Memahami ilmu intelijen bagi Ummat Islam sifatnya WAJIB. Mengapa? Sebab
musuh-musuh Islam banyak menggunakan metode intelijen untuk melumpuhkan
kekuatan Ummat, atau mempersiapkan perang untuk menghancurkan kehidupan
Ummat. Mempelajari teknik-teknik makar musuh Islam, adalah wajib. Hanya
saja, karena ilmu intelijen itu bersifat spesifik, aksesnya terbatas,
metode analisis datanya rumit, serta membutuhkan tingkat kecerdasan
tinggi (oleh itu ia disebut intelijen), sehingga tidak semua Muslim
sanggup memikulnya, maka sifat wajibnya Fardhu Kifayah. Jika sudah ada
elemen Ummat yang memikulnya, maka yang lain tidak dibebani kewajiban.
Urusan ini perlu dipikul oleh pihak-pihak kaum Muslimin yang mampu,
berminat, serta memiliki ketahanan mental tinggi. (Tidak heran jika
untuk melahirkan seorang agen intelijen yang tangguh, sering melalui
proses kaderisasi yang amat sangat berat).
Dulu di masa Nabi Saw, sebagian Shahabat dilibatkan
dalam operasi- operasi intelijen, seperti pengintaian, ekspedisi,
mata-mata, penyamaran, hingga menyimpan data-data kaum munafik. Jadi,
apapun yang dibutuhkan bagi kejayaan peradaban Islam, wajib disediakan,
sekuat kemampuan dan sesuai kesempatan. Di jaman 1400 tahun lalu saja,
Ummat Islam sudah peduli urusan intelijen, akankah saat ini kita merasa
tabu? S e d a n g M e n j a l a n k a n O p e r a s i . . . Dalam
intelijen banyak operasi- operasinya, misalnya mata-mata (spionase),
mengumpulkan data (memakai informan), penyusupan (infiltrasi), desepsi
(penyusupan disertai gerakan “pembusukan”), dll. Dan ada satu operasi
yang sangat istimewa dan paling berbahaya bagi Ummat, yaitu: KLANDESTIN
(clandestine).
Dari pengalaman-pengalaman selama ini, Ummat Islam sering menjadi bulan-
bulanan operasi satu ini. Klandestin bisa dianggap sebagai operasi
intelijen paling komplek dan rumit. Secara umum, ia diartikan sebagai
gerakan rahasia, gerakan bawah tanah. Atau ada juga yang menyebutnya
sebagai operasi penggalangan, mobilisasi. Kalau mau jujur, gerakan
Laskar Jihad (LJ) ke Ambon-Maluku waktu itu, adalah contoh operasi
klandestine. Begitu juga gerakan anti Khilafah Turki Utsmani yang
dilancarkan oleh perwira intelijen Inggris, TE. Lawrence, itu juga
operasi klandestine. Termasuk
gerakan Komando Jihad (Komji) yang melakukan serangan di Cicendo Bandung
dan pembajakan pesawat di Woyla, juga bagian operasi klandestine.
Bahkan penangkapan puluhan pemuda Islam di Aceh belum lama lalu, setelah
baku tembak dengan aparat kepolisian, itu juga klandestine. Klandestine
berbeda dengan infiltrasi (penyusupan). Kalau infiltrasi, ada agen yang
masuk ke suatu komunitas, lalu melakukan kegiatan mata-mata. Kalau
klandestine, tidak hanya menyusup, tetapi juga mempengaruhi, membiayai ,
memberikan fasilitas, menciptakan rencana, lalu mengarahkan kepada
gerakan operasional tertentu sesuai kepentingan pihak penggerak operasi
klandestin itu sendiri.
Klandestin lebih berbahaya, karena ia menggunakan segala fasilitas yang
memungkinkan, menggunakan banyak orang, menggunakan sarana birokrasi,
memanfaatkan indoktrinasi media, membuat berbagai opini, menciptakan
chaos internal, memakai data personal sebanyak-banyaknya, dll. Bisa
dikatakan, operasi klandestin besifat KOMPLEK. Ummat Islam dengan segala
keluguan dan kepolosannya, kerap kali termakan oleh operasi- operasi
seperti ini. Bahkan maraknya aliran-aliran sesat, ia bisa dicurigai
sebagai bagian dari operasi klandestin. Kalau kita melihat kasus NII KW 9
(Ma’had Al Zaytun) yang sering marak di Jawa Barat, kemungkinan ini
merupakan bagian operasi klandestin. Begitu pula dengan komunitas LDII,
“Jamaah Ahlul Bait”, JIL, dll. bisa dicurigai sebagai bagian klandestin.
Ciri-ciri operasi klandestin, antara lain: [o] Operasi bersifat
komplek, bukan hanya penyusupan satu atau dua agen saja. Bahkan dukungan
operasi muncul dari berbagai pihak-pihak terkait. [o] Sasaran operasi
umumnya komunitas manusia dalam jumlah banyak. Bisa berupa jaringan,
atau komunitas massal yang jumlahnya ribuan, jutaan manusia. [o] Tujuan
operasi ialah mempengaruhi, menggerakkan, sampai memunculkan aksi
operasional di lapangan. Tidak sekedar tindakan mata-mata. [o] Kalau di
tengah Ummat Islam, sering menggunakan simbol-simbol Islam sebagai
cover, sehingga Ummat Islam tidak tahu (terkelabui) dari maksud
sebenarnya operasi itu. Islam only for cover. [o] Dan ini yang paling
penting, operasi klandestin tidak ditujukan untuk kejayaan Islam, tetapi
untuk kepentingan politik tertentu yang umumnya anti Islam. Pokoknya,
ujung
dari operasi klandestine itu bukanlah kejayaan Islam, tetapi kepentingan
politik sempit, atau penodaan citra Islam sendiri. Dari pengalaman
selama ini, Ummat Islam paling lemah ketika menghadapi operasi
klandestin ini, sebab ia skalanya besar, dengan dukungan anggaran dan
fasilitas besar. Ironinya, gerakan anti Islam paling sering menggunakan
cara ini, sebab terbukti banyak menuai keberhasilan. Untuk lebih
memahami operasi klandestin, disini bisa digambarkan suatu ilustrasi
fiktif . Sasaran yang dituju adalah Ummat Islam, bidang konsentrasi
gerakan politik. Namun ini hanya sekedar ilustrasi saja, sekedar untuk
menjelaskan kepada sebagian pembaca. [=] Politik merupakan hajat besar
perjuangan kaum Muslimin. Maka kalangan anti Islam menjadikan bidang
politik sebagai sasaran penting operasi klandestin. Target yang dituju:
melemahkan kekuatan politik Islam, atau membelokkan arah perjuangan
politik Islam, atau menodai citra gerakan politik Islam. [=] Operasi ini
dimulai dengan mendekati komunitas-komunitas Muslim yang dikenal sangat
nyaring dalam memperjuangkan politik Islam. Untuk memudahkan
pendekatan, biasanya ada person tertentu yang semula anti Islam,
kemudian mengaku
sudah “rujuk” dengan Islam. Orang seperti itu biasanya banyak
memberitahu “fakta rahasia”, sehingga Ummat percaya. [=] Maka
dibentuklah suatu komunitas gerakan politik, yang cover-nya ingin
memperjuangkan missi politik Islam. Berbagai materi, simbol, ajaran,
dll. yang bersifat dakwah dikembangkan sebaik- baiknya. Dan gerakan
seperti ini cenderung dilindungi, sebab ia merupakan benih “trouble
maker” yang sengaja ditanam di tubuh Ummat Islam. [=] Secara penampilan
dan retorika, gerakan politik itu memperjuangan Islam. Tetapi secara
kenyataan riil, ia jauh dari missi Islam. Setidaknya, ia memperjuangan
kepentingan politik yang bersifat sempit. [=] Dalam komunitas seperti
itu pasti terdapat banyak masalah, sebab ia memang dilahirkan bukan
untuk kebaikan, tetapi konspirasi melemahkan Islam. Tidak mungkin benih
khianat akan menghasilkan buah kebajikan . Sangat tidak mungkin. Untuk
mengatasi aneka masalah, biasanya ditempuh sistem komando. Para anggota
harus percaya dengan pemimpin. Demikian metode paling umum yang
diterapkan. [=] Untuk menghadapi kritik dari luar, dikembangkan
“retorika membela diri”. Contohnya, kata-kata seperti ini: “Anda jangan
merasa benar sendiri! Jangan memecah-belah Ummat! Jangan mendengki
kemajuan orang lain. Anda hanya bisa bicara, kerja nol besar. Bekerja di
lapangan lebih sulit dari cuma bicara. Jangan berprasangka buruk kepada
sesama Muslim.” Dan lain-lain retorika semisal itu. Seharusnya,
kebathilan tidak boleh dibela, tetapi seharusnya ditunjukkan dalil-dalil
Syari’at yang melarang kebathilan itu. Retorika seperti ini laksana
KABUT ASAP yang membuat bingung berjuta manusia yang sedang mencari
kebenaran. [=] Komunitas itu juga menyebarkan banyak informan untuk
mengawasi gerak-gerik Muslim lain, khususnya yang kritis-kritis. Kalau
ada yang kritis,
mereka akan menyebarkan “bisikan- bisikan maut”, misalnya: “Awas, dia
orang Wahhabi! Awas dia orang ekstrim! Awas dia pro teroris! Awas, orang
itu begini begini, jauhi dia!” Dan sebagainya. Sehingga orang-orang
awam yang mudah terpengaruh, sangat menuruti bisikan-bisikan itu. [=]
Pada akhirnya terlihat, bahwa muara dari gerakan politik itu bukan untuk
Islam, tetapi untuk kepentingan
elit atau politik kekuasaan belaka. Hal itu sekaligus menjelaskan, bahwa
operasi klandestin sudah berjalan sesuai rencana. Sasaran yang dituju
di kalangan Ummat banyak. Untuk melemahkan Jihad Fi Sabilillah, dibuat
gerakan “para teroris”. Untuk melemahkan ekonomi Ummat, dibuat gerakan
pengusaha-pengusaha “Muslim” yang kerjanya menipu Ummat. Untuk
melemahkan persatuan Ummat, dibuat
kelompok majlis taklim yang kerjanya menyalahkan orang, mengahli-
bid’ahkan orang lain, merasa paling berhak memegang “lisensi” Khairu
Ummat, dan merasa sudah dekat pintu syurga. Untuk melemahkan komitmen
kepada Al Qur’an dan As Sunnah, dibuatlah kelompok-kelompok sesat,
semisal Ulil Abshar, Musdah Mulia, Dawam Rahardjo, dll. Sejujurnya, saat
kaum Muslimin berjuang susah-payah setiap hari, dalam membangun
KEBAJIKAN ISLAM, maka pada saat yang sama gerakan anti Islam juga susah
payah meruntuhkan kekuatan Islam. Inilah yang kerap disebut sira’ bainal
haqqi wal bathil (konflik abadi antara kebenaran dan kebathilan).
Seorang perwira militer dalam wawancara dengan sebuah media Islam,
pernah mengingatkan Ummat, agar hati-hati dengan kelompok Islam yang
dikendalikan “kekuatan luar”. Ciri kelompok seperti itu katanya, TIDAK
MAU BERSATU dengan Muslim lain. Keengganan bersatu itu menjadi petunjuk
eksistensi operasi klandestin.
Kaum Muslimin harus sangat komitmen dengan DUA KALIMAT SYAHADAT. Inilah
cara terbaik untuk menangkal operasi klandestin. Kita harus bertauhid
kepada Allah Al Wahid, agar selalu ditolong menghadapi musuh-musuh-Nya.
Kemudian, kita komitmen dengan Syariat Sayyidul Mursalin Muhammad
Shallallah ‘alaihi was sallam. Semua elemen-elemen Islam harus memegang
teguh Tauhid dan Syariat Nabi (yaitu Syariat Islam). Selanjutnya, Ummat
Islam perlu terjun ke berbagai bidang garapan dan interest. Namun mereka
memiliki satu muara, yaitu menegakkan peradaban Islam di muka bumi.
Tidak mengapa kita berbeda-beda jalur, tetapi pada akhirnya akan
bermuara di tempat yang sama: Kejayaan Islam! Diperlukan sikap saling
kerjasama dan
sinergi antar kekuatan-kekuatan Islam, serta toleransi dalam hal-hal
furu’iyyah (cabang). Jika kemudian ada gerakan penggalangan massa Muslim
yang berusaha keluar dari tujuan di atas, maka yakinlah ia bukan
gerakan Islam sebenarnya. Tetapi gerakan operasi musuh untuk melemahkan
Islam. Jangan mudah tergoda oleh penampilan, sebab penampilan itu
merupakan area yang paling mudah direkayasa. Untuk membuat seseorang
tampil dengan gamis putih, jenggot panjang, jidat hitam, fasih dengan
istilah-istilah Arab, itu mudah. Dengan training beberapa bulan, seorang
“ustadz” bisa dicetak. Semoga artikel sederhana ini ada manfaatnya,
bagi Ummat, khususnya bagi generasi muda Islam. Allahumma amin.
Walhamdulillah Rabbil ‘alamiin. Wallahu A’lam bisshawaab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar