PRO- T- IN ISLAM

KOMUNITAS PARA PEMBELA TAUHID

Kamis, 11 Oktober 2012

Fitnah Kecantikan

Wanita memang menjadi sumber fitnah terbesar bagi para laki-laki sebagaimana sabda Nabi Shalallohu ‘alaihi Wassalam. Seraut wajah seorang wanita, bisa saja membuat seorang lelaki terbayang-bayang dan mabuk kepayang. Oleh karena itu, ada sebagian ulama yang mewajibkan menutup wajah karena besarnya peluang fitnah yang bisa ditimbulkan.
Terlepas dari pendapat mana yang kita pilih antara sufur (membuka wajah) atau menutupny dengan niqab (cadar), yang harus diperhatikan adalah penjagaan futnah yang harus dilakukan. Karena, hari ini banyak kita temui kurangnya ihtimam terhadap ppenjagaan tersebut.
Banyak kita temui di jejaring sosial, para akhawat memasang profil picture  alias foto dirinya baik yang bercadar atau pun tidak. Ada yang rame-rame bersama akhawat lain, ada juga yang sendirian. Termasuk, ada pula yang memasang foto closeup-nya lengkap dengan cadarnya. Padahal tidak jelas apa tujuannya dan kepentingannya.
Pun demikian dengan akhawat yang membuka wajahny. Dengan pede-nya ia tebar senyuman dan pesona. Berdandan dengan maksud supaya terlihat cantik dan menarik. Ditambah suara yang dibuat serenyh mungkin dan gesture yang sok manis. Justru ketika dirinya berada di tmpat bertemunya ia dengan ikhwan, seperti di kampus, pamern buku atau selainnya. Lengkap sudah menjadi sumber fitnah. Naudzubillah
Untuk bisa selamat dari fitnah kecantikan, kita harus jelas memaknai potensi kecantikan yang kita miliki agar kecantikan tersebut menjadi pahala dan barokah untuk kita. Bukannya menjadi peluang fitnah dan maksiat, baik bagi diri kita maupun orang lain.
Cantik Barokah vs Penuh Fitnah

Kecantikan yang barokah adalah kecantikan lahiriah seseorang yang mensyukuri bahwa hal itu adalah karunia Allah. Tak patut rasany jika ia merasa bangga dan sombong atas kecantikannya. Ia juga menjaga kecantikan itu dari dua hal. Pertama, menjaganya dari perkara-perkara yang diharamkan Allah dan tetap menjaga kesucian diri dan kehormatannya. Kedua, menjaga dan merawat kecantikan yang dimilikinya. Selain itu, ia tidak memamerkannya kepada orang-orang yang tidak berhak menikmati kecantikannya, juga tidak melakukan tabarruj atas wajah cantiknya. Ia julurkan di atas kecantikannya pakaian ketakwaan yang merupakan sebaik-baik pakaian dan menutup auratnya. Ia hiasi paras ayunya dengan hiasan keshalehan yang merupakan sebaik-baik perhiasan. Ia kendalikan hawa nafsunya untuk tidak melanggar perintah dan mengerjakan larangan, terutama yang berkaitan dengan kecantikan miliknya. Orang-orang cantik inilah yang akan selamat dari ujian kesabaran atas karunia kecantikan. Bersabar supaya tidak mengikuti dorongan nafsu untuk mengeksploitasi kecantikannya. Sabar dan syukur, itulah sifat yang dimiliki oleh pemilik kecantikan yang barokah. Inilah kecantikan yang mendatangkan kecintaan Allah atas pemiliknya.

Berlawanan dengan itu, kecantikan penuh fitnah adalah kecantikan yang merugikan si pemilik dan mengundang kemurkaan Allah atasnya. Yaitu kecantikan yang digunakan sebagai sarana untuk bermaksiat kepada Allah. Kecantikan yang mana pemiliknya “diperkosa” oleh nafsunya supaya mau memamerkan kecantikannya, menyombongkan dan menonjolkannya. Bahkan ia merasa bangga jika dapat memuaskan penglihatan lawan jenis (yang tidak berhak) atas kecantikan miliknya.

Dengan kecantikan yang ia miliki, ia justru terseret jauh dari keridhaan Allah. Karena ia telah menyia-nyiakan karunia kecantikan yang diberikan oleh-Nya. Bukannya menjaga keindahan dirinya dari fitnah, ia justru menjadikannya sebagai peluang fitnah. Kecantikan yang seharusnya menjadi potensi ketaatan, malah ia jadikan sebagai modal kemaksiatan. Inilah kecantikan pennuh fitnah, yang sia-sia dan dibenci oleh Allah. Walaupu kecantikannya tiada tara, namun tak ada artinya (di sisi Allah).
Suami yang Paling Berhak Menikmati

Kecantikan yang mendatangkan pahala adalah yang tepat penikmatnya. Suami adalah satu-satunya penikmat kecantikan kita yang paling tepat. Karena itulah, berhias dan tampil cantik harusnya ditujukan khusus untuk suami kita.

Meski sering kali kita temui, banyak yang begitu rebut dan ribet dalam memperhatikan penampilan ketika akan keluar rumah. Berbagai persiapan akan dilakukan untuk sebisa mungkin tampil cantik dan mengundang perhatian publik. Padahal ketika berada di rumah, mereka cuek dan acuh terhadap dandanan mereka, meski di hadapan suami mereka. Cukup tampil apa adanya, kusut, semrawut dan berantakan, plus daster yang sudah usang dan perlu ditabal. Bukanlah hal yang mengherankan jika suami akhirnya lebih memilih untuk mencari “pemandangan” di luar yang lebih indah dan menarik.

Oleh karena itu, bagi akhawat yang telah menikah, suami mendapat prioritas penting sebagai tujuan utama berhias. Berdandan untuk suami bernilai ibadah. Seorang istri yang sadar akan kewajibannya, akan berupaya maksimal untuk dapat menarik perhatian suami dengan mengerahkan setia potensi keindahan dan kecantikannya. Sehingga, ia bisa tampil untuk menjadi penyejuk mata, penyenang jiwa dan penentram hati bagi suami. Pun ia sanggup, menjaga pandangan suami dan kemaluannya, hingga tak ada kata berpaling kecuali hanya pada istrinya.

Dan jika belum menikah, jaga dan rawat kecantikan tersebut hingga pada saat yang tepat nanti, kita bisa menampilkannya dengan baik. Jangan biarkan laki-laki lain sedikitpun menikmatinya. Karena tak ada hak secuil pun baginya. Kecantikan kita adalah sesuatu yang spesial yang bisa mendapatkannya. Dialah suami kita nantinya.

Berhias pun dapat berpahala, jika kita meniatkannya karena Allah dan tepat dalam menempatkannya. Semoga barokahlah yang kita raih atas kecantikan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar