari emas yang berwarna merah, di dalamnya terdapat dipan dari permadani hijau, tiangnya dari perak di atasnya ada seorang bidadari yang mukanya seperti matahari. Jikalau Allah tidak meneguhkan penglihatanku sunguh aku akan buta dan hilanglah akalku (Gila) karena melihat indahnya kamar dan cantiknya wajah bidadari itu. Ketika bidadari itu melihatku ia berkata : “ Marhaban, ahlan wa sahlan (selamat datang) wahai kekasih Allah, engkau adalah untukku (calon suamiku) dan aku adalah untukmu (calon istrimu), maka pada saat itu aku ingin memeluknya ke dadaku. Ia berkata : “ Sebentar lagi, jangan tergesa-gesa (wahai kekasihku), sesungguhnya engkau sangatlah jauh dengan kehinaan, sesungguhnya waktu yang dijanjikan (bertemu) antara aku dan kamu adalah besok setelah sholat dhuhur, maka bergembiralah “. Abu Qudamah berkata : “ Aku katakan pada anak itu : “ Sungguh kamu bermimpi baik dan kebaikan itu akan terjadi “. Maka sepanjang malam kamipun terkagum-kagum dengan mimpi anak itu.
Ketika pagi hari tiba kami bergegas memacu kuda kami. Maka ada seorang penyeru yang memanggil kami : “ Wahai Kuda Allah melajulah dan dengan Jannah bergembiralah ! Berangkatlah berperang baik dengan perasaan ringan maupun berat dan berjihadlah ! “. Maka dalam waktu sekejap saja ternyata tentara kafir – semoga Allah menghinakannya - telah menghadang kami dan menyebar seperti belalang yang bertebaran. Maka orang yang pertama kali menyerang musuh dari kami adalah anak itu. Ia yang membelah pasukan kafir dan memporak-porandakan barisan mereka dan menceburkan diri ke tengah-tengah pasukan kafir. Iapun telah membunuh banyak tentara musuh dan membunuh pula pahlawan-pahlawannya. Ketika aku melihatnya dalam keadaan seperti itu aku tarik pelana kudanya dan aku katakan kepadanya : “ Wahai anakku ! Mundurlah, karena kamu masih kecil dan tidak mengerti tipu daya perang !”. Ia menjawab : “ Wahai pamanku ! Apakah kamu belum pernah mendengar firman Allah (yang artinya) : “ Wahai orang-orang yang beriman ! jikalau kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka janganlah kamu lari ke belakang “. (QS. Al-Anfal : 15) Apakah kamu ingin aku masuk ke dalam neraka ?. Disela-sela anak itu berbicara kepadaku tiba-tiba orang-orang musyrik menyerang kami dengan serempak. Mereka bergerak diantara aku dan anak itu mereka menghalangiku dari anak itu, sementara para (mujahidin) telah sibuk dengan diri masing-masing. (Dalam peperangan) terbunuhlah banyak dari kaum muslimin. Maka ketika semuanya telah berpisah (antara musuh dan mujahidin), ternyata yang terbunuh sangat banyak dan tidak dapat terhitung. Maka aku berjalan meneliti dengan menunggang kudaku, sementara darah mengalir membasahi bumi . Muka (para syuhada) tidak dapat dikenali dikarenakan banyaknya debu yang menempel dan darah yang mengalir (melumuri tubuh mereka). Disela-sela aku berjalan diantara yang terbunuh, ketika itu aku (melihat) anak tersebut berada di bawah tapal kuda yang telah tertumpuki debu dan dia sedang berlumuran darah. Dia berkata : “ Wahai kaum muslimin ! Demi Allah datangkanlah kepadaku paman Abu Qudamah”. Maka aku hampiri dia. Ketika aku mendengar rintihannya aku tidak dapat mengenali wajahnya dikarenakan berlumuran darah dan penuh dengan debu dan terinjak-injak oleh binatang. Aku katakan kepadanya : “ Aku adalah Abu Qudamah “. Ia berkata : “ Wahai paman ! Sungguh benarlah mimpiku, demi Rob Pemilik Ka’bah aku adalah anak pemilik ikalan rambut itu”. Ketika (kejadian itu) aku sangat gelisah dan aku ciumi dia diantara kedua matanya dan aku usap debu dan darah yang menempel di (mukanya) yang tampan. Aku katakan kepadanya : “ Wahai anakku ! Jangan kau lupakan pamanmu Abu Qudamah dalam syafaatmu di Jannah kelak “. Dia menjawab : “ Orang sepertimu tak mungkin akan dapat terlupakan. Janganlah kau usap wajahku dengan pakaianmu, sungguh pakaianku lebih berhak untuk mengusap dari pakaianmu. Biarlah engkau usap dengan pakaianku biar dia berjumpa dengan Allah Ta’ala (dengan debu dan darahku). Wahai pamanku ! Sesunguhnya para bidadari yang telah aku ceritakan kepadamu telah berdiri di atas kepalaku menunggu (keluarnya) ruhku. Dia (bidadari) mengatakan kepadaku : “ Segeralah keluar karena aku sudah sangat rindu ingin berjumpa denganmu”. Wahai pamanku ! Jikalau engkau dapat kembali dengan selamat maka bawalah pakaianku yang bersimbah darah kepada ibuku yang sedang dirundung duka dan kesedihan dan sampaikan salamku kepadanya agar dia tahu bahwa aku tidak menyia-nyiakan wasiatnya dan aku tidak menjadi pengecut ketika bertemu orang-orang musyrik dan sampaikanlah salamku kepadanya. Katakanlah kepadanya bahwa hadiah yang telah ia persembahkan (untuk Allah) telah diterima-Nya. Wahai pamanku ! Aku juga mempunyai seorang adik perempuan yang umurnya baru 10 tahun, setiap aku masuk rumah ia selalu menyambutku dan menyalamiku, ketika aku keluar (pergi) ia menitipkan (pesan) kepadaku , ia berkata : “ Wahai kakakku ! Demi Allah jangan melalaikan kami “. Maka jika engkau berjumpa dengannya sampaikan salamku kepadanya dan katakan kepadanya : “ Kakakmu memesankan kepadamu : “ Allah adalah penggantiku yang menjagamu sampai hari kiamat”, kemudian ia (kakak) tersenyum sambil mengucapkan ASYHADU ANLA ILAHA ILLALLAH (Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah) tiada sekutu bagi-Nya, dan ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WAROSULULLUHU (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya). Ini adalah yang telah Allah dan Rosul-Nya janjikan kepada kita dan benarlah janji Allah dan Rosul-Nya. Lalu keluarlah ruhnya. Maka kami kafani dia dengan pakaiannya – semoga Alloh meridloinya -.
Ketika kami pulang dari peperangan dan masuk daerah Ar-Riqqoh, tiada keinginan yang paling kuat dalam benakku kecuali (mendatangi) rumah ibu anak itu. (Aku dapati) seorang perempuan yang mirip mukanya dalam kecantikan dan kebagusannya, ia sedang berdiri di depan pintu rumah, dan ia tanya setiap orang yang lewat di depannya: “ Wahai paman dari manakah engkau ? Dari berperang (jawab orang yang ditanya). Ia bertanya lagi : “ Apakah kakakku pulang bersama kalian ? “. Tidak tau (jawab orang yang ditanya). Ketika aku mendengarnya aku datangi dia dan dia bertanya kepadaku : “ Wahai paman ! Dari manakah engkau ? “. Aku jawab : “ Dari berperang “. Kemudian adik itu menangis dan berkata : “ Aku tak peduli apakah mereka pulang bersama kakakku, sungguh aku telah mendapatkan pelajaran “. Lalu aku berkata kepadanya : “ Wahai anak perempuan ! Katakanlah kepada pemilik rumah ini bahwa Abu Qudamah ada di depan pintu “. Maka keluarlah perempuan (pemilik rumah) ketika mendengar suaraku. Maka berubahlah (roman mukanya). Aku salami dia dan diapun menjawab salamku. Dia berkata : “ Apakah kedatanganmu membawa kabar gembira ataukah kabar sedih ? “. Aku bertanya : “ Terangkanlah kepadaku maksud kabar gembira dan kabar sedih – semoga Allah merahmatimu - ! “ Ia menjawab : “ Jikalau anakkku pulang bersamamu dalam keadaan selamat maka itu kabar menyedihkan bagiku, dan jikalau anakku terbunuh fie sabilillah (Syahid) berarti kamu membawa kabar gembira “. Aku katakan kepadanya : “ Bergembiralah karena hadiahmu telah diterima (Allah) “. Maka ia menangis dan berkata : “ Segala puji bagi Allah yang telah menjadikannya sebagai simpanan besok pada hari kiamat”. Aku tanyakan kepadanya : “ Apa yang dilakukan oleh adiknya itu ? “. Jawab ibu itu : “ Dialah yang telah berbincang-bincang denganmu tadi “. Maka anak itu mendekatiku, dan aku katakan kepadanya : “ Kakakmu menitipkan salam buatmu dan dia mengatakan : “ Allah adalah penggantiku yang menjagamu sampai hari kiamat ”. Maka berteriaklah anak itu dan jatuh pingsan. Lalu ibunya menggerak-gerakkannya setelah sesaat, ternyata anak itu telah meninggal. Sungguh aku sangat kagum sekali (atas kejadian itu). Kemudian aku serahkan pakaian yang dititipkan anak itu kepada ibunya. Lalu aku tinggalkan ibu itu dengan perasaan sedih atas anak (yang telah syahid) dan adiknya (yang ikut meninggal) serta atas kesabaran ibunya.

Penulis berkata : “ Al ‘Allamah Abu Mudzoffar bin Jauzy menyebutkan bahwa ketika beliau mendengar kisah ini maka beliau segera mengumpulkan rambut yang dimilikinya. Maka terbuatlah darinya 300 ikalan rambut “.

Kisah ini diambil dari situs internet :
“ WWW : ARABFORUM.NET “
Profil

Ayah! kenapa engkau tidak pergi berjihad?
Oleh: Ummu Asy Syahid

Seorang anak perempuan yang masih kecil berumur sekitar tujuh tahun datang kepada bapaknya, dia menanyakan suatu pertanyaan: "Wahai ayah kenapa engkau tidak pergi berjihad?" Ayah anak perempuan kecil ini terheran dengan pertanyaan itu, dan ia ingin mengujinya, maka dia bertanya: "Nak! Jika aku pergi untuk berjihad, bisa jadi ayah nanti akan terbunuh, dan kamu nanti tidak punya bapak seperti anak-anak lainnya". Maka mujahidah kecil itu menjawab: "Jika engkau terbunuh maka itu yang lebih utama, karena engkau akan menjadi seorang syuhada' dan masuk jannah dan kita akan masuk jannah bersama-sama".
Inilah iman yang kuat dan fitroh yang bersih serta bentuk pelaksanaan perintah Alloh SWT yang telah tertanam di dalam diri dan sikap anak perempuan kecil itu, dia itulah yang kita butuhkan hari ini di dalam mendidik anak-anak laki-laki dan perempuan kita, kita ingin mendidik mereka dengan tarbiyah iman dan jihad. Maka kita mulai dengan menanamkan aqidah yang benar, yang tidak ada penyakit-penyakit dan tidak ada penyelewengan dari orang-orang yang bersikap toleran dan kaum munafik. Serta mengajari mereka agama yang benar sebagaimana yang telah dibawa oleh Nabi SAW dan salaf sholeh kita, kemudian kita menanamkan pada diri mereka bahwa mereka adalah bagian dari kesatuan umat Islam ini, dan bahwa mereka adalah harapan umat ini setelah Alloh di dalam menyelamatkan dan mengangkat umat dari cengkeraman cakar-cakar kehinaan dan kenistaan serta menyatakan permusuhan secara terang-terangan terhadap umat-umat kafir di muka bumi pada zaman ini. Dan diharapkan mereka dapat mengembalikan kemuliaan dan kekuatan serta puncak kejayaan umat Islam pada zaman ini. Penting juga kita mempersiapkan mereka baik fisik maupun mental, sehingga mereka harus dilatih tentang cara memanggul senjata, berani, dan bertempur mati-matian di medan perang serta mencari kesyahidan di jalan Alloh dan bahwa semua itu adalah sebagai bentuk mendekatkan diri dan ketaatan kepada Alloh yang paling utama, yang dia beribadah kepada Alloh dengannya.
Kita ingin menghantarkan mereka hingga sampai pada tahapan dimana dia menyerap seluruh makna-makna kemuliaan dan jihad sehingga hiduplah salah satu dari mereka menjadi seorang yang mulia, mujahid, bangga dengan agamanya, pembela umatnya, bahkan dia bangga bahwa dia adalah seorang mujahid yang dapat menjadi pengganjal di leher-leher orang-orang kafir dan munafik.
Kita memohon kepada Alloh untuk memberikan kebaikan kepada anak-anak kita, dan menjadikan kita dan mereka termasuk dari para mujahid di jalan Alloh dan memberikan rizki kepada kita dan mereka dengan kesyahidan serta mengumpulkan kita di Firdausil A'la.

Disadur dari:
Majalah Shouthul Jihad IV Romadhon 1424 H

Oase

Ibu Mu’adzah

Tsabit telah menghabarkan kepada kami bahwa Silah pernah mengikuti peperangan bersama anaknya, ia berkata : “ Wahai anakku ! Majulah dan berperanglah sehingga aku dapat pahala Allah dari kesabaranku atas kehilanganmu “. Maka sang anak pun maju dan berperang dan terbunuh. Kemudian silah sendiri juga maju berperang dan terbunuh, maka kaum wanita pun berkumpul disisi istrinya Silah yaitu Mu’adzah. Namun si istri justru berkata : “ Selamat datang ku ucapkan kepada kalian Bila kalian datang untuk memberikan ucapan selamat kepadaku. Tapi kalau kalian datang untuk tujuan lain – ta’ziyah/bela sungkawa -, maka pulanglah kalian semua “. (Lihat dalam kitab Siyar A’lam An Nubala’ : III/498).

Untaian Wasiyat :

Wasiyat Syekh Asy-yahid
DR. Abdulloh Azzam
Untuk Istrinya Dan Kaum Wanita

Wahai kaum wanita….

Jagalah diri kalian dari kemewahan, karena kemewahan adalah musuh jihad. Kemewahan mengkerdilkan jiwa manusia. Hati-hatilah terhadap keadaan yang berlebih-lebihan. Cukuplah dengan yang perlu-perlu saja.
Didiklah anak-anak kalian dengan kesederhanaan, dengan sifat kejantanan dan kepahlawanan serta kemauan untuk berjihad. Jadikanlah rumah kalain sebagai kandang singa, bukannya kandang ayam yang setelah gemuk dijadikan sembelihan penguasa durhaka. Tanamkanlah dalam jiwa putra-putri kalian kecintaan berjihad, mencintai lapangan pacuan kuda dan medan-medan pertempuran.
Hiduplah dengan selalu menyertai segala kesulitan kaum muslimin. Usahakan dalam satu minggu sekali – minimal – untuk hidup seperti hidupnya kaum muhajirin dan mujahidin, yaitu hanya dengan sepotong roti kering dengan lauk yang tidak berlebihan dan beberapa teguk air teh.

Wahai para remaja….

Tumbuhlah kalian dalam desingan peluru-peluru, dentuman meriam, raungan kapal terbang dan deru suara tank. Jauhilah kenikmatan hidup, dendangan musik dan kasur-kasur yang empuk.

Adapun engkau wahai istriku….

Sebenarnya banyak hal yang ingin aku sampaikan kepadamu wahai ummu Muhammad. Semoga Allah melimpahkan balasan pahala kepadamu karena pengorbananmu kepadaku dan kepada kaum muslimin, juga karena dukunganmu kepadaku. Eangkau telah lama bersabar bersamaku menempuh jalan ini, dan engkau telah merasakan pahit dan manisnya hidup bersamaku. Dan engkau adalah sebaik-baik penolong bagiku dalam menempuh perjalanan yang penuh berkah ini, dan untuk berjuang di medan jihad. Engkau telah kutinggalkan di rumah sejak tahun 1969 M., pada saat itu kita baru mempunyai dua anak kecil perempun dan seorang bayi laki-laki. Engkau hidup di sebuah kamar yang terbuat dari tanah liat yang tidak ada dapur dan perabotnya. Dan kutinggalkan engkau dirumah ketika hamil tua dan bertambah anggota keluarga, anak-anak sudah mulai besar, dan semakin banyak kenalan kita dan semakin bertambah pula tamu-tamu kita. Engkau terima semua itu hanya karena Alloh kemudian karena aku. Maka semoga Alloh membalas jasamu terhadap diriku dan terjadap kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan. Kalau bukan karena Allah, kemudian karena kesabaranmu atas kepergianku yang sekian lama dari rumah, tidaklah aku mampu memikul beban begitu berat sendirian.
Benar-banar aku telah mengerti bahwa engkau seorang wanita zahidah (ahli zuhud), bagimu materi dunia ini tidak ada nilainya dalam hidupmu. Engakaupun tidak pernah mengeluh pada hari-hari yang berat karena sedikitnya uluran tangan pertolongan. Dan engkau pun tidak pernah bermewah-mewah juga tidak membanggakan diri pada hari-hari Allah membukakan sedikit pintu kenikmatan dunia. Dinia ini tidak pernah tinggal dalam hatimu, padahal sebagian besar kesempatan ada di tanganmu.
Sesungguhnya kehidupan jihad adalah kehidupan yang paling lezat, serta menahan sabar atas kesempitan lebih indah daripada bergelimang diantara bermacam-macam kenikmatan dan tumpukan kemewahan.
Berpegang teguhlah pada sifat zuhud, niscaya Allah akan mencintaimu. janganlah mencintai apa yang dimiliki manusia, niscaya manusia mencintaimu.
Al Qur’an adalah kenikmatan hiburan dalam kehidupan. Bangun sholat malam (tahajud), puasa sunnah, serta beristighfar pada waktu-waktu sahur (sepertiga malam terakhir) menjadikan hati lembut, beribadah menjadi manis. Bersahabat dengan orang-orang yang baik, tidak berlebih-lebihan di dunia, jauh dari glamour dan orang-orang yang sibuk dengan dunia semua itu akan menjadikan hati tenang..
Harapan kita hanya kepada Allah, mudah-mudahan kita dikumpulkan di Jannah Firdaus, sebagaimana Dia telah mengumpulkan kita di dunia.

Adapun kalian wahai anak-anakku….

Sungguh kalian hanya mendapatkann sedikit saja dari waktuku, juga hanya sedikit pendidikan dariku.
Ya ! aku sibuk dan tidak sempat mengurus kalian. Tapi apakah yang harus aku perbuat, sedangkan bencana yang menimpa kaum muslimin seakan membuat wanita yang menyusui tak ingat akan nasib susuannya. Dan malapetaka yang menyiksa umat Islam begitu dahsyat seolah-olah jambul anak-anak muda beruban karenanya.
Demi Allah, tak kuat aku hidup bersama kalian sebagaimana induk ayam dalam sangkarnya hidup bersama anak-anaknya. Tak sanggup aku hidup dengan hati dingin sedangkan api ujian membakar hati kaum muslimin tak rela aku tinggal besama kalian sepanjang waktu sedangkan derita dan kaum muslimin merobek-robek setiap orang yang memiliki hati nurani atau masih tersisa akalnya. Tidaklah kesatria hidup diantara kalian sambil bergelimang dengan kenikmatan yang sebagian dihamparkan untukkku dan sebagian lagi diangkat, diantara tumpukan daging dan beraneka ragam jajanan.
Demi Allah, dalam hidupku aku telah membenci kemewahan baik berupa pakaian, makanan, ataupun tempat tinggal. Aku telah berusaha semampuku untuk mengangkat kalian kepada tingkatan para zahidin (ahli zuhud) dan menjauhkan kalian dari gelimangan orang-orang yang hidup dalam kemewahan.
Aku wasiatkan kepada kalian berpeganglah pada aqidah kaum salaf, yaitu aqidah ahlus sunnah wal jama’ah, dan jauhilah sifat berlebih-lebihan. Aku wasiatkan kepada kalian, untuk membaca dan menghafalkan Al-Qur’an. Jagalah juga lidah kalian. Begitu juga sholat malam, berpuasa, bergaul dengan teman-teman yang baik, dan bergabunglah bersama gerakan Islam. Tapi hendaklah kalian ketahui bahwa pemimpin gerakan itu tidak berhak melarang kalian berjihad, atau mengasikkan kalian dalam bidang dakwah hingga melalaikan dari medan-medan kejantaan dan medan-medan perang. Kalian tidak perlu minta ijin kepada seorang pun untuk berjihad di jalan Allah.
Belajarlah bagaimana menghentakkan senjata dan mengendarai kendaraan perang. Tapi, menembak lebih aku sukai.
Aku wasiatkan kepada kalian, wahai anak-anakku agar kalian taat kepada ibumu, menghormati kakak-kakak perempuanmu (ummu Al Hasan dan ummu Yahya). Hendaklah kalian menekuni ilmu syari’ah yang bermanfaat. Hendaklah kalian taat kepada kakak laki-lakimu (Muhammad).
Saya nasehatkan kalian untuk saling mencintai dan berbakti kepada kakek dan nenek kalian, hormatilah keduanya. Dan berbaktilah kepada kedua bibimu (ummu faiz dan ummu Muhammad). Karena kedua beliau itu memiliki jasa dan keutamaan besar kepadaku sesudah Allah.
Sambunglah kekerabatan kita dan berbuat baklah kepada keluarga dan tunaikanlah hak persahabatan kita kepada orang yang bersahabat dengan kita

Diterjemahkan dari kitab :
Wasyiyyatu As Syekh As Syahid Abdullah Azzam

Renungan :

Seorang istri mujahid
yang menjadi buron.
Oleh :Ummu Da'da.

Dia beristirahat diatas ranjangnya setelah melewati hari yang begitu berat dan melelahkan, juga setelah melakukan perdebatan yang panas serta berdialog tanpa ada aturan bersama orang-orang yang tidak jelas. Mereka telah membeli sesuatu yang fana dengan sesuatu yang kekal, mereka ridho dengan kehidupan dunia daripada kehidupan akherat.
Dia bertanya-tanya: "Ya Robbi, disekitarku banyak orang-orang yang mencelaku. Suara mereka selalu terngiang-ngiang di telingku: "Bagaimana kamu bisa rela dengan suami seperti ini? Dia meninggalkanmu dan pergi begitu saja…
Sudahlah… berpisahlah dengannya, dia itu tidak mencintaimu, jika mencintaimu pasti dia tidak akan berbuat seperti itu. Bagaimana dia bisa meninggalkan anaknya dan pergi begitu saja?"
Sungguh… orang-orang itulah yang mesti dikasihani. Apakah mereka tidak pernah mendengar kata jannah? Apakah mereka tidak tahu pahala orang yang mati syahid? Apakah aku harus menjelaskan kepada mereka apa motivasi suamiku pergi untuk berperang? Apakah mereka tidak mengetahui kewajiban jihad? Atau apakah mereka terpengaruh dengan para ulama' bingung itu? Dan membenarkan bahwa jihad adalah sebuah kejahatan yang berhak mendapatkan hukuman had?
Saudarinya berkata: "Aku tinggal selama dua hari dan terus menangis disebabkan engkau telah menjanda wahai saudariku, dan juga karena anak-anakmu menjadi yatim!" "Padahal suamiku belum terbunuh sama sekali! Dan seakan-akan kematian tidak akan datang kecuali ketika perang saja".
Inilah Iblis berkata: "Lihatlah temanmu ini, dia merasa bahagia berada di rumah. Suaminya menghibur dia dan mendatanginya serta berpergian dengan istrinya ke mana yang dia suka dan menginap di vila yang megah. Kenapa kamu tidak seperti dia? Kamu hidup dalam keadaan terpisah, ketakutan dan kekhawatiran, sedangkan dia bersama suaminya penuh dengan kenikmatan dan kehidupan yang lapang dan bahagia".
Akan tetapi ketika dia mengingat akan dekatnya kematian, dan bahwa dunia itu seakan-akan manis dan hijau, namun cepat hilang dan sirna maka dia berkata: "Celakalah engkau hai dunia!"
Aku tidak akan hidup melainkan hanya sehari atau dua hari saja, kemudian aku akan bertemu dengan Robb ku, maka demi Alloh, aku merasa senang dengan ujian dan perpisahan yang menimpaku, maka ya Alloh! Alhamdulillah (Aku memuji Mu), Ya Alloh! Alhamdulillah (aku memuji Mu).
Seorang mujahid itu adalah orang asing di dunia ini, semua orang membencinya dan orang-orang melihat istrinya dengan ketakutan dan kekhawatiran. Seakan-akan dia adalah istri seorang penjahat.
Ya! Dia memang istri (seorang penjahat) akan tetapi itu menurut orang-orang Yahudi dan menurut pandangan media massa pendusta itu.
Sedangkan menurut Al Qur'an dan As Sunnah maka dia adalah istri seseorang yang pergi berperang di mana manusia duduk-duduk tidak mau melakukannya dan:
لاَّ يَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُوْلِي الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ
"Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak terut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah" (QS. An Nisaa' : 95).
Dia adalah istri seseorang yang berhijroh, yang mendepak dunia setelah dunia itu datang kepadanya walaupun dia sebenarnya menginginkannya.
ومهاجر في الله ودع أهله لم يلتفت يوم الفراق وراءاً
"Dan orang yang berhijroh karena Alloh meninggalkan keluarganya….
Tidak menoleh kebelakang sedikitpun di hari perpisahan…."
Dia juga istri seseorang yang mati syahid, yang memakai tiara dari yaquth yang lebih baik dari dunia dan seisinya.
Ya Alloh! Segala puji bagimu atas kenikmatanMu, dan segala puji atas ketentuanMu, janganlah engkau halangi kami untuk mendapatkan kemurahanMu, dan sabarkanlah kami di atas cobaan dunia serta muliakanlah kami dengan kenikmatan akherat.
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَيْءٍ.
" Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka" (QS. Ath Thur : 21)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar