Tidak Ada Udzur Karena Jahil
(Dalam Syirik Akbar)
فتوى في عدم العذر بالجهل
اللجىة الدائمة للبحوث العلمية
Dewan Riset Dan Buhuts Ilmiyyah
Fatwa No: 9257 Tanggal: 22/12/1405 H.
__________________________
السؤال الأول : هل كل من أتى بعمل من أعمال الكفر أو الشرك يكفر علما بأنه أتى بهذا الشيء جاهلا هل يعذر بجهله أم لا يعذر ؟ وما هي الأدلة بالعذر أو عدم العذر ؟
لجواب : لا يعذر المكلف بعبادته غير الله أو تقربه بالذبائح لغير الله أو نذره لغيره ونحوه ذلك من العبادات التي هي من اختصاص الله إلا إذا كان في بلاد غير إسلامية ولم تبلغه الدعوة فيعذر لعدم البلاغ لا مجرد الجهل لما رواه مسلم عن أبي هريرة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال " والذي نفسي بيده لا يسمع بي أحد من هذه الأمة يهودي ولا نصراني ولم يؤمن بالذي أرسلت به إلا كان من أصحاب النار " . فلم يعذر النبي صلى الله عليه وسلم من سمع من يعيش في بلاد إسلامية قد سمع بالرسول صلى الله عليه وسلم فلا يعذر في أصول الإيمان بجهله .
أما اللذين طلبوا من النبي صلى الله عليه وسلم أن يجعل لهم ذات أنواط يعلقون بها أسلحتهم فهؤلاء كانوا حديثي عهد بكفر وقد طلبوا فقط ولم يفعلوا فكان ما حصل منهم مخالفا للشرع وقد أجابهم النبي صلى الله عليه وسلم بما يدل على أنهم لو فعلوا ما طلبوا كفروا .
Pertanyaan pertama: Apakah setiap orang yang melakukan satu amalan dari amalan kekafiran atau kemusyrikan dia itu langsung kafir, perlu diketahui bahwa dia melakukan hal itu karena kejahilan, apakah dia dimaafkan (udzur) karena kebodohan itu atau tidak? Apakah dalil-dalil yang menyatakan adanya udzur atau tidak ada?
Jawaban: Orang mukalaf itu tidak diudzur karena ibadah dia kepada selain Allah atau taqarrub-nya dengan berupa sembelihan kepada selain Allah atau nadzar-nya kepada selain Allah dan ibadah-ibadah lainnya yang merupakan hak khusus Allah, kecuali bila dia itu berada di negeri-negeri bukan Islam dan belum sampai dakwah kepadanya. Maka dia itu diudzur karena belum sampainya dakwah, bukan karena kejahilannya, berdasarkan hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau berkata: “Demi dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, tidak seorangpun dari umat ini, baik Yahudi atau Nasrani mendengar akan keberadaanku dan dia itu tidak beriman kepada yang aku diutus dengannya, melainkan dia itu pasti tergolong penghuni neraka”, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengudzur orang yang mendengarnya, sedangkan orang yang hidup di negeri-negeri Islam sungguh dia telah mendengar akan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sehingga tidak ada diudzur dalam masalah ushulul iman karena kejahilannya.
Adapun orang yang meminta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam agar beliau menjadikan Dzatu Anwaath untuk mereka gantungkan senjata-senjata mereka di sana, maka mereka itu adalah orang-orang yang baru masuk Islam, dan mereka hanya meminta saja dan tidak melakukannya, sehingga yang terjadi dari mereka itu adalah bertentangan dengan syari’at, dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjawab mereka dengan (jawaban) yang menunjukan bila mereka melakukan apa yang mereka pinta tentu mereka kafir.
Ketua: Abdul ‘Aziz Ibnu Abdillah Ibnu Baz
Wakil ketua: Abdurrazaq ‘Afifi
Anggota: Abdullah Qu’ud dan Abdullah Ghudayyan.
Arsip lama terjemahan dari Ust. Abu Sulaiman Aman Abdurrahman
(Dalam Syirik Akbar)
فتوى في عدم العذر بالجهل
اللجىة الدائمة للبحوث العلمية
Dewan Riset Dan Buhuts Ilmiyyah
Fatwa No: 9257 Tanggal: 22/12/1405 H.
__________________________
السؤال الأول : هل كل من أتى بعمل من أعمال الكفر أو الشرك يكفر علما بأنه أتى بهذا الشيء جاهلا هل يعذر بجهله أم لا يعذر ؟ وما هي الأدلة بالعذر أو عدم العذر ؟
لجواب : لا يعذر المكلف بعبادته غير الله أو تقربه بالذبائح لغير الله أو نذره لغيره ونحوه ذلك من العبادات التي هي من اختصاص الله إلا إذا كان في بلاد غير إسلامية ولم تبلغه الدعوة فيعذر لعدم البلاغ لا مجرد الجهل لما رواه مسلم عن أبي هريرة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال " والذي نفسي بيده لا يسمع بي أحد من هذه الأمة يهودي ولا نصراني ولم يؤمن بالذي أرسلت به إلا كان من أصحاب النار " . فلم يعذر النبي صلى الله عليه وسلم من سمع من يعيش في بلاد إسلامية قد سمع بالرسول صلى الله عليه وسلم فلا يعذر في أصول الإيمان بجهله .
أما اللذين طلبوا من النبي صلى الله عليه وسلم أن يجعل لهم ذات أنواط يعلقون بها أسلحتهم فهؤلاء كانوا حديثي عهد بكفر وقد طلبوا فقط ولم يفعلوا فكان ما حصل منهم مخالفا للشرع وقد أجابهم النبي صلى الله عليه وسلم بما يدل على أنهم لو فعلوا ما طلبوا كفروا .
Pertanyaan pertama: Apakah setiap orang yang melakukan satu amalan dari amalan kekafiran atau kemusyrikan dia itu langsung kafir, perlu diketahui bahwa dia melakukan hal itu karena kejahilan, apakah dia dimaafkan (udzur) karena kebodohan itu atau tidak? Apakah dalil-dalil yang menyatakan adanya udzur atau tidak ada?
Jawaban: Orang mukalaf itu tidak diudzur karena ibadah dia kepada selain Allah atau taqarrub-nya dengan berupa sembelihan kepada selain Allah atau nadzar-nya kepada selain Allah dan ibadah-ibadah lainnya yang merupakan hak khusus Allah, kecuali bila dia itu berada di negeri-negeri bukan Islam dan belum sampai dakwah kepadanya. Maka dia itu diudzur karena belum sampainya dakwah, bukan karena kejahilannya, berdasarkan hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau berkata: “Demi dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, tidak seorangpun dari umat ini, baik Yahudi atau Nasrani mendengar akan keberadaanku dan dia itu tidak beriman kepada yang aku diutus dengannya, melainkan dia itu pasti tergolong penghuni neraka”, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengudzur orang yang mendengarnya, sedangkan orang yang hidup di negeri-negeri Islam sungguh dia telah mendengar akan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sehingga tidak ada diudzur dalam masalah ushulul iman karena kejahilannya.
Adapun orang yang meminta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam agar beliau menjadikan Dzatu Anwaath untuk mereka gantungkan senjata-senjata mereka di sana, maka mereka itu adalah orang-orang yang baru masuk Islam, dan mereka hanya meminta saja dan tidak melakukannya, sehingga yang terjadi dari mereka itu adalah bertentangan dengan syari’at, dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjawab mereka dengan (jawaban) yang menunjukan bila mereka melakukan apa yang mereka pinta tentu mereka kafir.
Ketua: Abdul ‘Aziz Ibnu Abdillah Ibnu Baz
Wakil ketua: Abdurrazaq ‘Afifi
Anggota: Abdullah Qu’ud dan Abdullah Ghudayyan.
Arsip lama terjemahan dari Ust. Abu Sulaiman Aman Abdurrahman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar