Hidayah telah menyambutnya. Sehingga dia mengkajih ulang akan ajaran-ajaran yang telah diterimanya tempo dulu.
Hal ini seakan-akan mengingatkan seputar kisah kehidupan diri saya
(Habib Ahmad bin Thalib) tempo dulu yang masih menjalankan praktek
penyembuhan, dan bahkan foto diri saya sering muncul dicover depan
majalah Liberty dengan bangganya memakai pakaian kebesaran sang habib
yang serba tahu tentang hal-hal ghaib.
Namun sayang ternyata berita yang disajikan oleh majalah tersebut
tidak sesuai dengan realita praktek pengobatan sehari-hari yang saya
lakukan, itu hanya sekedar guna mempopulerkan melariskan praktek yang
saya tekuni, walaupun saya seorang habib yang berprofesi menjalankan
praktek pengobatan, namun dalam hal tersebut saya tidak pernah
memberikan jimat kepada seorang pasienpun yang datang ke tempat saya.
Cuma pernah saya kasih ayat al-Quran yang ditulis di atas lepek
atau air yang dibacakan ayat-ayat al-Quran untuk pengobatan seluruh
pasien saya.
Alhamdulillah, setelah saya bertobat dari hal-hal tersebut, hingga
saat ini dalam hal praktek pengobatanm apa saja, setiap tamu yang
berobat tidak ada satupun yang saya layani, karena saya takut syirik.
Jika ada pasien atau tamu yang datang ke tempat saya, sebagai tuan
rumah yang baik, ya harus menghormati mereka, dan saya layani tapi bukan
dengan cara pengobatan yang dulu lagi.
Tapi saya beri nasehat kepada tamu saya agar mereka semua
senantiasa menjalankan shalat lima waktu dengan berjamaah. Selain
shalat, saya juga memberikan nasehat padanya agar senantiasa menjauhi
hal-hal yang berbau syirik, jika ada yang mengenakan jimat saya suruh
melepaskannya, dan segera saya musnahkan walaupun dia mengatakan jimat
itu ijazah dari seorang kyai, gus atau habib, seperti saya.
Oleh karenanya, dalam hal jimat saya selalu bersikap tegas kepada
pasien. Saya juga memberi nasehat padanya agar jangan lagi pergi ke
dukun baik yang baju habib, kyai atau berbaju gus-gus.
Perhatikan juga sabda Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- berikut ini:
‘Barang siapa datang kepada tukang ramal atau tukang sihir atau
tukang tenung, lalu menanyakan sesuatu kepadanya dan mempercayai apa
yang dikatakannya, maka sesungguhnya ia telah kufur kepada wahyu yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam-’.
Saran saya supaya orang-orang Islam ini jangan ada yang memakai
jimat, walaupun jimat itu pemberian habib, kyai dan gus atau siapapun!.
Karena jimat berkonotasi kepada kesyirikan yang layak dikatakan oleh
ahlus syirki. Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah melarang
jimat. Dalam suatu hadis ditegaskan:
‘Sesungguhnya suwuk, jimat dan guna-guna adalah syirik’.
Jadi orang Islam harus bersih dari segala bentuk kesyirikan karena
kesyirikan itu bisa menghapus seluruh amal kebaikan kita, oleh karena
itu jauhilah!. Jika ada kyai, habib, gus atau siapapun yang berprofesi
seperti saya segera kembali kepada ajaran Rasulullah -shallallahu
‘alaihi wa sallam- yang murni. Dan tinggalkan praktek-praktek pembodohan
umat.
Janganlah kita senantiasa ketagihan dengan barang dagangan kyai,
habib dang gus, baik berupa jimat, sikep, susuk, tumbal dan sejenisnya
segeralah anda tinggalkan dan lepaskan ikatan-ikatan pengaruhnya, sebab
benda-benda tersebut dapat menjerumuskan anda ke dalam jurang
kesyirikan, dan neraka tempatnya, karena itu saya kasihan terhadap anda.
Seharusnya kita senantiasa meresepi dan menghayati betul-betul
kandungan makna ayat berikut ini: ‘Hanya Engkaulah yang kami sembah dan
hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan’ (QS. Al-Fatihah: 5).
Padahal ketika kita shalat senantiasa membaca ayat tersebut, tapi
kenyataannya apa yang terjadi dalam praktek kehidupan kita sehari-hari
ini, ternyata kita menyembah dan mohon pertolongan kepada selain Allah
Subhanahu wa Ta’ala, baik kuburan maupun manusia yang berbaju habib,
kyai atau gus.
Oleh sebab itu perkenankan Saya (habib Ahmad Bin Thalib) mohon maaf
apabila dalam praktek pengobatan baik ruhani maupun jasmani yang dulu
masih ada kekhilafan, karena yang namanya manusia tidak luput dari
kesalahan kecuali Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, semoga
dengan risalah ini sudilah saudara-saudaraku mengikhlaskannya, atas
segala kekhilafan yang pernah habib perbuat.
Oleh karena itu saya berharap kepada saudara-saudara seiman dan
seagama agar senantiasa bersatu, saling mengingatkan dan menasehati,
serta saling mencintai karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, bencipun juga
seharusnya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan karena golongan atau
lainnya.
Karena dijaman sekarang ini telah banyak sekali orang yang mengaku
wali, kyai dan habib. Yang menurut pandangan manusia dia adalah seorang
habib tapi dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala belum tentu habib. Karena
kita harus betul-betul melihat ajarannya, apakah sudah sesuai dengan
yang dituntunkan oleh Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Kalau
tidak sesuai dengan ajaran al-Quran dan al-Hadits Nabi -shallallahu
‘alaihi wa sallam- yang shahih maka kita harus berani meninggalkan
ajaran tersebut, walaupun itu kyai, habib, gus atau siapapun yang
memerintahkan untuk diamalkannya.
Nasehat dari saya untuk bahan renungan:
“Celakalah orang yang mati apabila dosa-dosanya masih hidup di bumi
ini, orangnya mati tapi dosanya masih hidup, seperti halnya orang yang
mengajarkan ilmu-ilmu sesat yang menyesatkan yang tidak pernah ada
tuntunannya dari Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Karena
ajarannya diajarkan kepada orang lain, dan orang tersebut mengajarkan
kepada orang lain lagi hingga ajaran sesat tersebut diajarkan seterusnya
dan seterusnya, sehingga tiada terputus-putus sampai hari kiamat.
Dan beruntunglah orang yang mati apabila dosa-dosanya berhenti sampai di sini.
Dan yang paling beruntung adalah orang mati namun amalnya masih
hidup di bumi ini karena ajarannya baik, sesuai dengan al-Quran dan
al-Hadits yang shahih dan diamalkan oleh orang yang belajar padanya, dan
orang ini pun menularkan pada orang lain dan seterusnya”.
Kiranya sampai di sini, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
membersihkan diri kita dan menguatkan iman Islam kita serta menjadikan
kita hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang ikhlas, yakin dan pasrah.
Semoga kita dijauhkan dari segala bentuk kesyirikan, dan semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala senantiasa melimpahkan Rahmat-Nya dan semoga kita
dalam lindungan-Nya selalu.
Sekian semoga bermanfaat.
Saya tutup pengantar ini dengan seuntai doa (tulisan Arabnya tidak saya salin):
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke
dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur
yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku
termasuk orang-orang yang mempusakai syurga yang penuh kenikmatan” (QS.
Asy-Syu’ara’: 83-85)
Wallahu a’lamu bishshawab. Wassalam (Habib Ahmad Bin Thalib).
(dikutip dan diedit dari Pengantar, buku YASIN FADHILAH QUR’AN KYAI
AHLI BID’AH, karya H. Mahrus Ali (Mantan Kyai NU), halaman xxv-xxxvi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar