Bismillahir Rahmanir Rahim...
Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh..
Alhamdulillah rasa syukur atas rahmat & karunia Allah yg telah
diperuntukkan kpd kami sekeluarga dgn adanya untaian kata yg terangkai
menjadi sebuah tulisan walaupun sifatnya pribadi, tetapi saya berharap
mudah-mudahan tulisan ini menjadi bagian pahala bagi suami, nilai
manfaat untuk diambil bagi keluarga utama kami sbg istri & kaum
muslimin seluruhnya.
Begitu kami memahami nilai & isi
tulisan buku ini maka harapan yg utama adalah Allah Ta’ala kumpulkan
kami di dunia ini terlebih di Syurga-NYA dgn ridho-NYA.
Dukungan moril sepenuh hati baik secara langsung maupun tidak langsung
atas selesainya tulisan ini merupakan tanda cinta, kasih sayang kami sbg
seorang istri yg paham benar akan keberadaan, sepak terjang, dan resiko
yg akan terjadi dalam sebuah perjuangan menegakkan Al-Haq.
Tarbiyah yg kami pahami dan yakini bahwa perjalanan hidup seorang
muslim terlebih seorang mujahid pasti mempunyai kosekuensi tersendiri
& itu adalah sunatullah. Maka ketika terjadi resiko apapun pd
keluarga kami & itu disebabkan oleh sebuah kebenaran yg kami
amalkan, tidak sepantasnya kami sebagai istri untuk berkeluh kesah,
menghujat orang lain apalagi menghujat Allah, karena semua itu
mewujudkan kami seorang istri yg tdk sabar, tdk ridho thdp taqdir Allah
yg pada akhirnya menghapuskan jaza’(pahala) yg selalu kami idam-idamkan.
Na’udzubillah tsuma Na’udzubillah...
Sungguh kami pahami bahwa tidaklah kemuliaan seorang suami itu
semata-mata atas nilai dirinya, melainkan kemuliaan seorang suami adalah
karena adanya dukungan2 wanita2 mulia dibelakangnya, kemuliaan ini
mudah-mudahan sampai pada anak cucu kami seterusnya.
Membaca tulisanmu wahai suamiku yg telah Allah pilih sebagai syuhada
(insyaa Allah) mengingatkan rentetan kenangan yg tdk mudah dilupakan.
Kita dikumpulkan pada suatu keluarga yg mempunyai keinginan besar untuk
menjadikan sekeluarga mujahid tanpa kenal lelah, suka duka ujian kita
lalui bersama dan sampailah pada kesyahidanmu. Hari2 menjelang
kesyahidanmu merupakan hari2 yg membuat kami sedikit senewen, tertekan
dgn adanya kebijakan pemerintah thaghut semua memberitakan informasi yg
tdk adil dan tidak seimbang, bahkan keluarga diombang-ambingkan dgn
berbagai informasi yg menyudutkan tapi kami sadar bahwa semua itu adalah
ujian iman yg harus dijalani.
Kalaupun thaghut memahami
keberadaan kami sbg istri2 yg sabar, tegar kuat bahkan kesiapan kami
untuk ingin melihat langsung mereka di eksekusi, mereka para thaghut
akan gentar dan kami yakin mereka akan mengatakan kamilah istri2 yg
istimewa, kenapa???
Karena para thaghut itu tidak pernah
menyaksikan keistimewaan seperti ini, sebaliknya mereka hanya
menyaksikan kejadian di kalangan mereka sendiri bahwa kalau ada salah
seorang mati maka meraung-raung baik dalam rumah maupun dalam
perkuburannya. Bagi kami istri2 mujahid tidak akan picik seperti itu,
kami akan menyambut kesyahidan mereka dgn ucapan2 Alhamdulillah! Allah
telah memilih keluarga kami sebagai keluarga yg mulia, kami akan di
kumpulkan di syurga-NYA insyaa Allah, pantaskah kami bersedih atau
menangis??? TIDAK!!!
Kami istri yg paling berbahagia dan kebahagiaan
ini akan kami teruskan kepada anak cucu kami, agar merekapun mengikuti
jejak & langkah abinya & uminya dgn prinsip: Isy Karimun Au Mut
Syahidan _ hiduplah dgn kemuliaan atau matilah dgn kesyahidan.
Kepada saudari2 seiman & seperjuangan, kami pesankan:
- Jangan Pernah merasa minder apalagi takut untuk memdampingi para mujahid.
- Jangan merasa takut ditinggal mati suami demi Izzul Islam Wal Muslimin,
- Jangan pernah gentar dgn cemoohan orang dgn status janda, kita janda
& mulia yg terus berikhtiyar melanjutkan perjuangan suami kita dgn
mentarbiyah anak & keluarga kita untuk memahami & mengenalkan
prinsip2 perjuangan para mujahidin.
Kami berharap &
berdo’a selalu kpd Allah bahwa dgn syahidnya 2 orang dr keluarga kami
ini merupakan cikal bakal lahir & tumbuhnya 1000, 2000 bahkan lebih
dr itu para mujahid dr kalangan kaum muslimin.
Pesan kami
yg terakhir kepada para eksekutor , cepatlah mohon ampun pada Allah
Subhanahu wa Ta’ala (bertaubatlah dgn taubatan Nasuha) kalaulah para
eksekutor itu beragama Islam sblm ajal menjemputmu.
Demikian pengantar ini kami sampaikan sbg tanda cinta kami kpd suami
tercinta, selamat jalan suamiku, insyaa Allah kami akan menyusulmu
sesuai dgn taqdir yg Allah tentukan dgn nilai kesyahidan pula karena
Rasulullah Shalulallah alaihi Wassalam menyerukan pd umatnya agar
berdo’a & berniat untuk mati syahid.
Karuniakanlah ampunan dan kesyahidan pada kami ya Allah! Dan berilah keistiqomahan dalam meneruskan perjuangan ini..
Wassalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar